"KECOAK!! AAA!!!" Teriak Halena dan membuat Laurels serta Aubree terbangun.

Kaisa ikut bangun dari ranjang dan maniknya menatap sapu lalu mengambilnya. Perlahan Kaisa maju mendekati hewan tersebut. Halena, Lauresl, serta Aubree berada di belakang Kaisa dengan mimik ketakutan. Kemudian Kaisa berhasil memukul kecoak tersebut hingga mati. Halena, Laurels, serta Aubree menghela nafas lega. Kaisa mengembalikan sapu tersebut ke tempat asalnya.

"Tempat tertutup gini masih ada kecoaknya?" Heran Aubree.

"Iya, mungkin dia masuk barusan kan pintunya terbuka," Kaisa menatap pintu kamar yang terbuka lebar.

"Benar juga. Eh, tunggu-tunggu! Ada yang aneh nggak, sih?!" Halena menggaruk belakang telinganya.

"Aneh kenapa?" Tanya Kaisa.

Halena, Laurels, dan Aubree spontan menatap Kaisa dari atas sampai bawah.

"Kaisa...kamu bisa berdiri?" Tanya Laurels dengan tatapan tidak percaya.

"Berdiri?" Kaisa yang tidak menyadari tubuhnya berdiri kemudian menatap kakinya.

Kaysen memilih bungkam dengan perkataan yang diajukan Lazarus dan Moona. Dia lelah menanggap perkataan mereka yang tidak ada habisnya. Sedangkan Lydia hanya sibuk memainkan ponselnya.

"Udah sore begini kalian tidak ada niatan untuk pulang? Aku tidak menampung kalian untuk menginap disini!" Kesal Kaysen.

"Lagian siapa juga yang menginap disini!" Gumam Lydia.

"Kalau begitu, kalian pulang sana! Aku masih ada urusan!" Usir Kaysen.

Moona, Lazarus, dan Lydia beranjak dari kursi sofa.

"Jangan sesali keputusanmu," Tutur Lazarus seraya menepuk pundak Kaysen.

"Aku tidak akan pernah menyesali keputusan yang sudah ku buat," Kaysen tersenyum sinis.

*****

Arsene tengah berdiri di hadapan tanaman bambu yang begitu luasnya. Dia mengingat kembali momen dimana dia melukai Kaisa kala itu saat dia masih berada di wujud aslinya.

"Lama-lama aku jadi rindu dia," Gumam Kaysen tersenyum tipis.

"Rindu siapa?" Celetuk ibu panti yang tiba-tiba sudah berada di samping Arsene dan membuat dia terkejut.

"Rindu Kaisa?" Tambah ibu panti dengan nada bercanda.

"Bukan dia, hanya seseorang yang pernah ku kenal sebelumnya." Arsene menghela nafas.

Tak selang lama semburat jingga perlahan menghilang menggantikan langit gelap serta bintang-bintang yang bersinar terang menerangi langit malam. Arsene dan ibu panti menyeruput teh hijau panas di halaman belakang sembari menatap langit malam yang begitu cerah karena sang bintang.

"Oh iya, mereka belum pulang juga?" Tanya Arsene hati-hati.

"Mereka? Siapa?" Tanya balik ibu panti seraya menaruh cangkir teh di samping tubuhnya.

"Kaisa, Halena, Aubree, dan Laurels." Balas Arsene kemudian menyeruput teh hijau tersebut.

"Belum pulang? Dasar anak nakal, pasti mereka berkeliaran di luar malam-malam begini," Ibu panti beranjak dari kursi dan masuk ke dalam.

Arsene mengarahkan satu tangannya ke arah langit lalu di kibaskan hingga bintang-bintang menghilang total dan hanya tersisa langit gelap dan cahaya bulan yang tertutup awan.

"Aku sungguh sudah tak tahan lagi," Gumam Arsene dengan tatapan tajam menatap langit.

Kaisa dengan sigap membungkam mulut Halena yang akan memanggil Kaysen dan Valentin.

DOOZYWhere stories live. Discover now