🔮𝐒𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 ... 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 '𝐤𝐚𝐧?🔮

4 5 9
                                    

6 tahun yang lalu.
Lebih tepatnya, September 2011.

Luna sedang duduk--melamun di kursi yang ada di loteng. Setelah beberapa menit berlalu, ia melihat ada taksi yang berhenti di depan rumah nenek Sukma.

Itu siapa ya? batin Luna.

Ia sangat penasaran, karena selama ini jarang ada tamu yang datang ke rumah nenek Sukma. Setelah dilihat-lihat, ada anak kecil yang keluar dari taksi itu, anak itu membawa sebuah koper yang sangat besar dan dia masuk ke dalam rumahnya nenek Sukma.

Tanpa menunggu lama, Luna langsung keluar dari kamarnya dan berlari menuruni anak tangga menuju kamar kakaknya, sambil beteriak, "Kaak!! Kaak!!"

Luna membuka pintu kamar kakaknya, dan masuk ke dalamnya. Terlihat kakaknya itu sedang menulis dibuku.

"Kak!" teriaknya.

"Apaan sih, Dek?! Kalau mau masuk itu harus ketuk pintu dulu!" ketus kakaknya itu.

"Iya-iya, maaf. Tadi, Luna lihat di loteng, ada tamu masuk ke rumahnya nenek Sukma!"

"Terus?"

"Tamunya anak kecil! Kayaknya dia seumuran deh sama aku," kata Luna sambil melompat kegirangan.

"Jangan bilang kalau-"

"Ya! AKU MAU TEMENAN SAMA DIA!" potong Luna.

Kakaknya berkata, "Tapi, dia cuma tamu. Nanti juga pulang lagi."

"Nggak Kak. Tadi aku lihat, dia bawa koper. Kopernya besaaarr banget," ucap Luna sambil memeragakan koper yang besar.

"Yaudah deh, terserah kamu. Kakak mau ngerjain tugas dulu. Jangan ganggu kakak lagi."

"Okey, kalo gitu, Luna pergi dulu ya."

"Nggak bilang ke Bunda?"

"Bunda lagi ke pasar, nanti kakak aja yang bilang ya. Daah." Luna melambaikan tangannya dan menutup pintu kamar kakaknya.

Luna berjalan menuju kamarnya, ia memakai jaket pink kesayangannya. Setelah itu, ia pergi ke luar dan memakai sepatu. Rumah nenek Sukma berada tepat di sebelah kiri rumahnya. Luna sering bermain disana untuk menemani nenek Sukma. Tepat 2 bulan yang lalu, suami nenek Sukma yaitu kakek Surya telah meninggal dunia.

Tok, tok, tok ....

"Assalamu'alaikum," kata Luna, sambil mengetuk pintu rumah nenek Sukma.

Krieett, pintu rumahpun terbuka. Terlihat ada nenek Sukma yang tersenyum di balik pintu itu, dan ada seorang anak kecil yang berdiri tepat di belakang nenek Sukma.

"Wa'alaikumsalam, ayo masuk," ucap nenek Sukma.

"Iya nek." Luna pun membuka sepatunya dan masuk ke dalam rumahnya nenek Sukma.

"Bentar ya, nenek ambil air dulu," kata nenek Sukma, yang dijawab dengan anggukan oleh Luna.

Sekarang mereka duduk di kursi sofa yang ada di ruang tamu itu.

Luna sedari tadi hanya menatap anak itu dengan penasaran, dan setelah beberapa saat ada hening yang terjadi diantara mereka, akhirnya Luna menghampirinya-merentangkan tangan kanannya dan berkata, "Hai. Kenalin, aku Aluna. Panggil aja Luna."

"Hai, Luna. Park Ji-u. Aku Jiu," katanya sambil menjabat tangan Luna.

Luna terkejut mendengar nama itu, sampai-sampai ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. "J-jadi, Jiu itu kamu?!"

Jiu bingung dengan sikap Luna, tetapi ia tetap mengangguk, mengiakan pertanyaan Luna.

"Nenek Sukma suka cerita tentang kamu lho. Sama kembaran kamu, Jio."

Ephemeral Where stories live. Discover now