Chapter 14 : Answer

188 30 35
                                    

Gais, please lah... Update an kemarin beneran kek ga sesuai ekspektasi Choco banget,

Pdhl Choco udh berusaha buat feelnya tapi kek sia² gt:') apa kalian ga ngerti ngetik kek begini itu perlu otak, tangan, sama hati:')

Apa feelnya masih kurang? Kalo masih kurang pls bilang dong:((





🌸 Happy Reading 🌸



Hari yang ditunggu oleh pemuda bernama Nishimura Riki, telah tiba. Setelah melewati malam yang agak panjang karena sulit tidur, pagi ini ia sudah bersiap berangkat pagi. Dan sama seperti kemarin, ia lebih memilih untuk naik bus daripada bersepeda. Padahal sepedanya baik-baik saja.

Memang sengaja ia lakukan, karena saat itu ada satu hal yang ia rencanakan. "Pagi, Bang Sunghoon." sapa Riki pada tetangga sebelahnya yang tampak mengenakan jaket hitam dan celana training senada. "Mau berangkat latihan ya?" tanya Riki basa-basi.

Sementara lelaki bernama Sunghoon menggeleng pelan dengan kelakuan tetangganya dari Jepang ini. "Mentang-mentang mau dapet jawaban, belagu lo. Ditolak baru tau rasa!" kata Sunghoon judes.

"Gampang, kalo ditolak ya tinggal cari yang lain trus bikin dia nyesel nolak gue." jawab Riki enteng.

"Oh, bagus deh. Gue kira lo bakal pake kedipan matahari."

"Anjir." umpat Riki kemudian tergelak pelan. "Btw gue berangkat dulu. Mau ketemu ayank." pamit lelaki berdarah Jepang tersebut.

"Masih piyik aja udah ayank-ayank an." ucap Sunghoon dengan wajah julidnya.

"Bilang aja iri, ga ada ayank!"

"Heh bocah! Gue doain lo ditolak ye!"

Riki pun terbahak dan segera turun ke bawah. Ngomong-ngomong Sunghoon adalah orang yang biasa dijadikan Riki teman mengobrol mengenai Nami. Lelaki itu jugalah yang menyadarkan Riki akan perasaannya terhadap gadis itu. Ia juga yang memberi wejangan pada Riki seperti seorang ayah pada anaknya.

Dan setelah mendapat wejangan itu, ia pun menyusun rencana sematang mungkin agar dia mendapat moment yang tepat untuk menyatakan perasaannya. Hingga terjadilah kejadian semalam, yang tanpa ia tahu kalau Nami itu tahu maksudnya atau tidak.

Karena ia pikir gadis itu mungkin akan mencari tahunya.

Kini ia telah duduk di bangku halte yang sepi, hanya ada dirinya di sana karena memang masih begitu pagi. Namun beberapa angkutan umum sudah berdatangan. Hanya saja lelaki itu mengabaikan mereka. Ia lebih memilih menunggu pujaan hatinya datang dan berangkat bersama.

Bahkan beberapa kali supir bus menekan klaksonnya agar Riki cepat naik bus, tetapi lelaki itu menolak. Dan pada akhirnya sang supir bus pasrah dan meninggalkannya. Sudah ada tiga bus yang ia tolak, sampai pada akhirnya gadis yang ia tunggu datang. Senyumnya merekah, ia bangkit dari duduknya untuk sekedar menyapa.

"Pagi, Kak Nami."

Gadis yang disapa mengangguk dengan senyum malu-malu. Ah, ini juga yang membuat Riki terpana pada Nami. Ekspresi malu gadis itu sangat manis di matanya. Entah kenapa mirip seperti kucing.

Heartstrings [Nishimura Riki] ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora