7. Pertemuan.

Mulai dari awal
                                    

Arezka menatap surai Panjang berwarna hitam milik gadis itu "Pah, Aku mau nyelesaian masalah yang papah tuduh ke aku."Suara Raka dibalas  anggukan Arezka.

Arezka memakai Kacamata minusnya, Ia tenggerkan di atas hidung mancungnya. "Baiklah, Papah tunggu dia memperkenalkan diri."

Jujur Raka merasa gerogi melihat Wajah Papahnya. Urusan memperkenalkan seorang wanita, Raka sama sekali tidak pernah membawa gadis tepat dihadapan Papahnya, Apalagi benih miliknya tertanam pada Rahim gadis itu. Wajah Raka langsung keringat dingin.

"Fan,"Panggil Raka.

Fania menoleh, Gadis yang menunduk itu berjalan kearah Arezka. Arezka terdiam menatap wajah Polosnya yang terlihat tertekan. Gadis itu menyalami Arezka dengan tangan yang bergetar.

"Aku Fania Om."

Arezka menatap lekat Wajahnya. Disaksikan Endriko yang tepat menyaksikan interaksi kedua bocah di depan Arezka, Mata Endriko melebar mendengar Nama anak gadis yang kini tepat menginjakkan kakinya tepat di depan mereka "Teman dekat Anak saya?"

Fania terdiam sedikit Ragu, Ia hanya takut salah berbicara. Melihat itu Raka yang menyerobot "Iya Pah, Satu sekolah."Balas Raka. Arezka beralih menatap pengawalnya, Endriko dan Arezka saling tatap seperti mengerti isyrat Satu sama lain.

"Benar Ibu Kamu tengah di Rawat?"

Fania menggangguk. "Iya om, Uang yang kak Raka keluarkan, itu Aku minjem dari Kak Raka. Kak raka udah bantu Aku."

Kesedihan kembali menghiasi Wajah Fania. Sorot sendu itu beralih menatap Mata kebahagiaan Raka yang sepertinya puas mendengar penuturannya.

"Udah jelas kan pah?"Balas Raka,

"Sekarang, Saya mau bertemu Ibumu."Tutur Arezka, Kepada Fania.

Mobil dikendarai Oleh Endriko dengan Arezka disebelahnya. Raka bersebelahan Dengan Fania pada kursi belakang. Mereka tak banyak obrol Disana, Baik Raka dan Fania keduanya saling terdiam. Raka tak banyak tingkah di depan Papahnya. sang singa di dalam dirinya itu Rebahan ketika bertemu pawangnya.

Mata Fania, menatap jendela keluar yang masih berembun. Menatap kota jakarta seusai hujan di Malam hari sedikit membuat hati nya tenang. Fania sangat menyukai suasana jalan yang basah. Sejuk dan menenangkan.

Mereka tiba pada tujuannya. Langkah Fania mengantar Ketiga orang laki-laki itu pada Ruangan dimana Ibunya di Rawat. Fania menyentuh knop pintu dengan perasaan bergetar. Ini adalah yang pertama kalinya Fania kembali Fania menjenguk Ibunya. Fania masuk lebih dulu, Disusul Pak Arezka Dan juga Raka.

Disitu, Jantung Arezka seperti berhenti berdetak. Laki-laki paruh baya itu hampir saja bertekuk lutut melihat dengan Jelas wajah Ratih.

"Ra–tih,"Arezka menyentuh Ratih, menggenggam Tangan wanita yang terbaring itu. Disaat bersamaan Fania melebarkan matanya, Gadis itu kebingungan Menatap Wajah Papah Raka yang terlihat Berkaca, sorot kesedihannya. Membuat Fania Dan Raka saling Tatap meminta penjelasan.

Raka mematung tidak percaya, Tangan Raka Refleks menjauhkan Tubuh papahnya. "Papah, Kenapa? Dia Siapa?"

Arezka kesulitan Berucap "D,dia Ibumu?"Tanya Arezka Kepada Fania, Fania mengangguk.

Pak Arezka langsung memeluk Fania begitu Erat. Fania tercekat, Tangis Pak Arezka Tumpah, Tubuh laki-laki yang memeluknya bergetar tak kuasa. Raka dibuat melongo. Ia sama sekali tidak mengerti Tindakan ayahnya. Ruangan serba putih itu sekejap penuh haru. Pertemuan Pak Arezka kepada Mantan istrinya yang belasan tahun ia cari. Fania ikut menangis, Mengapa rasanya begitu Sedih melihat Kesedihan Papahnya Raka.

"Papah apa-apansi!"Ucap Raka Marah. Muak sudah melihat drama depannya, Mengapa Papahnya menggenggam tangan wanita lain? dan sekarang? memeluk gadis itu di depannya?

Sirah kasih Raka [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang