Dalam diam kutertegun dalam-dalam
terpikirkan hal yang tabu kurenungkan,
sejenak melayangkan mata ke udara,
tak lama menggeliatkan badan layaknya cacing tanah,“awal bukanlah akhir”, gerutu benak-ku.
tapi ujung-ujungnya terlantar lagi di simpang jalan,
terus saja langit kamar yang dipandang,
namun layaknya kanfas,pikiran meretas realita,
jujur aku malu pada diriku,yang begitu puas pada bakat,
ternyata sama seperti kumpulan orang lainnya,
bagai seonggok tikus menyerang padi,
sayang kami mati langkah dari pertani.
mungkin benar ucapan “K”.
aku hanya...
“sampah yang terpesona pada kemampuannya”.
YOU ARE READING
Perihal tidak pantas
PoetryPerjalanan-ku menuju suatu ketiadaan dalam ambang batas ketidakpastian dan ketidakpuasaan. selama masih terasa tidak cukup, jiwa ini tidak akan pernah berhenti berkata-kata di carikan halaman yang terlantar ini.