-23-

355 41 12
                                    



Beberapa saat sebelumnya...

Seperti yang telah mereka sepakati, kini Arthala sudah berada di gedung belakang. Ia terlonjak kaget saat mendapati notif pesan yang masuk di ponselnya.

Dari nomor sama yang menelponnya semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari nomor sama yang menelponnya semalam. Dengan langkah berat Thala pun mulai mendekat kearah gudang yang sudah lama tak terpakai itu.

Dengan pelan ia buka pintu gudang yang mulai keropos. Thala berjalan masuk dan tak mendapati siapapun disana. Kosong, sepertinya. Perasaan Thala semakin terasa tak enak.

"Keluar lo!! Gue udah dateng sesuai yang lo pengen, jadi keluar sekarang!!" Ujar Thala. Tapi tetap tak ada siapapun disini.

Hingga tiba-tiba dari arah belakangnya ada seseorang membekap mulutnya membuatnya mencium bau menyengat dari kain yang digunakaan orang tersebut dan kesadaran Thala mulai hilang.

Orang yang menjadi pelaku itu hanya tersenyum senang dan merengkuh tubuh Thala yang kehilangan kesadarannya.

"Arthala... lo milik gue. Bukan milik Althaf!!" Monolognya sambil membawa tubuh Thala untuk diikat ke kursi yang sudah ia siapkan.

Pemuda berjaket hitam itu tak hentinya mematap kagum tubuh Thala yang kini tengah terikat di kursi. Ia menyukai semua hal yang ada di tubuh Thala. Terutama kedua bola mata cantik yang kerap kali mematap tajam orang yang tidak disukanya, menjadikan Thala semakin terlihat mempesona baginya.

Thala merasakan kepalanya benar-benar pusing, dan perlahan kedua manik bobanya mulai terbuka. Lantas tubuhnya menegak ketika ingat jika ia kini berada di gudang.

Didepannya kini duduk seorang pemuda yang menggunakan seragam yang sama sepertinya. Thala seperti tak asing dengan wajah itu, tapi Thala lupa pernah melihatnya dimana.

"Udah puas tidurnya, cantik?" Tanya orang itu dengan senyum yang tak Thala suka.

Thala mencoba berontak namun percuma, ikatan tali di kursinya terlalu kuat, ditambah mulutnya yang tertutup oleh kain membuatnya tak bisa berteriak. Thala mulai menyesali keputusannya untuk datang sendirian. Seharusnya ia tadi mengikuti nasehat Xelio untuk tidak pergi menemui orang gila ini sendirian.

Melihat Thala yang terus berontak membuat pemuda itu berjalan mendekat. Lantas mulai menunduk menyesuaikan tubuhnya dengan di hadapan Thala.

Thala menggeleng ribut saat tangan pemuda itu hendak menyentuh permukaan kulit wajahnya. Dengan sorot mata tajam Thala mencoba mengintimidasi orang dihadapannya supaya tak menyentuhnya.

"Ssttt... anak baik harus diem," Ujarnya membuat Thala menggeram.

"Kalau lo nurut sama gue, semuanya bakal aman" ujar pemuda ber-nametag Raditya tersebut.

Entah karena sebab apa tapi Thala tak pernah mengingat memiliki musuh bernama Raditya. Ia juga tak mengenali wajah itu. Menurut Thala wajah Radit tampak seperti pemuda baik-baik dan tak mencerminkan seorang yang brengsek. Tapi nyatanya tak seperti itu.

[idk] sukhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang