PERTAMA

58 62 133
                                    

Hai para pembaca🤗
Terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini
Kalian suka jaemin black hair atau yang mana?

--

Byur!

Hahahaha...

Suara tawa memenuhi kelas 11 A. Korban hanya terdiam, menahan tangis. Ia sudah terbiasa menjadi target bullying di sekolahnya. Yvette Thalasa, atau kerap dipanggil Ive. Ia anak yatim-piatu yang sedari kecil dirawat oleh neneknya.

Namun, taun lalu neneknya telah berpulang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia bekerja paruh waktu di supermarket. Ia bersekolah di SMA Taruna. Sekolah elit yang berisi anak-anak orang kaya. Ia beruntung karena bisa masuk jalur beasiswa.

Ive berjalan menuju bangkunya. Ia mengumpat dalam hati. Renja-teman sebangku sekaligus teman satu-satunya-sigap membantu membersihkan rambut Ive.

Renja itu termasuk cowok populer. Ganteng, ramah, dan baik hati pula. Banyak cewek yang iri dengan Ive karena bisa bersahabat dengannya. Bukan karena Renja pemilih, tetapi kebanyakan hanya ingin numpang populer saja.

"Kenapa lo diem aja si? Beneran gamau gue bales mereka?"

"Gak usah, gue gamau lo kena masalah gegara gue," jawab Ive mengeluarkan buku dari tasnya.

Renja mendengus, sebenarnya ia diam-diam mengancam beberapa orang yang menggangu Ive. Ia juga muak dengan guru-guru yang selalu membela siswa yang orang tuanya berpengaruh di sekolah.
.
.
.
.

Di kantin, Ive sedang menikmati makan siang. Tiba-tiba geng Nave, geng yang terkenal menjadi pembully di sekolah menghampiri meja Ive. "Ohh anak beasiswa lagi makan ternyata. Apa gak terlalu mewah dia makan makanan yang sama dengan kita guys?" ucap Sila-ketua geng Nave- dengan nada sarkas.

"Tentu aja terlalu mewah, Sil. Dia itu pantesnya makan nasi sisa haha," ujar Putri tertawa meremehkan.

Ive meremat sendok yang sedang ia pegang. Sila menuangkan air coca cola ke piring Ive dan menyuruh untuk memakannya. Ive memakan makanan tersebut dengan ekspresi datar.

Renja mengusap wajah kasar, ia benar-benar tidak tahan melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu. Setelah melihat geng itu pergi, segera ia menghampiri Ive.

"Ganti makanan lo, makan yang lebih layak," ucap Renja yang hanya ditanggapi helaan napas.

"Gue udah gak selera makan."

"Atau mau gue beliin roti? Lo harus makan, apalagi nanti lo kerja."

"Gak usah ntar gue makan di tempat kerja aja."

Terserahlah, Ive itu batu. Jadi percuma juga kalau ia memaksa.
.
.
.
.

Setelah bekerja, tak henti-hentinya ia mengumpat. "Sial, seharian ini gue sial banget. Di sekolah di bully, di tempat kerja dimarahin ibu-ibu. Fucking this day. Argh bangsat!"

Langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara kucing. Ia mencari sumber suara tersebut. Ia bisa melihat kucing berbulu putih dengan bercak darah mengerang kesakitan.

"Ya ampun, lo luka ya? Tega banget si yang buang kucing sebagus lo." Ive membawa kucing itu pulang ke rumah dan mengobatinya.

Setelah mengobati dan membersihkan diri, ia mengusap kucing itu lembut. "Kenapa ya, semesta jahat sama kita. Lo sama gue udah gak punya siapa-siapa. Kita emang ditakdirkan untuk berteman deh."

Ive tersenyum, akhirnya ia tidak kesepian lagi. Setidaknya kucing itu bisa menemaninya. "Gue namain siapa ya? Aksa? Raksa? Susah juga karena lo kucing jantan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cat Boy || RenjunWhere stories live. Discover now