Beautiful Coincidences

3 0 0
                                    

"Baik, baik, aku sudah sampai." Mataku tertegun menatap layar ponsel, sekarang pukul 4 sore. Ternyata langit sudah gelap. Aku baru ingat jam di ponselku masih mengikuti wilayah Incheon. Perbedaan waktu ini membuatku pusing. Tiga belas jam perjalanan udara sudah cukup membuatku ingin muntah. Sekarang mualku bertambah karena asistenku terus mencecar melalui telepon.

"Iya, diamlah. Aku hampir tersandung koperku sendiri. Iya, aku mengerti," ucapku. Aku menutup telepon, kemudian menengadah untuk melihat kerumunan orang di sekitarku. Bandar udara ini sangat besar, mewah, dengan banyak ornamen antik yang menghiasnya. Beberapa orang terlihat mengantre dan menunggu, sejumlah orang makan dan minum di kafe mini, dan para petugas tampak mondar-mandir untuk memeriksa kondisi. Semua orang sibuk, sedangkan aku terpaku, merasa asing. Aku tidak cengo, hanya saja, kenyataan bahwa saat ini aku sedang sendirian, terasa aneh.

Aku terbiasa menjalani kehidupan dengan segalanya diatur. Andai saja aku tidak pergi lebih cepat dari hari yang ditentukan, pastinya aku sedang santai berjalan dengan para pengawal di sampingku. Membawakan koperku yang berat selagi aku berceloteh dengan asistenku tentang ke mana kami akan pergi.

Hotel, ya, aku hampir melupakannya. Aku tidak butuh waktu untuk menyimpan ponselku di tas, segera saja kutarik koper dengan tangan yang satunya. "Taksi!" seperti mantra ajaib, kata itu meluncur dari mulutku saat sampai di beranda depan. Berderet mobil kuning dengan logo 'Taxi' parkir dengan rapi di bagian kanan jalan. Salah satunya tampak bergerak ke arahku. Saat mendekat, kulihat pria awal 20-an tengah duduk di kursi kemudi. Dia membuka kacanya.

"Mau ke mana, Nona Manis?" tanyanya seraya mengusap potongan rambutnya yang rapi.

"Ah tidak, yang lain saja." Aku memalingkan wajah, menatap barisan taksi lain yang tampaknya memencar, tengah mencari calon penumpang sepertiku.

"Oh, ayolah. Di sini kebanyakan yang sudah tua. Kau pasti takkan tertarik dengan pengemudi bertampang berumur 50-an tahun." Dengan cepat dia membuka pintu penumpang dari dalam. "Menyebalkan, kenapa tidak keluar saja dan persilakan aku masuk dengan sopan?" Pikiranku langsung membencinya. Tapi kakiku tak bisa kuhentikan untuk segera masuk ke dalam.

"Aku ingin ke Hotel Artemide," kataku pelan. Aku tidak ingin berlama-lama di sini, apalagi sekadar basa-basi. Pintu kubanting menutup, dia mendongak padaku melalui kaca dashboard. Senyumnya merekah. Mobil melaju menembus petang di Kota Roma. Menyajikan pemandangan indah yang tak dapat kulukiskan. Syukurlah, beberapa saat perjalanan dia tidak berkata apa pun. Tapi itu hanya berlaku dalam sekejap saja. Mendadak dia menoleh kepadaku.

"Hei, kenapa kau sendirian?" Aku tidak menjawab. Wajahku berpaling ke sisi kanan jendela. Dia justru tertawa, "Aku tau kau dengar. Begini, maksudku kau terlalu cantik untuk berada di sini, di kota asing dan sibuk seperti ini, sendiri."

"Ya, aku tau maksudmu," kataku sambil membetulkan poni tipis yang menggantung di dahiku. "Tapi, aku bukan seperti gadis biasa yang kau kira. Seandainya tidak terjadi beberapa hal mendadak, pastinya aku sudah melangkahi kota bersama para stafku, bukannya bersama orang asing sepertimu." Seketika pandangannya ke arah jalan tertuju kembali padaku. Kini tatapannya benar-benar fokus, mobil jadi berjalan dengan sangat lambat. Dari jendela, terlihat jelas alun-alun kota yang dipenuhi pengunjung dan pedagang kaki lima.

"Oh, ternyata kau orang penting, yah? Menarik sekali." Dia memberi lirikan kecil terhadap barang-barang yang kubawa, terutama tas besarku yang jelas sekali berharga. Aku melipat kedua lenganku, menutupinya di pangkuan. "Bagaimana kalau kita pergi makan malam? Kau tahu? makanan di restoran seberang sana sangat lezat, kau mungkin ..."

Aku terlonjak. "Kau mengajakku kencan?!"

"Yah, bisa dibilang begitu."

"Yang benar saja? Usiaku bahkan mungkin jauh lebih tua darimu! Dengar ya, aku minta tolong turunkan aku sekarang juga!" Suaraku setengah berteriak. Tanganku gemetar akibat gelombang kemarahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miracle of Love: Don't Leave Me BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang