Bab 10

266 71 50
                                    

Ketika baru saja membuka mata, Fatyra sempat mengalami disorientasi sebentar. Ia merasa asing karena terbangun bukan di kamar kos, melainkan di sebuah ruangan yang dikelilingi tirai kelabu. Sementara itu, seluruh bagian tubuhnya terutama perut terasa sangat tidak nyaman. Selang infus yang menancap di punggung tangan kiri bahkan menimbulkan sedikit sensasi ngilu.

Ruang perawatan rumah sakit.

Fatyra pun mengerjap-ngerjap dalam rangka berusaha mengontruksi kembali penggalan ingatan. Plafon putih yang kini sedang dipandanginya seperti berubah jadi layar pertunjukkan.

Setelah drama yang terjadi di lounge itu, ia berhasil sampai di kosan sekitar pukul delapan malam. Hal pertama yang dilakukan tentu saja menumpahkan semua rasa kesal dengan menangis heboh. Di sela-sela aksi tersebut, perutnya tiba-tiba saja melilit hebat. Antara perih seperti dicakar dan mulas seperti diremas-remas. Lantas seperti sudah digariskan jalan takdirnya, Yoko datang dalam rangka memberi ucapan selamat ulang tahun. Namun ketika melihat Fatyra kesakitan hingga nyaris pingsan, Yoko pun lekas mengambil tindakan untuk membawanya ke IGD terdekat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, lambung Fatyra ternyata luka. Bisa jadi penyebab utamanya karena kapsul diet abal-abal yang belakangan ini rutin ia konsumsi. Dokter pun memintanya untuk rawat inap agar semua jadi lebih terpantau.

Drama banget idup gue, batin Fatyra seraya geleng-geleng kepala.

Pandangannya pun kemudian berpindah pada kursi yang terletak di sisi kanan hospital bed. Yoko sedang ketiduran di sana dalam posisi duduk. Kedua lengannya dilipat di depan dada seperti sedang memeluk tubuh sendiri.

Secara refleks Fatyra jadi memperhatikan wajah yang sedang terlelap itu.

Kalau dipikir-pikir, Yoko sebenarnya tidak jelek. Terlepas dari tubuh jangkungnya yang kurus, ia cukup tampan dengan guratan wajah ramah. Lekukan hidung mancungnya bahkan bisa dikatakan nyaris sempurna. Sementara rambutnya yang tidak pernah tersentuh gel, selalu dibiarkan sedikit berantakan natural.

Secara keseluruhan nilai Yoko adalah delapan dari skala sepuluh.

Namun, bukan itu yang terpenting. Apabila Fatyra ingat-ingat lagi, lelaki itulah yang selalu ada untuknya nyaris tujuh tahun ini. Sejak mereka kuliah, Yoko memang senang sekali mengganggu dan menempelinya seperti benalu. Kadang-kadang Yoko juga sengaja bersikap jahil. Lantas ketika Fatyra mulai ngambek, semua itu akan diganti dengan sebentuk perhatian norak. Sampai-sampai teman di kampus mengira mereka sudah resmi pacaran.

"Ya ampun jatoh!" Orang yang sejak tadi sedang diperhatikan tersebut tiba-tiba terperanjat lalu melek dadakan. Rupanya, leher yang terlalu meneleng membuatnya nyaris saja hilang keseimbangan.

"Ngelindur lo, Yo?" Fatyra pun refleks terkekeh serak, meski sedetik kemudian ia memegangi perutnya yang masih terasa perih.

"Lah, lo kok bangun? Ada yang sakit? Biar gue panggil suster jaga."

"Enggak. Gue cuma kebetulan bangun karena haus. Kalem, Yo. Tarik napas."

"Kirain." Setelah mengucek-ucek mata, Yoko pun beranjak mengambil botol air mineral di atas nakas. Dengan sangat hati-hati, ia membantu Fatyra agar bisa minum dalam posisi setengah duduk.

Sayangnya meski sangat haus, minuman yang bisa masuk ternyata hanya seteguk. Karena begitu air meluncur dari kerongkongan dan sampai ke lambung, ada sensasi perih yang menusuk samar.

Fat Fit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang