Chapter 37

624 88 29
                                    

Hening menyelimuti ruangan luas nan gelap tanpa pencahayaan sedikitpun. Pengap. Satu kata itu rasanya sudah cukup untuk mendeskripsikan rasa tidak nyaman yang sejak tadi bercokol di dadanya. Dalam satu sentakan, kedua kelopak mata gadis yang tengah terikat oleh rantai itu terbuka paksa, menampakkan manik hijau nan jernih yang meneduhkan. Satu sekon setelahnya, manik gadis itu membulat sempurna ketika mendapati dirinya berada di ruangan asing dalam keadaan terikat seperti ini.

Apa yang telah terjadi?

Ingatan gadis itu pun mulai terkumpul. Pertama adalah ketika pertemuannya bersama kelima Kage, lalu sosok pria tua yang ia ketahui namanya sebagai Nakamura Hisobu sempat membuat kehebohan sesaat lalu Sakura yang memutuskan untuk menghindar dari sang kekasih untuk sementara waktu. Awalnya ia berniat untuk pulang sendirian dan merenungkan perlakuannya pada Gaara, tenggelam dalam rasa bersalah seorang diri. Namun di tengah perjalanan, justru ia diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal sebelum kehilangan kesadaran dan berakhir di tempat seperti ini.

Jadi dapat disimpulkan, seseorang telah berhasil menculiknya.

Derit pintu kayu menggema di dalam ruangan ini, membuat Sakura memasang wajah penuh waspada. Derap langkah yang beradu antara telapak sandal serta lantai marmer penuh debu pun menjadi iringan yang membuat jantung gadis itu berpacu cepat. Hingga ketika sosok itu berjarak sekian meter di hadapannya, barulah Sakura memasang wajah serius lengkap dengan tatapan tajam pada manik emerald miliknya.

"Nakamura Hisobu," desis gadis itu.

"Arra, ternyata kau sudah bangun, Nona Haruno."

Benar, sosok yang tengah berdiri di depannya adalah Nakamura Hisobu, salah seorang petinggi desa Sunagakure yang entah kenapa sejak awal begitu berambisi untuk menyingkirkannya. Baru saja ia ingin membalas perkataan pria itu, gadis itu tiba-tiba tersentak kecil ketika menyadari sesuatu. Benar, borgol di ujung rantai ini menyerap chakra melalui pergelangan tangannya. Gadis itu sedikit memberontak, menguji seberapa erat rantai ini terhubung pada pusatnya sekaligus mengukur sejauh apa jarak antara dirinya serta ujung rantai yang ia duga sebagai suplai kekuatan penghisap chakra ini.

Sudah kuduga, itu hanya rantai biasa. Dia hanya menempatkan penghisap chakra di borgol ini, batin gadis itu.

"Tenanglah, Haruno. Aku sudah mengetahui semua hal tentang dirimu. Informanku berkata bahwa kau adalah seorang ninja medis dan ninja medis terkenal dengan pengendalian chakra, bukan? Oleh karena itu, aku mengikuti sarannya untuk mengikatmu dengan rantai chakra guna memblokir dan menghisap chakramu."

Hisobu kembali menyeringai, "Semakin kau memberontak, rantai itu akan bekerja semakin keras, loh."

Sakura mendecih, membenarkan perkataan pria itu dalam hati. Ia bisa merasakan, semakin keras ia memberontak, rantai ini justru semakin rakus menyerap chakranya. Sesaat gadis itu terdiam ketika sebuah ide terlintas di pikirannnya. Sedetik kemudian, sebuah seringai tipis hadir di bibir ranum gadis itu, bersamaan dengan matanya yang seolah tengah mengejek pria itu.

"Ternyata kau orang yang pantang menyerah. Aku salut padamu."

Gadis itu melayangkan sindiran yang ternyata dibalas dengan baik oleh pria itu.

"Tentu saja, Haruno. Aku tidak akan menyerah sebelum tujuanku tercapai."

Sakura memicingkan mata, menatap penuh selidik pada sosok di depannya. "Kalau begitu, apa tujuanmu? Keuntungan apa yang kau dapatkan jika kau berhasil menikahkan putrimu dengan seorang Kazekage?"

Pria itu menduduki satu bangku kayu usang yang entah sejak kapan ada di sana. Setelah membuat dirinya senyaman mungkin, pria dalam balutan jubah putih itu menatap Sakura dengan tatapan mengejek, seolah tengah merendahkan gadis itu melalui matanya.

Cicatrize ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora