Part 4

359 42 6
                                    

JACK DAN VICTORIA

=================================

"Ya, Sayang. Itulah syarat utama yang harus kau penuhi jika ingin berpisah denganku. Em ... Kurasa kedua telingamu masih berfungsi dengan baik, bukan?" sahut Jack menjulurkan lidah, membersihkan sisa lelehan lendir nikmat hasil dari pelepasan pertama Victoria yang beberapa saat lalu juga sudah habis ia telan.

Tak ada jawaban diplomatis yang keluar dari bibir ranum Victoria seperti biasa, tetapi tampak jelas di mata Jack, istrinya itu sedang bersusah payah mencerna setiap kalimat darinya.

Untuk saat ini posisi mereka adalah sama-sama terduduk di atas tempat tidur berukuran sangat besar dalam kamar Victoria. Jack mengizinkan wanita kesayangannya itu mengambil keputusan menempati bilik yang berbeda darinya sejak lima tahun lalu dan dengan berat hati ia tidak mempermasalahkannya.

Mendekatkan diri ke arah Victoria dengan menggunakan lututnya, Jack kembali bersuara, dan mengeluarkan kalimat mematikan di sana, "Hanya itu persyaratan mutlak dariku, Sayang. Jika memang kau benar-benar mencintai Arthur Patrick Williams, kurasa hal tersebut tidak akan sulit untuk kalian berdua, bukan?"

Damn it!

Sungguh, Victoria benar-benar nyaris kehabisan napas saat dengan mudah Jack menyebutkan nama lengkap Arthur di hadapannya. Selama ini ia mengira suaminya itu tak tahu apa-apa tentang hubungan terlarang mereka, tetapi hal tersebut ternyata salah besar, dan benar-benar di luar dugaan.

Menarik napas begitu dalam dengan tatapan mata yang kian tajam ke arah Jack, Victoria pun meluncurkan makiannya, "Kau memang brengsek, Jack! Aku membencimu!"

"Kaulah yang seperti itu, Victoria! Kaulah yang licik, mengira aku tidur dengan banyak wanita bayaran, dan merasa harus membalasnya! Kau tahu apa? Semua tuduhanmu salah, Victoria! Aku tidak pernah membagi tubuhku untuk yang lainnya dan mulai detik ini ..." Tanpa menunggu lama, Jack dengan cepat membalas kata-kata tegas Victoria, bahkan ia juga menggantungkan ujung kalimatnya sembari kian mendekat pada Victoria.

"Lepaskan aku, Jack! Jangan sentuh aku lagi!" hardik Victoria saat ternyata telapak tangan Jack sudah mencengkeram dagunya. Untuk kesekian kali, lelehan air mata tak bisa terbendung, dan sesungguhnya pria itu tak suka melihat hal tersebut.

"Jangan egois, Sayang ... Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk berhenti, sementara beberapa menit lalu kau bahkan sudah mendapatkan pelepasanmu, hm?" ejek Jack terkekeh geli, menampilkan deretan gigi putihnya yang berbaris rapi, dan itu sempat membuat Victoria tertegun beberapa detik untuk menikmati pemandangan di depannya.

Meskipun usia Jack lebih tua sembilan tahun dari Victoria dan janggut di dagunya juga sudah berangsur-angsur berubah menjadi putih, tetapi tak bisa ia pungkiri, suaminya itu memang jauh lebih tampan daripada Arthur.

Merasa bangga pada lamunan kecil yang Victoria lakukan sembari menatap wajahnya, Jack pun kembali mengulang keputusannya di sana, "Jawab aku, Victoria. Apa keputusanmu, hm?"

"Ap..apa?"

Cup!

"Hahaha! Kau memang luar biasa, Sayang. Sebaiknya jangan biarkan dirimu dibodohi oleh seorang lelaki seperti Arthur Williams. Kau dengar itu? Nikmatlah hidup barumu mulai detik ini dan bersiaplah untuk mengandung bayi-bayi lucu kita," ujar Jack saat Victoria kebingungan, tetapi sebelumnya lelaki berusia tiga puluh empat tahun itu sudah lebih dulu mencuri satu kecupan singkat dari bibir sang istri.

Sebagai wanita yang memiliki masa lalu buruk akibat perbuatan jahat suaminya, ketakutan itu masih jelas tergambar di dalam dirinya, dan semuanya dapat terbaca oleh Jack. Ia berjanji untuk memperjuangkan kebahagiaannya, meskipun segala kemungkinan buruk bisa saja terjadi.

"Jangan menangis, Victoria. Jika hatimu tak bisa untukku, maka pergilah dengan memberiku kenangan yang paling manis. Berikan anak untukku dan aku berjanji tidak akan pernah memaksamu lagi. Kumohon, Victoria ... Aku ingin kaulah wanita yang menjadi ibu dari keturunanku," gumam Jack setengah berbisik sembari menghapus jejak basah di pipi putih Victoria, tetapi air mata itu semakin deras mengalir. Walaupun suara suara suaminya nyaris berbisik, tetapi ia masih bisa mendengarnya.

Deg deg deg deg deg ....

Degupan jantung yang bekerja dua kali lebih cepat daripada biasanya, benar-benar tidak dimengerti oleh Victoria. Ia tak tahu mengartikan semua rasa, teramat kacau, hingga sulit untuknya berpikir jernih.

"A..apa untungnya untukku jika aku mengandung dan mem..memberimu anak, Jack?" tanya Victoria terasa bagai hantaman batu besar di kepala Jack. Ia tak berharap pertanyaan itu muncul dari bibir wanita yang menempati urutan kedua di dalam hidupnya, setelah sang ibu, dan yang bisa dirinya lakukan adalah diam sejenak sembari menarik napas panjang.

Satu ...
Dua ...
Tiga ...

Ya, tiga detik memberi jeda, jiwa Jack kembali tenang di hadapan Victoria. Seulas senyum pun hadir di wajah tampannya, dengan jari yang terangkat ke atas, menyingkirkan beberapa helai rambut di wajah istrinya.

"Aku akan memberikan segala hal yang pantas untukmu, Sayang. Bersenang-senanglah dengan si brengsek itu sampai kau bosan, lalu datanglah padaku lagi jika dia sudah tak menginginkanmu."

Plak!

"Sial! Kau memang brengsek, Jack!" kesal Victoria mengumpat, bahkan tanpa diduga ia juga sudah mendaratkan telapak tangannya ke wajah Jack.

Tak marah dengan aksi gila Victoria, Jack semakin keras terkekeh, merasa bangga bahwa kini wanita di hadapannya sudah banyak berubah.

Jack menyambar tubuh polos Victoria untuk masuk ke dalam dekapan, mencium puncak kepalanya hingga menghabiskan lima detik lamanya, sebelum mengeluarkan sebuah ultimatum, "Aku tidak bercanda dengan ucapanku, Sayang. Kau ingin berpisah dariku? Akan kukabulkan, jika kau berhasil memberiku anak laki-laki. Kau ingin aku memberimu bagian dari hartaku, itu juga akan terjadi. Aku akan menyuruh pengacaraku melakukannya, tapi ingat! Kau tidak boleh menikah dan memiliki anak dengan pria lain, jika berpisah dariku."

 "Apa?! Persyaratan macam apa itu?!" Tentu saja Victoria merasa sangat terkejut dengan ucapan Jack, hingga membuatnya secepat kilat melepaskan pelukan mereka, "Apa maumu yang sebenarnya, Jack?! Aku ingin hidup bahagia, kenapa kau harus terus mengaturku setelah kita berpisah nanti, huh?!" Dua baris pertanyaan juga menyusul setelahnya dan kali ini tidak ada lagi kekehan keras dari bibir Jack seperti yang ia lakukan beberapa saat lalu.

Jack hanya memberi tatapan memuja ke arah wajah cantik Victoria, diikuti dengan jari telunjuknya yang bermain dari leher, turun hingga ke puncak gundukan daging di dada istrinya.
    
"Ssttt ... Ka...katakan apa ... apa maumu, Jack?" tanya Victoria sembari menahan gejolak di tubuhnya yang mulai bergemuruh akibat perbuatan Jack memilin dan meremas.

"Kau bertanya apa mauku, Victoria? Kaulah yang kuinginkan, tapi yang kau mau adalah lelaki sialan itu, Sayang ... Haruskah aku terus memaksakan kehendakku setelah lima tahun ini sia-sia? Aku menginginkanmu, Victoria! Aku menginginkan dirimu sekarang juga!" balas Jack begitu dramatis, bahkan kini ia juga sudah menyambar bibir Victoria, dan melumatnya dengan rakus.
    
Mencoba diam untuk mencerna setiap kata yang keluar dari pita suara Jack, ternyata Victoria kalah telak dengan keadaan itu. Hawa panas di sekujur tubuhnya membuat lidahnya ikut melakukan hal serupa, saling melilit, dan berbagi saliva.
    
Satu demi satu adegan panas pun terjadi di antara pasangan suami istri tersebut, hingga menghasilkan banyak desahan yang sangat nikmat terdengar. Rayuan Jack membuat Victoria mengabulkan permintaan itu dan berharap segala sesuatu akan berjalan sesuai dengan harapannya.

***

BERSAMBUNG ....

The CEO Suddenly LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang