Part 2

511 44 2
                                    

"Apa yang ingin kau bicarakan, Jemmy? Berhentilah. Aku lelah dan sedang tidak ingin mendengar apa pun sekarang," ujar Jack di balik sambungan telepon dan suara seorang detektif terkenal di wilayah California itu adalah lawan bicaranya.

Kekehan tawa merupakan aksi yang Jack terima sebagai balasan lanjutan, tetapi sejurus kemudian sejumlah kalimat juga mengikutinya, "Victoria sudah menghubungi Edward White, Tuan Thomson. Seharusnya kau sudah dapat menerka jika nama pengacara bodoh itu kusebutkan, bukan? Hahaha! Kau benar-benar akan kehilangannya, jika ide yang sejak lama kuberikan tidak segera terealisasi, dan sebaiknya memang begitu lebih baik. Victoria bukan wanita yang pantas untuk mendampingimu! Hahaha!"

Sungguh! Suara berintonasi tinggi Jemmy Patrick Durham berhasil membuat aliran darah Jack Daniel Thomson seakan berada pada titik didih teratas, tetapi ia berusaha untuk menyembunyikan semuanya. Setumpuk pekerjaan yang baru saja dirinya selesaikan di Negeri Ratu Elizabeth itu membuat pikirannya kacau dan berharap dapat bertemu dengan tempat tidur secepat mungkin.

"Hm, terserah kau saja, Jemmy. Kita bicarakan itu nanti, jika aku sudah sampai di Los Angeles," balas Jack sekenanya seraya melonggarkan dasi yang terasa mencekik di lehernya.

Jack bahkan bersiap untuk menggeser ikon merah di layar ponsel dan menyudahi pembicaraan itu, tetapi suara Jemmy ternyata sangat ampuh membangunkan sisi lain dalam dirinya, "Kau tahu, Bajingan Arthur menyuruh Victoria meminta bagian untuk dirinya jika kalian benar-benar berpisah, Jack. Satu hal lagi yang lebih menakjubkan adalah mereka berencana menjebakmu agar wanita bodoh itu kembali tidur denganmu, mengaku tengah mengandung darah dagingmu, lalu saat berpisah, kau juga harus memberi bagian atas anak kalian. Anak yang belum tentu milikmu!"

"Itu tidak mungkin terjadi, Jemmy! Kau memang pengarang ulung!" teriak Jack melontarkan dua baris kalimat tegasnya.

Dalam keadaan terduduk di pinggiran tempat tidur penthouse mewah miliknya, Jack juga melampiaskan kekesalannya pada Jemmy dengan mencengkeram ponsel hingga buku-buku jarinya memutih. Namun, sang detektif terus saja melontarkan ejekan untuk tuannya.

"Kau tahu, Jack. Aku bekerja sudah sangat lama di keluarga Thomson, saat ayahmu juga mengalami hal yang tak jauh berbeda denganmu, Tuan. Mengapa kau harus memikirkan ketakutan Victoria dan membiarkan hatimu terluka sepanjang tahun, hm? Kalian sudah menikah, jadi yang kau lakukan sangatlah wajar, meskipun psikiater gila itu mengatakan tindakanmu adalah sebuah pemerkosaan," sahut Jemmy menguji kesabaran Jack yang hampir habis.

"Kau tak tahu, karena kau tidak pernah merasakan cinta pada lawan jenis, Pak Tua! Kau hidup dengan Matias dan berbagi lubang belakang, jadi behentilah bicara sekarang juga!" kesal Jack mulai membalas, ikut mengejek pasangan hidup Jemmy yang tak kalah tuanya.

Tak merasa tersinggung sama sekali dengan selorohan yang diberikan Jack, lagi-lagi Jemmy hanya terkekeh geli, bahkan kali ini terdengar lebih besar daripada sebelumnya.

"Aku lelah, Jemmy. Sudahi pembicaraan sialan ini dan biarkan aku tidur sebentar!" Itulah alasan mengapa Jack kembali bersuara dan ia berhasil.

"Baiklah, Jack. Aku takkan mengganggumu lagi hari ini. Semua informasi yang aku dapatkan sudah kuberitahukan padamu, jadi terserah kau saja. Aku hanya ingin rencana menghamili Victoria itu segera dilaksanakan, tetapi jika kau masih tidak ingin bergerak, maka lepaskan saja dia. Mungkin memang wanita lain yang lebih cocok menjadi ibu dari anak-anakmu kelak, bukan wanita bodoh itu," sahut Jemmy mengulang semua ide yang selalu ia tawarkan pada Jack, membuat sang CEO muda terdiam tanpa kata.

Tut tut tut tut tut ....

Nyaris delapan detik menunggu dan tetap tak mendapatkan jawaban, yang bisa Jemmy Patrick Durham lakukan adalah menutup sambungan teleponnya. Meski begitu, pria tua berketurunan Inggris-Amerika itu yakin Jack Daniel Thomson mendengar seluruh kalimatnya. Besar harapan agar tuannya segera mengambil keputusan, terlebih kini usia pernikahan mereka sudah memasuki tahun kelima.

Berpikir dan terus saja mencerna semua kalimat di tengah keadaan diri yang sudah terbiasa, entah mengapa isi kepala Jack benar-benar nyaris meluap hanya karena satu namanya saja. Victoria Regina Smith, Nyonya besar dalam mansion megah keluarga Thomson di Los Angeles.

Tut ... tut ... tut ... tut ... tut ... tut ... tut ...

Walaupun dering-dering panjang sempat membuat Jack bosan menunggu, tetapi suara asisten pribadinya pada akhirnya terdengar juga, "Halo, Tuan."

"Allan, berapa hari lagi aku harus berada di negara sialan ini, hm? Bisakah kau membuat semuanya menjadi lebih mudah? Aku ingin segera pulang dan tidur di kamarku!" Namun, hal itu tak menyurutkan niatnya untuk bertanya, dan juga bernegosiasi di sana.

Tak jauh berbeda dengan Jemmy yang merupakan adik kandung ibunya, ternyata faktor genetik di keluar Durham juga berpengaruh pada tingkah laku Allan.

"Yang benar saja, Tuan. Sebenarnya yang Anda rindukan kamar tidur atau teman tidur?" seloroh Allan terkekeh pelan.

"Oh, Tuhan! Mengapa dulu aku menyetujui keinginan Jemmy untuk mempekerjakan keponakan gilanya sebagai asisten pribadiku? Haruskah sekarang juga aku memecat dan menggantikan posisinya dengan orang lain?" jawab Jack merebahkan tubuh tegasnya di atas tempat tidur berukuran sangat besar.

"Hahahaha! Baiklah, Tuan Thomson. Anda hanya perlu memperlihatkan wajah tampan Anda besok, lalu setelahnya biar kami yang mengurus segala urusan itu. Hanya saja jika Anda ingin pulang menggunakan jet pribadi, maka hal itu baru boleh dilakukan pada malam hari, ketika pekerjaanku sudah selesai. Well, semua terserah Anda. Ingin menggunakan pesawat dari sebuah maskapai penerbangan agar cepat sampai di LA atau menungguku," jawab Allan to the point, membuat Jack kembali tercengang di ujung sambungan telepon, lengkap dengan mulutnya yang tiba-tiba saja terbuka.

Jack bahkan sempat menahan napasnya tiga detik, tapi kemudian kekehan keras itu terdengar pula, diikuti sebaris perintah yang terdengar menggiurkan bagi Allan, "Hahaha! Kau memang sialan, Allan! Baiklah, aku memberimu waktu 5 menit dari sekarang. Siapkan dirimu sebaik mungkin dan kita akan ikut menikmati kehidupan malam di Kota London."

Klik!

Usai menutup sambungan teleponnya pada Allan, Jack juga bergegas bangkit dari posisi terlentang, dan menyimpan ponsel di atas meja nakas. Kedua kakinya melangkah cepat ke dalam kamar mandi, lalu berdiri di depan wastafel. Mata hazel itu menatap penuh kemarahan ke arah dirinya sendiri dan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi tanpa diduga.

Prang!

Ya, sesuatu yang pecah terdengar keras, terlebih saat berserakan ke lantai. Itu adalah sebuah cermin gantung dan penyebabnya tentu saja karena kepalanya tangan milik Jack Daniel Thomson.

"Victoria Regina Smith! Kau tidak bisa lepas begitu saja, Sayang. Mungkin sudah saatnya kau kembali mendapatkan hukuman dariku dan kali ini, aku tidak akan menyalahkan diriku lagi! Kau benar-benar wanita sialan, Victoria! Kau memang sialan!" amarah Jack yang hanya bisa ia dengar sendiri. Lelaki berusia tiga puluh empat tahun itu, kini berada di puncak kesabaran atas perselingkuhan Victoria dengan Arthur.

Jack tak bisa lagi memberi banyak waktu, meski ia tahu semua ini terjadi akibat ulahnya yang memaksa Victoria muda menikah dengannya.

"Kau harus belajar menerimaku, Victoria! Kau harus mencintaiku, sama besarnya seperti rasa cintaku padamu! Argh!" gumam Jack yang berujung dengan ringisan, saat air dingin dari kran wastafel mengenai luka di buku-buku jari, akibat ulahnya memecahkan cermin gantung.

Lelehan darah segar juga ikut mengalir keluar. Namun, kesakitan terbesar itu tidak berada di sana, melainkan dari balik tulang-tulang rusuk, tempat di mana hati Jack Daniel Thomson berada. Organ multifungsi tersebut berperan dalam memproduksi cairan empedu, sekaligus zona ternyaman baginya untuk terus menciptakan banyak rasa pada seorang Victoria Regina Smith.

***

BERSAMBUNG ....

The CEO Suddenly LoveWhere stories live. Discover now