Bab 8

285 67 31
                                    

Orang bilang, untuk meraih impian kita harus rela berkorban. Namun kalau urusannya sudah berhubungan dengan duit, tetap saja berat.

Hal itulah yang kurang lebih Fatyra rasakan saat mengecek saldo rekening melalui aplikasi m-banking. Kondisi keuangan yang mulai menipis, sampai membuatnya jadi meringis.

Demi menghindari godaan terberat dalam misi dietnya, Fatyra memang telah resmi berhenti menerima jasa endorse makanan. Belum lagi secuil penurunan berat badan yang di satu sisi baginya adalah anugerah, di sisi lain justru musibah. Beberapa baju Over Size yang berukuran di atas XL itu kini tidak pas lagi bila dibalutkan ke tubuhnya. Alias, agak kedodoran hingga kurang sedap dipandang. Mau tidak mau mereka harus mencari model lain karena sistem Fatyra juga hanya freelance.

Dampak langsung kedua hal tadi jelas pada pemasukan. Padahal, pengeluaran justru semakin membengkak karena berlangganan katering khusus diet dan menyewa personal trainer. Je-bol.

"Gak pa-pa, gak pa-pa, duit masih bisa dicari lagi kalo ntar BB gue udah stabil jadi langsing. Amiiinnn. Sekarang fokus aja kejar target buat turun minimal lima kilo lagi dalam dua minggu ini," bisik Fatyra bermonolog. Ia lalu memejamkan mata sebentar dan menarik-embuskan napas ala orang yang sedang meditasi.

"Ngapain lo, Fat? Nahan pup?" Tiba-tiba saja Vivian menepuk bahunya pelan seraya terkekeh.

"Gue lagi latihan pernapasan biar aura yang memancar positif terus," jawab Fatyra lebay.

"Udah kayak gue aja pas ikutan yoga hamil buat persiapan lahiran si kembar." Jihan menimpali dari kubikelnya di seberang tanpa menolehkan kepala.

"Enak aja lo, Mbak! Gue kutuk lo segera hamil lagi. Triplet."

Jihan langsung menyebutkan kata amit-amit berkali-kali seraya mengetok-ngetokkan kepalan tangan ke permukaan meja. Fatyra terbahak puas. Sementara Vivian hanya terkikik geli lalu berlalu menuju ruangan Janu.

Omong-omong tentang Vivian, Fatyra rasa tidak ada yang perlu dicuriga dari temannya itu. Setelah mengamati langsung secara diam-diam, Vivian dan Armand tidak pernah menunjukkan kedekatan khusus apabila sedang di kantor. Lagipula setahu Fatyra, Vivian termasuk tipe orang yang enggan terikat dalam suatu hubungan berstatus.

Orang cantik sih bebas ya.

Lantas, Fatyra baru saja mengangkat gagang pesawat telepon untuk menghubungi anak content, ketika ponselnya keburu menderingkan panggilan panjang. Si penelepon adalah salah satu sahabatnya saat kuliah yang kini sudah sukses bekerja di sebuah Production House ternama.

"Selamat Siang Ibu Oneng yang terhormat, ada yang bisa dibantai?" sapa Fatyra begitu sambungan telepon dimulai.

Perempuan di ujung sana tertawa renyah. "Oy, cong, lagi sibuk ape lo?"

"Lagi sibuk membantu Empu Gandring mengasah keris."

"Heehhh! Dasar vangke!" Tawa pun meledak lagi. "Udahan ah, udahan, gue bentar lagi mau meeting. Serius ni serius."

"Iyeee, ada keperluan apa Ibu Oneng kiranya menelepon saya?"

"Lo tau gak kalo Kliseart bakal ngadain kelas skenario?" Si penelepon menyebutkan nama PH tempatnya bekerja.

"Kagak. Wah, bagus, dong. Tapi pasti mahal kelas begituan."

"Ya lumayan sih emang. Tapi ada harga early bird juga. Nah, tujuan gue nelepon mau ngasih tau itu. Ikutan, cong. Lo kan udah punya ilmu nulis novel, tinggal dikembangin ke nulis script."

Memang tidak banyak yang tahu kalau sebelum menjadi editor, Fatyra sempat menjadi penulis novel juga. Buku pertamanya bahkan berhasil dipinang oleh penerbit mayor sebelah semasa ia kuliah. Sedangkan buku kedua dan ketiganya diterbitkan secara indie namun cukup laku keras. Beberapa tahun sebelumnya, Fatyra memang aktif menulis di sebuah platform online dan punya banyak pengikut setia. Hanya saja sejak fokus menjadi editor, makin laris menerima endorse, bahkan terpilih jadi model Over Size, ia pensiun menulis secara total.

Fat Fit [✓]Where stories live. Discover now