Tak sadar, air mata Nadiapun menetes di pipinya.

"Hei hei hei, nggak ada yang nyuruh kamu nangis ya," geramnya.

Nadia mencoba melap kacamatanya yang basah dengan kerudungnya.

Plak!

Bu Jihan memukul meja dengan rotan.

"Saya belum suruh kamu bergerak loh!" teriaknya.

Nadia semakin menahan tangisnya, tapi air matanya malah semakin membanjiri kacamata dan kedua pipinya.

"Salwa! Masuk!" teriak Bu Jihan.

"Iya Bu," teriaknya dari luar ruangan.

"Cepat masuk! liat kelakuan bestiemu ini!"

Nadia tidak mengetahui siapa yang memasuki karena ia berdiri membelakangi pintu, hingga tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.

"Nadia ... Selamat ulang tahun," bisiknya.

Nadiapun menoleh ke belakang dan melihat siapa yang memeluknya.

"Nawra?"

Nadia dikejutkan dengan kehadiran Nawra, dibelakangnya ada Salwa yang memegang kue ulang tahun, dan Bu Jihan ikut menghampiri Nadia.

"Maaf ya sayang, ini idenya Nawra loh ya. Anyway Barakallah fii umrik," memeluk Nadia.

"Barakallah fii umrik Nadia," Salwa memeluk Nadia dan menyerahkan kue tanpa lilin ulang tahun yang ia sembunyikan di tasnya.

"Terima kasih Salwa, Nawra, Bu Jihan, tapi kok bisa gini yah?" herannya.

"Iya Nad, ternyata supirku lagi mau cuti besok, jadi keberangkatanku ke sini dimajuin deh," jawab Nawra.

"Berarti kamu kesini bareng supirmu?" tanya Nadia.

"Iya Nad, cuma aku bawa mobil papah aku ditemani bibi, supirnya bawa mobilnya sendiri kawal aku sampai ke sini."

"Oh gitu," angguk Nadia.

"Nah, kebetulan hari ini Rama lagi izin masuk kelas tuh, karena dia ditugasin sama Ibu buat beli perlengkapan acara orientasi siswa baru untuk minggu depan, nah kata Nawra sekalian nitip kue ini karena kamu ulang tahun hari ini," jelas Bu Jihan.

"Terus kuenya dititipin ke aku, karena Bu Jihan lagi ngajar di kelas lain," tambah Salwa.

"Berarti kamu juga yang nulis di buku aku ya Sal?" kesal Nadia.

"Hehe, maafin aku ya Nad," memeluk erat Nadia.

"Ih, ngeselin banget!" mencubit pipi Salwa.

"Gapapa cubit aja," tantang Salwa.

Bu Jihan hanya bisa tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi kamu mau ngapain ke sini, Ra? Masa cuma buat ngasih kejutan buat aku?" tanyanya pada Nawra.

"Oh iya, jadi sebenernya, aku tuh mau pindah sekolah di sini, Nad."

"Hah ... seriusan?" tanyanya girang.

"Iya Nad, papahku ada urusan kerjaan yang lumayan cukup lama di luar negri, jadi akhirnya aku bilang papah agar pindah sekolah aja di sini dan sekalian aku juga pengen ngikut jejak kamu hijrah dan memperdalam agama di sekolah ini,"

"Alhamdulillah, aku senang banget denger keputusanmu, Ra," sembari memeluk Nawra.

"Jadi kalian ini sudah sahabatan lama ya sepertinya?" tanya Salwa.

"Eh iya, Nawra, kenalin ini Salwa, sahabat aku dulu waktu masih kecil di sini."

"Udah kok, sebelum aku kesini aku dah kenalan sama Salwa lewat Bu Jihan."

"Eh iya ... ini ada kado untukmu," ucap bu Jihan.

Bu Jihan memberikan kado kecil kepada Nadia.

"Wah, maaf Bu merepotkan sekali."

"Nggak kok, semoga suka ya."

***

Nadia dan Salwa pulang diantar oleh Nawra yang membawa mobil papahnya.

Didalam perjalanan mereka banyak bercerita, hingga Nadia mengingat kembali kejadian di toilet sekolahnya.

"Nanti deh pokoknya, kamu pasti suka sama guru itu, cakepnya tipe kamu banget tau Ra, Masya Allah banget pokoknya mah."

"Siapa sih, Ustadz Adnan?" tanya Salwa pada Nadia.

"Ustadz Adnan?" tanya Nawra juga. "Hmm, jadi gak sabar masuk sekolah nih."

"Eh, harus fokus buat belajar loh di sini." tegas Nadia.

"Iya dong Nad, ngomong-ngomong, gimana sekolah papahku?" tanya Nawra.

"Bagus kok Ra, rapih dan bersih, cuma memang sudah terlihat cukup lama, apalagi toiletnya itu loh, diujung sekolah pula."

"Ya begitulah, sejak semakin banyak kesibukan papahku di luar negri, jadi semakin kurang diperhatikan bangunan sekolahnya,"

"Oh iya, Sal, kamu juga yang nyoret di kaca wastafel toilet itu?" tanya Nadia pada Salwa.

"Hah? Aku kan nyoretnya di buku kamu Nad."

"Loh, terus, siapa?"

"Emang tulisan apa Nad?" tanya Nawra.

"Giliranmu sebentar lagi!"

Tiba-tiba Nawra ngerem mobilnya mendadak, dan merekapun saling bertatapan.

-Bersambung-

*Assalamu'alaikum Haluers! Yuk bantu Share ke media sosial kamu (jangan lupa Tag Author biar direpost ya), boleh juga divote, dan ramaikan seluruh paragraf dengan komen-komen kreatifmu, biar Author makin semangat dan segera merilis lanjutan ceritanya. Untuk kritik dan saran bisa disampaikan lewat pesan ataupun dm yah, Jazakumullahu, semoga bermanfaat, dan sampai jumpa di chapter berikutnya👋

My Crush My Ustadz [On Going]Where stories live. Discover now