BAB 04

10.1K 635 3
                                    


"Saya, setuju untuk menikah dengan anak bapak,"

Entah benar atau salah, namun kenyataannya memang begitu. Aruna sudah mengambil keputusan dimana ia setuju untuk menerima perjodohan tersebut dan menikah dengan anak dari pak Bagas seperti apa yang ayahnya inginkan.

Raut bahagia langsung terpancar pada wajah Amar dimana akhirnya sang putri mengambil keputusan dan menerima perjodohan itu.

"Papa senang dengan keputusan yang kamu ambil, Maaf kalo mungkin papa sedikit memaksa kamu dalam hal ini, papa hanya ingin kamu ada yang jaga biar nanti kamu gak usah kerja dari pagi sampai malam lagi, gak perlu cape lagi." Terang Amar begitu kini hanya ada mereka berdua disana setelah pak Bagas memilih untuk pulang untuk mengabari sang istri sekaligus bicara dengan anaknya tentang pernikahan yang akan segera dilaksanakan.

"Udahlah pa, jangan terlalu dipikirin. Papa lupa apa kata dokter?" Tanya Aruna kembali mengingat kondisi sang ayah yang mudah sekali naik turun.

"Kalo papa banyak pikiran, Aku jadi ngerasa bersalah disini" balas Aruna memasang raut wajah tak sukanya.

"Iya, maafin papa ya nak,"

Aruna benar-benar tersentuh mendengarnya. Ada rasa lain yang hadir menyeruak dalam dadanya dimana amarah yang selama ini tertahan kembali terasa begitu menyesakkan ketika mengingat kembali sang ibu yang tega meninggalkan ayahnya dalam kondisi seperti ini.

"Aruna bakal lakuin apapun asal papa seneng" balas Aruna memasang senyum lebarnya.

"Tadi papa sudah bahas tentang pernikahan kalian dengan Bagas. Dia setuju kalo pernikahannya diadakan lusa"

"Lusa?" Kaget Aruna

"Hm, Bagas akan mengurus semuanya. Kalian menikah disini saja, yang penting sah dulu" balas Amar membuat Aruna terdiam

"Apa gak terlalu cepat pa?" Tanya Aruna ragu

"Lebih cepat lebih baik, papa takut waktu papa gak lama lagi dan gak sempet liat kalian nikah" terang Amar yang lagi-lagi membuat Aruna kesal.

"Papa apa sih, jangan ngomong gitu" balas Aruna. "Oke aku bakalan ikutin semua rencana papa dan pak bagas, tapi papa harus janji buat sembuh" lanjutnya

"Setidaknya Papa akan tenang setelah kalian menikah,"

Sementara itu dikantor Bagas, ia sudah menyuruh beberapa anak buahnya untuk mengurus beberapa berkas pernikahan yang memang harus disediakan dengan cepat. Waktu dua hari mungkin bagi oranglain tidakkan cukup namun bagi mereka hal itu bukanlah hal sulit.

"Nanti saya hubungi Aruna untuk ikyt bersama kalian mengurus berkas miliknya" terang bagas pada salahsatu anak buahnya.

"Baik pak, saya permisi" pamitnya begitu sosok yang tengah ditunggu kini berada disana.

"Papa bener-bener serius dengan pernikahan itu?" Tanya Langit yang langsung mengetahui hal itu saat beberapa pekerja papanya meminta kartu identitas serta foto padanya untuk berkas pernikahan.

"Papa gak pernah bercanda soal itu Langit," balas Bagas menatap putranya sepenuhnya.

"Tapi secepat ini?" Tanyanya Lagi. Ia memang akan menyetujui pernikahan itu namun ia tak menyangka jika semuanya akan terjadi dalam dua hari kedepan.

"Ayah Aruna yang meminta hal ini, kalian akan menikah dirumah sakit" balas Bagas membuat Langit kembali terkejut mendengar nama itu

"Aruna?"

"Hm, calon istri kamu. Papa mohon jangan macam-macam sama dia" lanjut Bagas menerangkan.

"Persiapkan diri kamu, lusa kita langsung kesana dan mengadakan pernikahan itu tanpa ada bantahan." Balas Bagas yang memang semakin kesini semakin keras kepada sang putra yang memang susah sekali untuk diatur.

Langit terdiam. Apa Aruna yang akan menikah dengannya adalah Aruna yang dia kenal? Apalagi ayahnya sama-sama tengah dalam keadaan sakit.

"Terserah papa"

Dua hari berlalu, akhirnya hari yang ditunggu telah tiba. Aruna tak bisa menyembunyikan rasa berdebarnya apalagi setelah dengan lantang lelaki disampingnya itu mengucapkan ijab qobul dengan begitu lancarnya membuat Aruna ingin menghilang seketika. Semua benar-benar terjadi diluar perkiraannya apalagi tentang lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya, ia pikir anak dari pak Bagas akan sama baiknya dengan beliau namun ternyata malah sebaliknya. Lelaki itu adalah Langit. Lelaki yang paling ingin ia hindari dalam hidup Aruna setelah semua yang pernah terjadi diantara mereka sebelumnya. Namun takdir sepertinya memang belum ingin memberinya hal baik dimana ia malah terjebak bersama lelaki itu dalam sebuah ikatan pernikahan.

Penghulu dan petugas KUA sudah lebih dulu pulang diantar oleh anak buah dari pak Bagas menyisakan kedua keluarga yang kini tampak begitu bahagia kecuali sepasang pengantin yang terlihat murung terutama bagi Aruna.

"Sekarang saya lega, akhirnya Aruna sudah ada yang jaga" ucap Amar yang memang sangat senang dengan hal ini. Setidaknya, dengan pernikahan ini kehidupan serta keamanan Aruna akan terjamin, ia sudah tak tega membiarkan anaknya bekerja dari pagi sampai tengah malam bahkan dini hari oleh karena itu ia ingin mempercepat pernikahan keduanya.

"Kamu gak usah khawatir mar, jangan terlalu banyak pikiran yang terpenting saat ini adalah kondisi kamu" balas Bagas

"Lebih baik kalian cari tempat berdua, bagaimana pun dengan pernikahan ini ada beberapa hal yang mesti kalian saling pahami. Ngobrol sedikit demi sedikit mungkin bisa membantu" terang Anita melirik kearah anak dan menantu barunya yang hanya diam.

"Gimana Aruna?" Lanjutnya melirik kearah Aruna yang mendadak salah tingkah karena pandangannya bertemu dengan tatapan Langit yang juga tengah menatapnya.

"Kamu mau kan Lang?" Lanjutnya bertanya pada sang putra.

"Iya ma," balas Langit.

Aruna tak bisa membantahnya. Mau tak mau ia harus menurut mengikuti kemuan orang-orang disana untuk ikut bersama Langit.

"Ngapain kita kesini?" Tanya Aruna begitu langit membawanya keatas rooftop rumah sakit yang sedikit gelap karena hari sudah malam dan penerangan yang hanya berasal dari gedung lain disekitarnya.

"Lo maunya kita ngapain?" Tanya balik Langit dengan senyum menyebalkannya

"Apalagi, bisa dibilang ini malam pertama kita loh Run. Masa gak ngapa-ngapain?" Tanya langit lagi mencondongkan dirinya kearah Aruna yang langsung mundur begitu wajah menyebalkan itu mendekat.

"Jangan kurang ajar ya lo!" Sentak Aruna membuat Langit tertawa.

"Buat malam pertama, kayanya gak terlalu buruk buat lakuin disini" ucap Langit lagi membuat Aruna mendorong keras dada lelaki itu berniat untuk kabur dari sana namun langsung dicegah oleh lelaki itu.

"Bisa-bisanya gue nikah sama cewek kayak lo" ucap Langit membuat Aruna cukup tersinggung mendengarnya.

"Bukannya kebalik ya? Cowok kayak lo mana bisa jadi suami yang baik buat gue" balas Aruna menantang membuat Langit tersenyum miring.

"Gimana lo bisa tau, lo sendiri belum pernah nyoba" balas Langit yang masih setia memasang tampang menyebalkannya.

"Apa yang bisa gue harepin dari cowok kayak lo, kalo bukan karena papa sama bokap lo gue gak akan pernah mau" balas Aruna mendelik kearah lelaki itu

"Lo bisa dapet uang gue, itu juga bisa lo harepin tanpa perlu repot jual diri. Cukup tidur sama gue, hidup lo akan terjamin" ucap langit sebelum tanpa ia duga Aruna malah pergi meninggalkannya tanpa membalas sepatah kata pun. Tak seperti yang ia duga.

Apa yang dia ucapkan sedikit keterlaluan?

Oh My Bad Guy (END)Where stories live. Discover now