YOUR LOVE-8

996 134 3
                                    

Ruangan di lantai atas kembali sepi saat Sarena pergi untuk mengambil makanan. Erico yang sebelumnya berkonsentrasi dengan pekerjaannya seketika duduk bersandar. Napasnya mendadak terasa berat saat ingat sebuah kalimat yang tadi didengar.

Saya pikir, Bapak nggak pernah coba makanan lain.

Sebuah kalimat yang terdengar biasa tapi tidak dengan Erico. Kalimat itu langsung mengingatkannya kepada seseorang yang telah jauh pergi. Seseorang yang hampir setiap hari membuatkan nasi goreng dengan telur ceplok yang selalu gagal.

Setiap hari sejak Erico berusia empat tahun hingga delapan belas tahun, selalu makan nasi goreng dengan telur ceplok. Selama empat belas tahun, rasa telur ceplok itu tidak ada yang sempurna. Hari ini terlalu asin, besoknya hambar, besoknya lagi bisa kurang matang, besoknya lagi bisa gosong. Empat hal itu terus terulang.

Jika ada yang bilang, "sungguh bodoh orang itu membuat telur ceplok yang tidak sempurna", maka Erico akan mengiakan. Namun, sebelum itu dia akan memukul orang itu terlebih dahulu sampai dia puas.

"Huh...." Erico menghela napas sambil mengusap wajah. Dia berdiri dan membawa cangkir kosong sisa kopi tadi pagi. Kemudian berjalan menuju pantry.

Erico mencuci gelas itu sambil setengah melamun. Dia merasakan air yang mengguyur membuat kulit tangannya semakin keriput. Namun, gerakan tangannya tidak kunjung berhenti.

"Ternyata di sini...."

Suara itu membuat Erico berjingkat. Dia menoleh dan membiarkan air masih terus mengalir dan mengenai tangannya. Padahal cangkir itu telah bersih.

"Nggak hemat air banget, Pak!" Sarena mendekat dan mematikan kran. Dia lalu melirik tangan Erico yang telah pucat. "Sambil ngelamun? Mikir apa?" Dia merebut cangkir itu dan meletakkan di rak.

Erico tidak bergerak dan masih membiarkan tangannya menggantung. Dia melihat jemarinya keriput dan terasa sakit. Barulah dia mengibaskan tangan. "Ck!"

Sarena mendongak, melihat Erico yang agak kehilangan konsentrasi. "Ada apa?"

Lelaki di depan Sarena hanya terdiam.

"Pak...." Sarena menggerakkan tangan ke hadapan Erico.

"Udah kamu beliin, kan?" tanya Erico sambil melewati Sarena. Dia buru-buru menuju meja kerja kemudian melihat kotak makan di atas meja. Lantas dia membukanya dan melihat daging tipis dengan bumbu cabai berwarna merah.

Sarena masih di pantry, heran dengan seniornya itu. "Nih, ruangan nggak berhantu, kan?" Dia mengedarkan pandang sambil berjalan miring. "Aaaa! Nggak ada hantunya, kan?" gerutunya sambil berlari keluar.

Dap... Dap... Dap....

Erico menoleh mendengar suara langkah kaki. Dia melihat Sarena kembali dengan wajah ketakutan. "Kenapa?"

"Di pantry ada hantu, kan?"

"Ada!"

"Aaaa! Jangan nakut-nakutin!" Sarena kembali ke meja dan menarik kursinya mendekat ke Erico.

Erico bergerak mundur. "Kamu tanya, saya jawab! Bagian mana yang nakut-nakutin?" geramnya. "Terus ngapain duduknya mepet-mepet?"

"Ya Bapak bilang ada hantunya."

"Hantunya cewek. Nggak mungkin ngikutin kamu."

"Banyak hantu cewek juga ngikutin cewek," jawab Sarena cepat.

"Emang kamu pernah lihat?"

"Nggak juga, sih!" Sarena tersenyum canggung. Dia menggeser kursinya kembali kemudian mengusap dada. "Beneran, ya! Jangan nakut-nakutin."

All I Need is Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang