005 - He's in trouble

86 9 6
                                    

ONE WAY STREET
_____________________________

Hampir satu jam lamanya Alexa menunggu Milan di parkiran, namun lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Seharusnya sih kelas Milan sudah berakhir 30 menit yang lalu.

Entah sudah berapa banyak bubble chat yang Alexa kirim, namun belum ada tanda-tanda akan dibalas oleh Milan. Ah, jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Bahkan berkali-kali ia mencoba menelepon kekasihnya itu, namun tetap tak mendapat jawaban. Ponsel Milan aktif, tapi sepertinya berada dalam don't not disturb mode.

Ingin pergi mencari, tapi rasanya ia tidak sanggup lagi. Kakinya sudah sangat pegal. Ia kehabisan tenaga. Hari ini ia sudah bolak-balik naik turun tangga, sebab lift gedung kelasnya sedang diperbaiki. Pilihan terakhir, Alexa menghubungi Karel, dari situ lah ia tahu kalau ternyata Milan tengah mengikuti rapat.

"Gila ya, gue nunggu di sini hampir sejam, taunya dia rapat? serius ngabarin doang gak sempet? kebangetan!" Alexa sudah tak bisa lagi membendung kekesalannya.

"Tau gitu mending gue pesen ojol dari tadi, emang brengsek, Milan."

Setelah beberapa kali memaki Milan yang tidak akan tahu juga kalau sedang dimaki, pilihan terakhir Alexa adalah memesan ojek online. Merasa belum puas, Alexa melanjutkan kegiatan memaki kekasihnya itu sepanjang perjalanan menuju Apartment-nya. Tanpa ia tahu, abang ojek yang mendengar celotehannya sempat beberapa kali bergidik ngeri.

Di sisi lain, Karel yang sedang berada di toilet, langsung buru-buru menyelesaikan urusannya, setelah itu segera kembali ke ruangan. Ia mencium bau-bau bencana dalam rumah tangga Milan setelah mendapat pesan dari Alexa.

Kalau sebelum izin ke toilet tadi Karel duduk di sebelah Renjana, begitu kembali ke lingkaran rapat, lelaki itu berpindah, menempati sisi kosong di sebelah Milan.

"Dude, kayaknya lo bakal diputusin abis ini." bisik Karel yang membuat Milan mengernyitkan dahinya, bingung.

"Ngomong apa sih?"

Sebelum kembali berbisik, Karel memastikan kondisi di sekitarnya lebih dulu. Takut dianggap tidak fokus pada rapat kali ini. Padahal memang.

"Lo gak ngasih tau Alexa kalo ada rapat?"

Detik itu juga Milan membelalakan matanya.

Mati gue

"Ini rapat bisa langsung ditutup gak, sih?"

Pletak

Sebuah sentilan mendarat dengan mulus di dahi Milan, tentu saja Karel pelakunya. "Baru juga mulai, monyet."

"Oh iya, katanya dia udah pesen ojol." lanjut Karel.

Milan menelan paksa salivanya. Bagaimana nasibnya setelah ini?

Kemudian pandangannya jatuh pada tasnya yang tergeletak di sudut ruangan.

"Mana handphone gue di tas lagi, anjing!" Milan masih cukup waras. Ia tidak mungkin menyuarakan umpatanya keras-keras, meski hasratnya untuk memaki isi bumi sudah tak tertahakan lagi.

"Pinjem handphone lo, Rel." sebisa mungkin Milan mengontrol suaranya agar hanya Karel yang dapat mendengarnya.

"Gue gak izinin lo main handphone di forum rapat," jawab Karel pelan, namun penuh penekanan.

"Ah, beneran mampus ini mah." Milan pasrah. Mau tidak mau ia harus menunggu hingga rapat selesai, baru bisa menghubungi Alexa—atau lebih tepatnya membalas pesan Alexa yang ia yakin sebagian isinya adalah makian.

One Way Street Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang