YOUR LOVE-1

5.3K 268 7
                                    

"Selesaikan semuanya. Kalau bisa hari ini."

"Baik, Pak!" Lelaki yang memakai kacamata bingkai berwarna hitam bergerak mundur. Dia berbalik, keluar dari ruangan yang sebenarnya dingin tapi justru membuat gerah.

Ceklek....

Begitu pintu ditutup, Erico berteriak tertahan. Dia melepas kacamatanya sambil berjalan menuju meja kerja. Setelah itu dia meletakkan beberapa dokumen yang harus dicek ulang.

Bugh....

Kebiasaan Erico selalu menghempaskan tubuh agak kencang. Dia memijit pangkal hidung sambil mencoba tenang. Kemarin dia sudah lembur, tapi sepertinya hari ini lembur lagi. Tiada hari tanpa lembur.

"Kalau lampu jalan bisa ngomong, mereka jelas hafal gue balik jam berapa!" Erico duduk tegak sambil terus menggerutu.

Ceklek....

Alam bawah sadar Erico seketika bekerja. Seketika dia berdiri dan menghapus wajah lelahnya. Dia menatap bosnya dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Lowongan kerja untuk asisten, udah kamu cek?" tanya Devian.

Tanpa sadar Erico meremas sisi celananya. "Belum, Pak! Sebentar lagi saya cek!"

"Kalau bisa secepatnya. Saya nggak mau kamu jadi zombie."

"Iya, Pak!"

Devian memperhatikan mata Erico yang berkantung dan menghitam. "Kalau sudah konfirmasi ke saya!" Setelah mengucapkan itu dia kembali masuk.

Bugh....

Erico kembali menghempaskan tubuh. Dia mengakses web perusahaan dan mengecek para pelamar. Matanya terbelalak begitu melihat seratus orang yang melamar. Padahal, baru kemarin info itu di-posting.

"Nggak imbang banget, yang dipilih cuma satu," gumam Erico sambil menyangga dagu.

Erico mulai melihat data calon asisten Devian. Ada beberapa syarat mutlak yang diminta bosnya. Sabar, tidak cengeng, bisa bela diri, belum menikah dan tidak ada rencana menikah dua tahun ke depan dan syarat terakhir harus perempuan.

Jemari Erico cukup cepat menghapus daftar pelamar yang tidak melampirkan sertifikat telah mengikuti bela diri. Padahal jelas-jelas, syarat utama harus bisa bela diri. Jelas 'bisa' di sini bukan hanya sebatas pernah, tapi sudah dinyatakan oleh lembaga berwenang.

"Aaa, lagian Ivona ngapain, sih, resign?" Erico masih saja menyalahkan Ivona jika pekerjaannya terus menumpuk. Yah, dia ikut senang Ivona telah menikah dan memiliki seorang anak. Namun, dia tetap ingin Ivona bekerja.

"Kayaknya bakal susah nyari pengganti Ivona," gumam Erico sambil bergerak mundur. Kedua tangannya bersedekap sedangkan tatapannya tertuju ke layar komputer. Dia sedang membaca biodata salah satu pelamar.

Begitu melihat melihat lampiran sertifikat bela diri, Erico segera duduk tegak. Dia memberi tanda bintang karena wanita itu termasuk ke dalam kandidat. Setelah itu dia mengecek pelamar lain.

Drttt....

Konsentrasi Erico langsung terbagi. Dia melihat ponsel dengan posisi terbalik itu bergerak pelan. Lantas dia mengambil benda itu dan melihat siapa yang menelepon.

"Iya, Ma," jawab Erico sambil berjalan menuju depan jendela.

"Kamu nanti lembur, Co? Mama mau ngenalin seseorang."

Erico memijit pangkal hidung. "Kayaknya lembur, Ma."

"Yah, gimana, Co? Mama udah janjian sama keluarganya, masa kamu nggak bisa sempetin dateng?" Mama Erico terdengar panik. "Nanti dikiranya kamu nggak serius."

All I Need is Your LoveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ