"Sungguh, kau tidak senang?" lagi, Mingyu bertanya karena Taeyong malah melamun untuk yang kesekian kalinya.

"Aku senang." jawab Taeyong akhirnya, ia menatap Doyoung dan Ten yang kini berjalan mendekatinya dengan wajah masam, "mungkin."

Ten mendengus. "Dasar kelinci sialan, jika begitu tadi aku menyewa sepeda untuk satu orang saja!"

"Memang siapa yang menyuruhmu menyewa sepeda untuk dua orang?" tanya Doyoung sarkas.

"YA!"

Taeyong tertawa kecil mendengar perdebatan di antara kedua temannya, Ten dan Doyoung akan selalu bertengkar, tapi jika hanya berdua; mereka pasti sangat akur. Dasar aneh.

Mingyu menghela napas. "Kau tahu?" ia menepuk pelan bahu Taeyong, "jika kau butuh teman cerita atau tempat mengadu, aku akan dengan senang hati mendengarkanmu."

Taeyong mengangguk kecil. "Ya, terima kasih."

Namun untuk saat ini, Taeyong lebih memilih menyimpan seluruh rasa gundah nya sendiri.

***

Pukul enam sore, Taeyong sudah sampai di apartemen, ia membuka pintu dan masuk ke dalam; menaruh sepatu di rak agar tidak berantakan. Suara tawa dari ruang tamu membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, Taeyong menghela napas panjang sebelum melanjutkan langkah kaki.

Iris hitamnya menangkap keberadaan Jaehyun dan Rose yang sedang duduk seraya menyaksikan acara televisi, telapak tangan Jaehyun berada di perut buncit Rose; memberikan usapan pelan. Lelaki bermarga Jung itu tersenyum tatkala merasakan gerakan di dalam sana.

Hati Taeyong mencelos melihat pemandangan di hadapannya. Memang, setelah kejadian di mana Jaehyun meminta maaf karena tidak bisa menemani Taeyong di kala petir datang, Taeyong sedikit menjaga jarak, ia bahkan terkesan mendiamkan Rose serta Jaehyun. Tapi bukankah seharusnya Jaehyun bekerja lebih keras untuk membujuknya?

Ternyata, menaruh harapan pada seseorang itu sangat menyakitkan. Karena ekspetasi tidak selalu sesuai dengan realita.

"Apa aku menganggu?" tanya Taeyong dengan suara dinginnya, berhasil membuat Jaehyun serta Rose menatap ke arahnya, "aku akan pergi lagi jika memang menganggu."

Jaehyun segera beranjak dan menahan pergelangan tangan Taeyong. "Apa yang kau bicarakan? Aku menunggumu sejak tadi, apa kau sudah makan? Aku membeli banyak es krim, makanan manis, serta cookies. Aku juga membuat makanan kesukaan-"

"Apa aku meminta semua itu?" Taeyong melirik Rose yang masih duduk di sofa ruang tamu seraya menatapnya, "Ahjushi menyiapkan sesuatu yang tidak aku minta dan mengabaikan hal yang menjadi permintaan utamaku. Apa menurut Ahjushi aku akan senang?"

Kening Jaehyun berkerut dalam. "Taeyong, apa-"

"Aku muak!" nada suara Taeyong meninggi, ia melepaskan genggaman Jaehyun di pergelangan tangan dan berjalan mendekati Rose, "bukankah Noona tahu jika aku menjalin hubungan dengan Jaehyun? Tapi kenapa akhir-akhir ini kau seperti berusaha mengambil seluruh perhatiannya dariku?"

Rose mengerjapkan mata beberapa kali. "Apa maksudmu, Taeyong?" ia berdiri dari duduknya, "aku tentu tahu kau dan Jaehyun adalah sepasang kekasih, aku tidak pernah-"

"Lalu kenapa kau tidak tahu diri?"

"Taeyong." panggil Jaehyun lembut, ia menyentuh bahu si lelaki cantik, berusaha menenangkan kekasihnya yang sedang meluap-luap itu, "kita bisa membicarakan ini berdua."

Taeyong menepis tangan Jaehyun, rasa marahnya membeludak. "Berdua? Apa kau bahkan pernah memahami apa yang aku inginkan dan aku ucapkan?! Jika aku tidak mengatakan atau memperjelas semua ini, apa kau akan mengerti?!"

Certain Things《Jaeyong》✔Where stories live. Discover now