To My Wish

8 0 0
                                    

Minggu demi minggu berlalu setelah pesta gathering di café D'Orama yang benar-benar mengubah total episode hidup Cherry. Sikap Chika pun masih sama pada Cherry. Sang adik menduga bahwa kakaknya benar-benar berubah sejak berkenalan dengan seorang pria muda, namun tak kunjung dikenalkan pada dirinya. Perempuan dua puluh empat tahun itu tak pernah sekalipun mengajak Cherry menikmati momen tertentu bersama sang kekasih. Selebihnya, yang ada di pikiran Chika hanya pekerjaan sebagai staf di agensi perjalanan, serta kebersamaannya dengan pria yang sudah tiga tahun dikenalnya. Sedikit demi sedikit, perhatian Chika pada sang adik semakin berkurang, hingga Cherry dibiarkan melakukan apa saja yang disukainya seorang diri, di samping mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Hari ini, Chika sengaja mengalah pada Cherry yang memohon untuk mengendarai sepeda motor sendiri ke kampus. Mereka tak sadar telah melewatkan sarapan, hingga Cherry terpaksa mengunjungi sebuah kedai sederhana di dekat kampus. Seharusnya Cherry lega akan hal itu, namun ucapan-ucapan Chika terus bergaung di kepalanya. Ucapan-ucapan yang penuh dengan ungkapan tak menyenangkan.

Cherry baru saja menuntaskan sarapan saat melihat sepeda motor melintas lewat jendela. Pengendaranya tampak mengenakan helm berwarna biru gelap. Buru-buru Cherry meninggalkan kedai dan menancap gas menuju kampus.

Sepeda motor yang ditunggangi Cherry sekarang hampir membuntuti sepeda motor berwarna biru, di tengah perjalanan menuju gedung Fakultas Ekonomi.

Tiba di depan gedung FE, Cherry dan pengendara yang juga seorang pemuda memarkir kendaraan mereka berdampingan. Mereka juga membuka helm bersamaan, dan...

"Vio?"

Pemuda yang disebut namanya oleh Cherry itu memasang senyum datar. "Gue kira lo adalah penguntit yang datang dari planet stroberi."

Cherry tersentak. "Emang tadi aku nguntit, ya, Yo?"

Pemuda yang kemudian bernama Vio itu mengangkat bahu. "Gak tau gue. Yang penting gue jalan. Gak nyangka banget lo bisa nembus atmosfer bumi dengan selamat."

Vio dan Cherry kini berjalan melewati lobby gedung. Cherry sengaja menundukkan kepalanya untuk menahan tawanya yang hampir lepas. Dia sedang berjalan di belakang Vio. Raut wajah sang pemuda sama sekali tak menunjukkan ekspresi.

"Vio?"

"Iya, Cher?"

Cherry malah terdiam mendengar reaksi Vio. Suara pemuda ini cukup jernih. Begitu lembut di telinga sang gadis. Namun kedua manusia itu terus berjalan, bahkan saat menaiki satu demi satu anak tangga, di saat orang-orang di sekitarnya memilih lift untuk naik dan turun.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Vio lagi.

Cherry masih terdiam. Wajahnya juga masih tertunduk. Dia lalu mengambil tempat tepat di sisi Vio. Sang pemuda lalu mengarahkan tatapannya pada sang gadis. Ada rona merah di kedua pipinya.

"Eh? Pipi lo kenapa, Cher? Lo abis ditampol Winnie The Pooh? Apa Spngebob Squarepants?"

Kontan saja Cherry menoleh. "Kok kamu jadi ngomongin itu sih, Yo?"

Vio menghela nafas. "Oh, okay... gue tau lo kagak nyaman sama ucapan gue. Maafin gue ya, tuan puteri.."

"Siapa yang nggak nyaman lagi. Aku kaget aja kamu ngomong Winnie The Pooh sama Spongebob..."

Cherry sejenak menjeda ucapannya. Adalah sebuah kesalahan baginya saat menemukan sebagian dari ucapan Vio yang mendetail. Beruntung, Vio menahan diri dari tindakan agresif, takut itu akan melukai hati gadis di sebelahnya.

"Aku mau bilang... kalau... kamu itu lucu, Yo. Lucu banget."

Vio kembali tersenyum datar.

Cherry menyambung ucapannya. "Aku mau ketawa loh, sebelum aku ambil tempat deket kamu. Aku kira kamu bakal ikut ketawa. Ternyata enggak."

"Gue bukannya gak mau ketawa," tandas Vio. Sama sekali tak menoleh ke wajah Cherry. "Justru, seorang penghibur sejati gak boleh ketawa sampe orang lain ketawa, walaupun dia ngasih jokes receh ke mereka."

"Kayak ngasih uang?"

"Maksudnya, kek guyonan yang garing bagi sebagian orang, tapi bikin sebagian lain guling-guling pasir."

Cherry kembali menutup bibirnya dengan tangan, menahan tawa yang terdengar tak beraturan. Vio sama sekali tak terpengaruh.

"Kamu coba deh daftar stand up comedy. Siapa tahu kamu bisa masuk TV," celetuk Cherry, masih dalam tawanya.

"Gak," tegas Vio.

"Kenapa enggak?"

"Gue pengen fokus basket aja. Sama kuliah deng."

"Jadi kamu nggak akan merhatiin aku?"

Kali ini, Vio menarik sudut bibirnya dengan rileks. Tak terlalu lebar. "Iya, Cher. Gak tega gue gantungin lo sampe seabad."

Seperti minggu-minggu sebelumnya, Cherry dan Vio mengikuti perkuliahan. Dosen yang mengampu mata kuliah hari itu terlihat lebih ramah. Jauh dari ketegangan, hingga semua mahasiswa nyaman dibuatnya.

Cherry sempat melihat Vio menguap. Pemuda itu kemudian mencatat beberapa hal di notebook berampul biru gelap. Meskipun masih terlihat baru, buku catatan itu sebenarnya sudah hampir penuh oleh tulisan tangannya yang rapi. Vio sangat menyukai warna biru. Baginya, warna itu mewakili ketenangan.

*******

Cherry masih saja membuntuti langkah Vio menuju kantin di belakang gedung FE. Meskipun tak bertingkat, kantin yang dibuka untuk umum itu tampak seperti aula, bahkan mungkin lebih luas. Puluhan stand makanan dan minuman yang mirip dengan street food stand berjajar rapi di sana. Meski begitu, di kampus tempat Cherry dan Vio kuliah ini, tidak semua gedung fakultas dilengkapi kantin, sehingga mahasiswa yang belajar di fakultas lain harus berjalan menuju kantin terdekat, atau memilih kedai di luar kampus.

Vio sendiri tak memprotes Cherry yang terus mengikutinya, bahkan saat memesan makanan dan minuman. Mereka juga memilih meja yang tak banyak ditempati mahasiswa. Kedatangan mereka disambut dengan ramah.

Cherry begitu menikmati gado-gado pesanannya, sampai tak sadar Vio kembali menoleh ke wajahnya. Sepertinya Vio ingin kembali memandangi rona merah di pipi sang gadis yang putih bersih. Berbeda dengan Vio yang sedikit kecoklatan.
Vio berdehem sesaat setelah menelan suapan mie kocok terakhirnya. Suara itu terdengar amat jelas, hingga Cherry dan beberapa mahasiswa yang makan di sekitar mereka seketika mengalihkan pandangan.

"Kamu kenapa, Yo?" tanya Cherry.

Vio membenahi nafasnya setelah sempat meneguk es jeruk. Lalu, "Gue masih gak ngerti sama pipi lo."

Bibir Cherry menganga, nyaris dibuat bingung oleh jawaban Vio. "Kenapa sama pipiku? Oh iya, yang tadi kamu bilang habis ditampar sama Winnie The Pooh dan Spongebob?"

Vio tertawa kecut. "Gue kira lo gak pengen gue menyinggung yang kek gitu pas kita mau masuk tadi."

"Aku sengaja pending dulu, biar bisa lanjut selesai kuliah. Aku kira kamu yang bakal tersinggung."

Vio mengempaskan nafasnya dengan cepat. "Yang penting lo gak ngamuk aja gue lega banget kok."

Kira-kira Cherry bakal jelasin ke Vio nggak ya?

****

Annyeong~ aku balik lagi~ udah lama banget nggak menyapa kalian semua, hehehe.

Beberapa hari sebelumnya aku cerita ginian di Instagram story.

Jadi meskipun sekarang aku masih punya agenda yang lain lagi di samping menulis, langsung aja nggak usah pakai drama, aku mulai update cerita baru lagi yaaaa~☺️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jadi meskipun sekarang aku masih punya agenda yang lain lagi di samping menulis, langsung aja nggak usah pakai drama, aku mulai update cerita baru lagi yaaaa~☺️

Anyway, happy reading~ hope your days will be amazing!💖

SEE YOU NEXT~👋

CHERRY [Preview]Where stories live. Discover now