Eps 24 [ hard to sleep ]

Mulai dari awal
                                    

Reyhan keluar dari kamar Liona dengan kesal. Ada apa dengan adiknya ini, tidak seperti biasanya. Liona lebih sensitif dari biasanya.

Ini baru pertengahan bulan, mana mungkin Liona pms. Bukan Reyhan kalau dia membiarkan adiknya belajar dengan kelaparan. Ia berinisiatif mengambilkan nasi lengkap dengan sayur dan lauk pauknya sekalian.

Dengan susu di atas nampan ia mengantarkan makanan dan minuman itu ke kamar Liona.

"Nih, nanti seusai Lio belajar dimakan!" ucap Reyhan kembali meninggalkan kamar bernuansa biru itu setelah meletakan makanan yang ia bawa di atas nakas.

Liona menelengkan kepalanya pertanda ia kebingungan. Ah sudahlah lebih baik dirinya kembali belajar.

Sampai larut malam Liona belum juga selesai dengan kegiatan belajarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa belajar terlalu berlebihan sama saja dengan pemborosan waktu.

Itu tidak baik. Entah bagaimana Liona menjadi gila belajar. Mungkin karena ia ingin mengalihkan pikirannya dari masalah yang menerpa.

Tak masalah bagi Liona jika dirinya belajar sampai larut, toh ayahnya pernah bilang "udah mau ujian kurangi waktu tidurmu!" Kata-kata dari Revano waktu itu membuat Liona semakin gila belajar.

Agar dirinya bisa membanggakan Revano serta menghindari kekerasan fisik dari Revano.

__•°√°•__

Ceklek...

Suara kunci loker Liona terbuka. Ia ingin mengambil peralatan menulisnya. Namun hal mengejutkan adalah terdapat sobekan kertas dengan tulisan celaan dirinya.

Liona hanya terkekeh kemudian meremas kertas itu membawanya pergi bersamanya. 'Terserah kalian, Lio nda peduli."

Kelas usai sekitar pukul 10:00 waktunya para murid pergi ke kantin mengisi perutnya. Jajanan di kantin sangat beragam paling banyak yang diminati adalah bakwan jagung Mbak Inem. Rasa khasnya yang membuat para murid rela berdesakan membelinya.

"Lio, mau makan apa, hm?" tanya Rian menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Liona.

"Lio... Mau seblak." Rian mendengar penuturan gadisnya itu mengerutkan keningnya. Lio ada maag kenapa memilih seblak.

"Gak. Lio ada maag nanti kambuh, Rian gak izinin Lio makan seblak," putus Rian memilihkan menu lain untuk gadisnya. Tentu respon Lio cemberut mendengar penuturan Rian barusan tapi ya bodo amatlah.

"Makan bakso  aja, ya? Sama teh hangat," tambah Rian menuju kedai penjual bakso untuk memesan.

Menunggu Rian yang masih di kedai untuk memesan. Liona merebahkan kepalanya di atas meja. Kepalanya pusing karena terlalu banyak berfikir.

Liona yang biasanya ceria dan periang, namun sekarang menjadi lemas dan lesu. Kali ini tidak ada senyum yang terpancar di wajahnya, hanya ada raut wajah murung.

Rian kembali dengan bakso dua porsi dan minuman. Setelah duduk dan meletakkan makanannya, Liona mengangkat kepalanya menatap pria di depannya.

"Kenapa, hm?"

Liona menggeleng, ia mengambil bakso tanpa mie, tanpa daun seledri dan bawang goreng di hadapan Rian.

"Lio agy laper, nda boleh diajak ngomong, sssstttt," kata Liona meletakan jari telunjuk di tengah-tengah bibirnya. Mood Liona tidak baik.

I'M OKEY!! [END] TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang