1. Thank You

494 23 2
                                    

Disclaimer: Eleceed (c) Jeho Son / ZHENA. Tidak mengambil keuntungan apapun dari pembuatan cerita ini.

Warning: romance abal-abal, pair JiwooxIseul, OOC akut, Typo(s), dll

SELAMAT MEMBACA!

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku sangat berterima kasih, Jiwoo..."

"Yang mengalahkan Lancelot itu Kasein Nitrat, Iseul. Bukan aku."

"Kasein Nitrat adalah hewan yang kau kendalikan, Jiwoo. Secara tidak langsung kau yang mengalahkannya."

Jiwoo diam, tidak membicarakan lebih lanjut soal 'kemampuan bicara dengan hewan' tersebut.

Jiwoo masih ingat betul wajah heran para guru saat mengetahui Lancelot, panther legendaris milik Gain Lutrein dikalahkan oleh Kaiden dalam wujud kucing hanya dengan satu pukulan. Kalau saja kondisinya yang belum pulih setelah bertarung dengan Duke, pasti Gain juga akan menantangnya.

Setidaknya Jiwoo lega Kaiden melakukannya untuk Doori, anjing milik Iseul yang mencoba melindungi mereka. Kalau saja Kaiden tidak turun tangan, mungkin Doori sudah terluka parah bahkan mati oleh Lancelot. Meski dia jadi diberondong pertanyaan, dan Jisuk makin membawakan banyak makanan kucing untuk Kaiden.

"Aku juga minta maaf, Jiwoo..." kata Iseul lagi. "Gara-gara aku kucingmu dalam bahaya. Kalau sejak awal aku menanggapi tantangan Gain, mungkin-"

"Sudah kubilang tidak apa-apa Iseul..."

Iseul terdiam. Ingin rasamya dia mengungkapkan isi hatinya pada Jiwoo, tapi dia tak berani. Tapi rasa ingin tahunya akhirnya membuatnya melontarkan sebuah pertanyaan dengan wajah memerah.

"Uhm... Jiwoo... apa benar kau dan Subin... pacaran?"

Iseul ingin mendengar sendiri dari Jiwoo tentang hal itu. Sikap jahil Subin dan Jisuk membuatnya tak bisa mempercayai kata-kata mereka begitu saja.

Iseul terkejut saat melihat ekspresi bingung Jiwoo.

"Pacaran? Tidak sama sekali," jawab Jiwoo polos.

"Tapi... Jisuk bilang Subin pernah tidur di rumahmu-"

"Oh... waktu itu aku, Wooin, dan Jisuk makan-makan di rumahku sehari sebelum ke akademi. Dan Subin ikut bersama kami. Kami berempat bersama semalaman."

Iseul seketika lega mendengar cerita itu. Ternyata kekhawatirannya tidak terbukti. Dalam hati dia bersumpah akan membalas Jisuk dan Subin nanti.

Sementara Jiwoo memerhatikan Iseul dengan seksama. Gadis dari Mileu yang membuatnya harus mengarang cerita bahwa dia bisa bicara dengan hewan. Seringkali tampak tersipu jika bersamanya, sehingga Jisuk mengatakan dia adalah penggemar rahasianya. Sebagai orang yang tidak populer di kalangan wanita, sikap Iseul sangat baru bagi Jiwoo.

"Uhm... Iseul... terima kasih," kata Jiwoo tiba-tiba, yang membuat Iseul terkejut.

"Aku dengar sewaktu aku terluka parah kau datang menjengukku dan menunggu bersama yang lain saat aku dirawat. Padahal perawatanku itu memakan waktu berhari-hari. Kau rela menunggu seperti itu... aku..."

Iseul seketika merasa salah tingkah.

"T-tidak... aku hanya... merasa tidak tenang sebelum aku melihatmu secara langsung. L-lagipula... Subin dan yang lainnya juga ikut menunggu...."

"Tapi selain mereka bertiga, hanya kau teman akademi yang datang langsung menjengukku. Padahal Shinwa mengontak banyak organisasi untuk meminta bantuan, tapi hanya kau yang datang setelah mendengar kabar itu. Bukannya aku meragukan perhatian teman akademi lain, tapi melihat perhatianmu padaku... aku sangat senang."

Hening sesaat menyelimuti mereka, sebelum akhirnya Iseul tiba-tiba menitikkan air mata lalu menangis terisak-isak.

"Iseul?! M-maaf! Aku tidak bermaksud membuatmu menangis-!" jerit Jiwoo panik.

"Hiks... tidak..." ujar Iseul di sela isakannya. "Aku hanya... senang... mendengar perkataanmu Jiwoo...."

"Hiks... padahal... kau baru tahu bahwa kau adalah seorang awaken, tapi kau sanggup memaksakan diri di depan musuh yang kuat... bahkan bisa mengalahkan Duke dengan kondisi yang belum sepenuhnya pulih...."

"Iseul...."

"Sedangkan aku... aku terlalu takut untuk menghadapi Glein... bahkan Doori jauh lebih berani daripada aku-"

"Iseul!"

Iseul terkejut saat tiba-tiba kedua tangan Jiwo merengkuhnya erat. Dia merasakan kepalanya tengah bersandar di dada Jiwoo.

"Tolong jangan berkata seperti itu, Iseul..." ujar Jiwoo. "Kau sudah berlatih sejak kecil, jadi kau pasti jauh lebih hebat daripada aku soal kemampuan. Lagipula alasanmu menolak Grein karena kau bukan ahli bertarung kan? Pelatih Jang Giiwok bilang, tidak semua awakened itu harus bertarung, semua orang punya kemampuan masing-masing...."

Iseul terdiam. Dia entah mengapa nyaman direngkuh oleh lengan Jiwoo, lengan yang pernah dihancurkan dengan keji oleh awakened jahat, tapi kini mendekapnya erat. Iseul tersenyum kecil, menikmati perasaan nyaman dan hangat itu.

Mereka mendadak mengerjapkan mata. Baru mereka sadari bahwa posisi mereka... terlalu dekat.

Belum lagi posisi mereka sedang berada di tengah taman, dengan suasana senja. Bukankah ini seperti adegan di film romansa?

Seketika mereka saling melangkah mundur dengan wajah memerah.

"M-maaf, Iseul... aku..." ujar Jiwoo gelagapan. "Aku tak tahu... tubuhku... bergerak sendiri...."

Jiwoo sama sekali tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba memeluk Iseul. Dia hanya merasa gadis itu saat menangis terlihat lemah dan rapuh. Sehingga tanpa sadar dia...

Kenapa dia tadi selama sesaat merasakan kenyamanan saat mendekap gadis itu?!

Plok plok plok...

Suara tepuk tangan tiba-tiba mengejutkan mereka. Jisuk dengan Subin muncul di depan mereka dengan seringai di wajahnya.

"Ya ampun, Jiwoo. Tak kusangka kau bisa bersikap gentleman seperti itu..." ujar Jisuk dengan ekspresi (pura-pura) terharu. "Kau sudah menjadi pria sejati! Aku bangga padamu!" lanjutnya sambil menepuk bahu Jiwoo.

"T-tunggu, Jisuk. Ini... tidak seperti yang kau pikirkan!" seru Jiwoo dengan wajah memerah.

"Hahaha! Ya ampun Iseul, kau sangat beruntung!" seru Subin. "Kau wanita pertama yang bisa membuat Jiwoo bersikap begitu! Dasar, kau bikin iri saja!"

Iseul tidak menjawab. Dia hanya menunduk dengan wajah semerah tomat, lalu...

"HWAAAAAAAAAAAA-!"

"ISEUL TUNGGU!"

Iseul langsung berlari kencang meninggalkan tempat itu. Subin dan Jisuk pun segera mengejarnya.

Sementara Jiwoo hanya mematung di tempatnya, sambil menutupi mukanya yang memerah.

"Cih, bocah itu sudah dewasa rupanya..." gumam Kaiden yang mengamati tak jauh dari sana.

TAMAT

Notes:
Ini sebenarnya draf buat drabbletober dengan prompt - Day 4 & 5: Flustered/Blush & Safety. Cuma karena menurutku sayang buat dibuang gitu aja, yaudah post juga disini.

Pertama kali nulis fic Eleceed, jadi deg-degan. Asdfghjkl aku merasa Jiwoo disini rada OOC maapkaaannn //nutup muka

Btw fic ini dibuat saat chapter 161 baru aja dipublish, jadi bagi yg mengikuti versi RAW (atau bajakannya) mungkin merasa cerita ini gak nyambung sama chapter selanjutnya. Mau diedit tapi males wkwk //heh

Semoga kalian menikmati cerita ini UwU

Thanks for reading!

Eleceed: Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang