"Aku mulai dulu!" Kaisa hampir mengambil mandoo, namun dengan cepat Halena menepuk punggung tangan Kaisa.

"Yang tua yang lebih dulu!" Tegas Halena.

"Silahkan, anda lebih dulu." Halena menatap Valentin. Di belakang Kaisa tertawa kecil.

Hening.

"Bukannya aku mengatai kamu tua, tapi kami lebih muda dari kamu." Halena menggaruk tengkuknya seraya tersenyum kikuk.

Valentin kemudian mengambil beberapa makanan ke dalam piringnya, selanjutnya diikuti oleh lainnya. Kaisa mengambil beberapa caramelize tempeh ke dalam piringnya, kemudian dia melahapnya.

"Wow! Ini namanya apa?" Tanya Kaisa kepada Valentin.

"Caramelize tempeh, tempe yang digoreng kering lalu dimasak dengan kecap manis. Kamu suka itu? Kalau suka, aku akan buatkan itu setiap hari untukmu." Balas Valentin tersenyum.

"Sungguh? Janji, ya?!" Kaisa kembali melahap makanan tersebut. Kaysen berdeham dan membuat semua orang tertuju padanya. Valentin hanya tersenyum tipis seraya menggeleng kepalanya.

Setelah sesi makan siang berakhir, Kaysen mengajak mereka ke taman belakang. Yang mana banyak ditumbuhi pohon strawberry dan beberapa bunga di sekitarnya. Banyak kupu-kupu hingga pada tanaman tersebut. Laurels gagal menangkap kupu-kupu tersebut dan Halena mengejeknya karena tidak bisa menangkap kupu-kupu. Kini Laurels menantang Halena untuk menangkap kupu-kupu.

"Dengan tanganku yang imut ini pasti kupu-kupu itu akan mudah aku tangkap!" Sombong Halena membuat Laurels mendecih.

Halena mengamati beberapa kupu-kupu yang akan hinggap di bunga strawberry. Setelah berhasil bertengger, Halena perlahan mendekat. Langkah demi langkah, sedikit lagi dia akan berhasil menangkap kupu-kupu tersebut. Tangan Halena sudah berada dalam jarak lima belas sentimeter dengan kupu-kupu tersebut. Dan iya! Kupu-kupu tersebut meleset dari tangan Halena. Laurels yang menyaksikan ini hanya tertawa terbahak-bahak.

"Long time no see, Kaisa!" Kaysen berdiri di samping Kaisa seraya menatap para petani yang tengah mengerjakan ladangnya.

"Ku pikir kamu beneran lupain Kaisa," Kaisa menunduk menatap kedua kakinya.

"Mana ada seorang kakak yang melupakan adik kandungnya sendiri," Kaysen mengacak-acak rambut Kaisa.

"Lalu saat itu..." Tiba-tiba Kaysen membungkam mulut Kaisa.

"Maaf. Aku membentakmu saat itu, kakak benar-benar terpojok dan iya kakak nggak bisa bela kamu. Kakak nggak mau kamu celaka di tangan mereka, jadi kakak pura-pura menjadi di pihak mereka." Kaysen menghela nafa lega karena berhasil mengungkapkan kejadian yang sebenarnya kepada Kaisa.

"Pura-pura? Itu berarti kakak sekarang juga pura-pura baik sama Kaisa, kan?" Kedua tangan Kaisa mencengkeram kuat pegangan kursi roda.

"Untuk apa kakak pura-pura baik? Kakak beneran tulus baik sama kamu, Kaisa!" Jelas Kaysen.

Kaysen memutar kursi roda Kaisa hingga mereka saling bertatapan.

"Dengerin kakak! Kamu sekarang satu-satunya yang kakak punya dan kakak nggak akan sakitin Kaisa lagi,"

"Kalau Kaisa bukan satu-satunya lagi yang kakak punya, apa kakak akan sakitin Kaisa?"

Kaysen bingung dia harus menjawab apa. Namun dia telah berjanji pada dirinya sendiri saat bahwa dia tidak akan melukai Kaisa apapun kejadiannya.

"JAWAB, KAK!" Bentakan Kaisa membuat semua orang tertuju padanya.

Kaisa mengusap air matanya dan memilih pergi. Kaysen mengejar Kaisa.

DOOZYWhere stories live. Discover now