10. Pelengkap Hidup

26 3 0
                                    

Tok... Tok... Tok...

Nayara mengetuk pintu kamar sang mama mertua yang tertutup rapat. Sejujurnya ia tidak ingin menganggu waktu istirahat Yasna akan tetapi sejak tadi pagi Yasna belum makan dan Nayara ingin mengajaknya untuk makan bersama, Zeroun juga sudah menunggu di ruang makan.

''Mama.''

''Masuk Nayara.''

''Mama sudah bangun,'' ucap Nayara yang kini telah berada di samping Yasna.

''Iya Nayara,'' jawab Yasna seraya tersenyum namun tak begitu lebar karena suasana hatinya masih berkabung.

''Ma, kita makan malam dulu ya, mas Zeroun sudah menunggu kita di ruang makan.''

''Kamu masak Nak?, maaf ya Mama belum bisa bantu kamu, Mama masih kepikiran sama Papa.'' Tiba-tiba kedua matanya mulai berkaca-kaca setelah panggilan untuk suaminya disebutkan oleh dirinya sendiri.

''Iya Ma nggak apa-apa, tapi aku nggak masak, ibu Nur yang bawa dari rumah untuk kita, ayo Ma kita makan dulu ya.''

Yasna menggeleng. Nafsu makannya menghilang semenjak ditinggal oleh suaminya. Nayara mengerti akan hal itu tetapi ia tidak akan membiarkan mertuanya terjangkit sakit apabila kekurangan asupan dalam tubuhnya.

''Mama boleh menangis karena Papa baru saja meninggalkan kita, tapi Mama jangan berlarut dalam kesedihan seperti ini, Allah tidak menyukainya Ma, dan Papa pasti sedih juga kalau melihat Mama seperti ini,'' ucap Nayara selembut mungkin menyelipkan sebuah nasihat untuk Yasna. Ia bukan bermaksud tidak menghargai kesedihan Yasna akan tetapi ia tidak ingin mertuanya itu meratapi kepergian suaminya dengan kesedihan yang tiada ujungnya.

''Maaf ya Ma kalau ucapan aku ini menyakiti hati Mama, tapi aku sayang sama Mama dan aku ingin mengingatkan Mama,'' air mata Nayara jatuh begitu saja seolah mewakilkan isi hatinya yang begitu tulus menyayangi perempuan di hadapannya.

Tanpa berkata apapun Yasna langsung memeluk Nayara. Ia menangis di pelukan sang menantu. Tidak, ia tidak menangis karena suaminya melainkan ia menangis penuh syukur karena Allah menghadirkan seorang menantu sholihah di waktu yang tepat yaitu disaat dirinya kehilangan sang suami dan membutuhkan sandaran.

Nayara berusaha untuk tidak menangis agar sang mama mertua tidak semakin berlarut dalam kesedihannya. Nayara hanya bisa mengelus punggung Yasna untuk menguatkannya di dalam menghadapi ujian terberat ini.

''Terima kasih Nayara, terima kasih sudah mengingatkan Mama, kamu benar Allah tidak suka hambanya berlarut-larut dalam kesedihan, in syaa Allah Mama ikhlas akan kepergian Papa, tapi Mama rindu, Mama rindu sama Papa.''

''Iya Ma, aku juga rindu sama Papa, kita doakan Papa ya Ma, kita peluk Papa dalam doa kita.''

Yasna menganggukkan kepalanya, ''Iya Nayara, dulu saat Papa masih ada kalau Mama rindu Mama bisa peluk Papa, tapi sekarang Papa sudah kembali kepada Allah dan kalau Mama rindu sama Papa, Mama akan memeluk Papa dalam doa Mama.''

''Mama berharap jodoh dunia akhirat Mama adalah Papa, Mama mau disatukan kembali sama Papa di syurganya Allah.''

''Aamiin,'' ucap Nayara mengaminkan harapan Yasna dengan setulus hati.

''Nayara, terima kasih sudah mau menjadi bagian dari keluarga ini, Mama bersyukur sekali meskipun Papa sudah nggak ada tapi Allah menghadirkan kamu di hidup Mama dan Zeroun, kamu adalah pelengkap hidup kami, kamu mengisi bagian kosong di hidup kami,''

''Papa sudah pergi tapi kamu datang sebagai pengganti.''

''Nggak Ma, sampai kapanpun Papa nggak akan tergantikan oleh siapapun, termasuk aku, Papa masih hidup Ma, Papa masih hidup di hati kita, di hati Mama,'' tutur Nayara seraya meletakkan jari telunjuknya di dada Yasna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NAYARAWhere stories live. Discover now