“Gu-gue” Nayana tak tau harus menjawab apa. Ia tak pernah bercerita kepada siapapun jika menyangkut tentang orang yang ia sukai bahkan Okta sekalipun tak tau menahu soal ini.
Gavin yang melihat gerak gerik Nayana mengerti. “Gausah Na, kalo emang privasi” katanya seraya menepuk pundak gadis itu.
Nayana tersenyum. “Lo pernah mencintai dalam diam gak?” tanya Nayana sambil menatap mata lelaki itu.
Gavin terdiam beberapa saat. “Pernah” tapi tak ada suara saat ia mengucapkan itu hanya lewat gerakan mulut saja.
“Kapan?”
“Dulu” katanya singkat. Dari jawaban yang diberikan Gavin Nayana paham, lelaki itu belum siap untuk bercerita tentang masa lalunya kepada Nayana.
Nayana mengangguk. Ia kembali terdiam setelah itu.
“Kalo lo? Dari kapan?” Gavin kembali berbicara setelah 5 menit diamnya gadis itu.
“Dari dulu” Nayana meniru ucapan Gavin tadi. Lelaki itu terkekeh mendengar nya.
“Mencintai dalam diam, gak salah kan?” tanya Nayana dengan pandangan kosong.
Gavin menggeleng. “Gak sama sekali” Seperti nya mereka merasakan hal yang sama.
“Tapi gue capek Gav” Nayana lelah memendam ini semua. Ia tak tau harus berbuat apa. Setelah galau semalaman yang tak ada ujungnya itu ia semakin bingung dengan perasaannya sendiri.
“Itu resiko dari cara mencintai yang lo pilih” Ia tau apa yang Nayana rasakan.
Benar apa kata Gavin. Ini cara yang Nayana pilih dari sekian banyak cara orang mencintai manusia dibumi.
“Lo bener” gumamnya.
“Lakuin apa yang lo mau. Ntar kalo cape juga berhenti sendiri dan lo bakal nyadar kalo itu semua hanya sia-sia. Jangan dipaksa move on kalo emang belum siap” saran Gavin.
Lelaki ini berbicara tanpa jeda. Kalimat yang keluar dari mulutnya itu membuat Nayana berpikir sekarang.
“Makasih saran lo Gav. Berguna banget buat gue sekarang” ucap Nayana tersenyum dengan mata yang memerah seperti ini menangis.
“Kok sedih?” Gavin menyadari tatapan sendu gadis itu.
Nayana membuang pandangannya. Ia mengucek kedua matanya. Gavin tak boleh tau bahwa ia ingin menangis rasanya. Baru kali ini ia merasa didengar baik oleh seseorang. Selama ini Nayana hanya menjadi pendengar teman-teman nya.
Tanpa mereka sadari, pendengar yang baik juga butuh didengar bukan hanya mendengar.
“Jangan dikucek Na” Gavin menurunkan tangan gadis itu dari matanya.
“Kelilipan Gav” alibi Nayana.
“Kalo lo jadi gue, gimana Gav?” tanya Nayana sambil tersenyum tipis.
“Gue baru tau 10% dari cerita lo sejauh ini Na belum semua” Gavin balas tersenyum.
“Singkat cerita, lo suka sama seseorang yang gabisa lo miliki. Lo tau itu mustahil banget. Perasaan lo gaada apa-apanya dibanding sama orang yang dia suka. Pokoknya tuh lo cuma sekedar orang dimasa lalu yang ketemu sama dia, bahkan cerita kalian aja belum dimulai tapi udah dipaksa harus berakhir” jelas Nayana.
“Seperti yang gue bilang tadi. Gue bakal ngelakuin apa yang gue mau saat ini. Gue percaya hukum alam Na. Lo suka sama orang sampe segitunya dilain tempat ada orang yang lebih suka sama lo dari apa yang lo lakuin sekarang” Tak tau kenapa lelaki dingin ini mendadak menjadi penasihat cinta bagi Nayana.
Nayana tersenyum manis mendengar ucapan lelaki itu. Ia merasa Gavin benar-benar menjadi pendengar yang baik untuk nya. Ternyata dare dari teman-teman nya itu membawa kebaikan yang tak ia duga.
“Trus kalo posisi lo jadi orang yang gue maksud gimana Gav?” tanya Nayana lagi.
“Gue gak bisa berkata-kata kalo jadi dia Na” jawab Gavin menatap mata Nayana.
“Kenapa gitu?”
“Beruntung banget gue kalo jadi dia”
“Trus kalo tu cewek nyerah karena lo tau perasaan dia yang sebenarnya gimana?”
“Ya gue kejer balik lah. Disitu saatnya gue bales perasaannya”
“Tapi dia jelek, gimana dong?”
“Fisik bisa berubah kapan aja Na, tapi hati gak bakalan pernah”
“Trus kalo posisi nya lo disitu udah punya cewek gimana? Lo pilih diem dan pura-pura gatau sama keadaan karena lo menghargai orang yang ada disisi lo apa Lo putusin tu cewek dan milih ngejar cewek yang suka sama lo itu?” tanya nya panjang.
“Gue gak tau Na” ini pertanyaan jebakan. Antara memilih masa lalu dan masa sekarang, tetapi intinya sama-sama untuk masa depan.
“Pasti sulit yah Gav. Apalagi posisi nya tu cewek jauh banget dari tipe lo. Pasti lo bakal milih orang yang sekarang disisi lo” Nayana mengambil kesimpulan seperti itu.
Kalau Gavin berpikir seperti ini berarti dia juga begini, pikir Nayana. Ia sempat berpikir untuk confes tadi malam menggunakan akun fake buatan nya. Tapi ia tak berani, takut ketahuan. Mendengar tanggapan Gavin semakin membuat nya mengurungkan niatnya untuk confes saat ini.
“Susah yah jadi cewek jelek” gumam Nayana.
YOU ARE READING
INSECURE (On Going)
Teen FictionIni tentang gadis yang menjadi pengagum rahasia seorang lelaki bertahun-tahun lamanya. Tak ada satupun orang yang tau akan perasaan nya termasuk teman dekatnya. Seorang gadis biasa yang hanya bisa memendam rasa. Nayana Refania ,gadis yang jauh dar...
Chapter 13 : Deep talk with Gavin
Start from the beginning
