Part 3

385 43 2
                                    

JACK DAN VICTORIA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JACK DAN VICTORIA

========================================

Bagaimana penampilanku, Maria? Apakah aku sudah terlihat cantik seperti biasanya?" tanya Victoria pada kepala pelayan sembari mematut dirinya di depan sederet kaca yang tersusun rapi dan memanjang.

"Anda selalu cantik seperti biasanya, Nyonya. Tuan Daniel pasti akan semakin mencintai Anda," jawab Maria menundukkan kepalanya, tetapi bagi Victoria ucapan tersebut benar-benar sangat menjijikkan untuk dirinya.

Entah sudah ke berapa kali Maria melontarkan kata-kata itu padanya, jadi seharusnya ia terbiasa dengan semuanya, tetapi kali ini dirinya tak dapat membendung kekesalan.

"Kau tahu, Maria? Aku tidak pernah membutuhkan cinta dari Jack yang sejak kecil kau panggil Daniel itu sedikit pun! Yang aku inginkan adalah kematiannya secepat mungkin, lalu menikmati seluruh hartanya bersama Arthur! Kau sudah paham?!" tegas Victoria setengah berteriak. Namun, Maria lagi-lagi hanya menampilkan gerakan yang sama seperti tadi. Mengangguk, dan membungkukkan tubuhnya.

Kekesalan pun semakin memuncak di dalam diri Victoria. Ia bersiap untuk berdiri dari depan meja rias dan meluapkannya pada Maria, si kepala pelayan yang sejak muda sudah bekerja di Keluarga Thomson.

"Dengar, Maria! Jangan sebut nama bajingan tua itu di depanku lagi mulai detik ini atau kau akan--"

"Ekhem! Selamat pagi, Maria. Tolong siapkan makan siang di kebun belakang karena aku berencana menghabiskan waktu bersama istriku hari ini." Namun, kalimat dari bibir merah menyala Victoria itu tak selesai diucapkannya, karena suara lain sudah lebih dulu menyela, menghadirkan keterkejutan untuk kedua wanita tersebut.

"Ja..jack?! Kau ...."

"Iya, Sayang. Pekerjaanku sudah selesai di London, jadi aku memutuskan untuk secepatnya pulang ke Los Angeles. Aku ingin bertemu denganmu dan menghabiskan hari ini, hanya berdua saja," sahut Jack melangkah semakin dekat ke arah tubuh kaku Victoria dan tanpa aba-aba langsung melumat habis bibir istrinya.

Sebuah kegilaan yang kembali mengingatkan Victoria pada kejadian naas lima tahun lalu, berkelebat di isi kepalanya. Lelehan air mata pun tak bisa lagi ia bendung dan masih tetap sama, Jack benar-benar tak mau memedulikan, meski dirinya sudah merasakan jejak basah itu.

"Aku menginginkanmu, Sayang ..." Jack bahkan semakin liar bergerak, menyesap di sepanjang kulit leher Victoria.

Tentang Maria Mclaren yang menjadi kepala pelayan, tentu saja ia sudah sejak beberapa menit lalu keluar dari kamar majikannya. Wanita tua itu tersenyum lebar sembari melangkah ke arah pintu kamar, mencabut anak kunci dari tempatnya, dan dengan cekatan mengunci dari luar.

Jack dan Victoria benar-benar tidak sadar dengan perbuatan Maria, bahkan kini tubuh mereka sudah saling menindih di atas tempat tidur.

"Tatap aku, Victoria! Buka matamu dan lihat ke arahku sekarang juga!" tegas Jack masih berada di atas. Ia tidak suka dengan tubuh ketakutan sang istri, pun lelehan air mata yang membuatnya terus menyalahkan diri.

"Jangan sakiti aku, Jack. Aku mohon jangan sakiti aku," lirih Victoria usai ia membuka kelopak mata dan mempertemukan netra abu dengan kornea hazel milik Jack.

"Kau yang jangan menyakitiku, Victoria ... Tak bisakah kau menerimaku seperti pria sialanmu itu, huh?! Kau menyewa jasa Edward White untuk berpisah denganku? Kau benar-benar sialan, Victoria! Aku tak akan melepaskanmu begitu saja!" balas Jack begitu lantang di telinga Victoria, tetapi kabut gairah itu tak bisa serta merta dihilangkannya.

Sempat menutup kembali kelopak mata dan menarik napas panjang, Victoria masih saja sama. Ia belum bisa menahan jejak basah dari kesedihannya, tetapi kilatan amarah mulai hadir di sana.

Kekesalan yang menumpuk pun pada akhirnya keluar juga dari pita suara Victoria untuk Jack, "Apa yang kau inginkan agar aku bisa lepas dari ikatan gilamu ini, Jack? Katakan sekarang dan aku akan mengabulkan untukmu! Kau ingin tidur denganku? Lakukan saja sesukamu, Sialan! Atau kau ingin aku melayanimu?"

Bruk!

"Victoria, kau--"

"Kau ingin aku berubah menjadi seperti para jalang yang sering tidur denganmu untuk menuntaskan semua kebutuhanmu, bukan?! Akan kulakukan, Jack! Akan kulakukan sekarang juga, asalkan kau menceraikan aku!" Victoria bahkan tiba-tiba saja berubah seperti seekor singa betina yang siap menerjang musuh, saat anaknya berada dalam bahaya. Ia mendorong tubuh Jack dengan sisa tenagan dan secepat kilat duduk di atasnya.

Krek!

Victoria juga membuka paksa kancing gaunnya hingga bagian kain yang seharusnya bersambung menjadi ikut terkoyak, robek menjadi dua hingga ke bawah, nyaris seperti sebuah kemeja.

Melihat gundukan daging yang sedikit tersembul dari balik bra hitam berenda Victoria, sudah jelas kabut gairah milik Jack semakin memuncak. Rasa geram juga terjadi akibat kalimat ejekan sang istri, membuat pria berusia tiga puluh empat tahun itu bangkit dari posisi terlentang, dan membalikkan keadaan mereka.

"Argh, Jack!" teriak Victoria dengan kedua bola mata yang nyaris terpelocok keluar, tak siap menerima semua perlakuan Jack, "Sialan! Cukup, Jack! Jangan-- Ough!" Lebih-lebih ketika dengan kasar CEO gila itu menarik paksa bra hitam berenda sang istri dan melumat habis gundukan daging nikmat di dadanya.

Dunia benar-benar terasa penuh dengan bebatuan akibat badai yang menerjang bagi Victoria, tetapi hal tersebut tak jauh berbeda untuk diri Jack pula. Gairahnya tak bisa lagi terkontrol di sana, sama seperti gemuruh di hatinya.

"Aku menginginkanmu, Victoria ... Bercintalah denganku, Sayang," desah Jack saat bibirnya puas memainkan puncak payudara kanan Victoria dan bersiap dengan yang satunya lagi.

Kewarasan dua anak manusia itu seperti sedang diuji, tetapi tidak untuk Victoria yang entah mengapa lambat laun, mulai menikmati semua sentuhan lembut Jack.

Tik tok tik tok tik tok ....

Kepala yang terus merambat turun hingga ke inti diri Victoria, menciptakan sebuah desahan, dan itu sungguh terdengar nikmat di telinga Jack, "Ough, Jack!"

"Ya, Sayang ... Aku suka saat kau menyebut namaku seperti itu ... Ugh!"

"Argh, Jack!"

Tak cukup hanya dengan lidah saja, Jack pun menambahkan satu ruas jarinya ke dalam lubang nikmat Victoria. Membuat jeritan semakin terdengar keras, bahkan kedua tangan wanita berusia dua puluh lima tahun itu kini telah bermain di kepala suaminya.

Pelan tapi pasti waktu berjalan dengan desahan-desahan nikmat tanpa kata dan dunia Victoria pun semakin terasa mengerucut ke satu titik saja.

"Jack, lebih cepat lagi! Ough, Jack! Aku akan sampai! Jack!" Saat itu juga Victoria kembali melakukannya. Berteriak keras menyebutkan nama Jack hingga tiga kali banyaknya, seiring dengan datangnya gelombang kenikmatan yang dibuat oleh sang suami.

Untuk pertama kalinya, Jack merasa sangat bangga menyandang status sebagai seorang suami, bahkan ia menduga sebentar lagi perjuangannya tidak akan sia-sia, "Kita belum selesai, Sayang. Jika ingin berpisah dariku, syaratnya adalah kau harus memberiku anak laki-laki sebagai pewaris lanjutan di Keluarga Thomson."

"Apa?!" Itulah mengapa sebuah keputusan berusaha keras Jack keluarkan di depan Victoria hingga membuat sang istri sangat terkejut, karena menurutnya dengan begitu semua tujuan akan tercapai.

***

BERSAMBUNG ....

The CEO Suddenly LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang