TUJUH BELAS

1.3K 156 113
                                    

Setelah kepergian Mook,Krist mendadak berubah menjadi pendiam.Wajahnya tidak seceria tadi.Sudah dipastikan perubahan itu terjadi karena ucapan Mook yang begitu terngiang di kepalanya.

Meskipun tadi Singto berkata bahwa Mook tidak sengaja melakukannya,namun tetap saja ada rasa tidak terima dalam hati Krist.

Ingin berteriak dan memaki namun ia tidak memiliki kekuasaan disini. Biarlah ia pendam sendiri rasa kesal ini.

Singto sedari tadi menyadari perubahan dari Krist setelah Mook pergi,ia tahu pasti Krist memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya. Entah kenapa ada rasa bersalah dirinya terhadap Krist,meskipun bukan ia yang memulai tapi apa yang dikatakan Mook benar adanya,tidak bisa ia sangkal.

Singto berjalan seorang diri disepanjang koridor kampus menuju kelas miliknya. Entah apa yang membuatnya hari ini berinisiatif masuk lebih pagi daripada sebelumnya,yang jelas Singto terlihat begitu berseri.

Saat di pertengahan jalan netra nya tak sengaja menanggap punggung seseorang yang begitu familiar menurutnya. Orang itu nampak terlihat kesusahan membawa banyak buku.

Mook

Orang itu adalah Mook

Singto menghendikkan bahu nya acuh,ia tidak memperdulikan hal itu. Mau dia kesusahan membawa buku,itu bukan urusannya.

Singto yang tak ada niat untuk membantu pun kembali melanjutkan jalannya dengan santai.

"Bodoamat lah" Gumam nya tak peduli

Namun beberapa saat kemudian,entah apa yang merasuki tubuhnya ketika ia melihat Mook hampir terpleset,ia pun reflek berlari kencang kearah Mook dan membantunya.

Untung saja Singto tepat waktu dan berhasil menahan tubuh Mook,jika tidak sudah dipastikan gadis cantik itu akan terjatuh.

Mook tersentak ketika Singto membantunya. Tak menyangka jika dirinya akan ditolong oleh sang pujaan hati.

Untuk beberapa waktu mereka saling pandang satu sama lain,terutama Mook yang memandang Singto dengan penuh kagum.

Hingga detik berikutnya,ketika Singto tersadar ia lantas memutuskan kontak terlebih dahulu dan membantu Mook berdiri.

Singto merapikan baju nya yang sedikit berantakan,sembari menggerutu tidak jelas.

"Err Sing, makasih udah nolongin gue..." Ucap Mook berterima kasih pada Singto

"Hmm." Jawabnya Singkat dengan raut wajah yang terlihat begitu datar

Mook tersenyum kikuk kearah Singto.

"Judes banget anjir." Gerutu Mook dalam hati

"Lain kali hati-hati. Nyusahin tau gak?!" Gertak Singto pada Mook

Mook mendengus,"Salahin tu dosen yang nyuruh gue bawa buku sebanyak itu ke perpus..." Kesal Mook ketika mengingat tadi dirinya sedang asyik berjalan lalu tiba-tiba ada salah satu dosen yang memanggilnya dan meminta tolong untuk membawakan beberapa buku ke perpus.

Ingin menolak,tapi itu dosen Killer yang sedikit-sedikit mengancam akan menurunkan nilai jika keinginannya tidak dituruti. Jadi mau tidak mau Mook mengiyakan.

Singto menghela nafas ringan. Pandangannya kemudian menurun kebawah dan terlihatlah beberapa buku itu terjatuh berserakan dilantai. Lantas tanpa berpikir panjang Singto pun berjongkok dan mengambil buku-buku itu.

"Eh lo mau ngapain?" Tanya Mook saat Singto hendak melangkah sembari membawa buku-buku itu.

"Perpus..." Jawabnya singkat kemudian ia meninggalkan Mook dan berjalan ke arah perpus.

MY BULLY SENIOR | SINGTOXKRISTWhere stories live. Discover now