38. Heart Attack

1.1K 166 79
                                    

Eunha yang lebih dulu terjaga. Hal pertama yang ia tatap begitu matanya terbuka adalah sosok JK yang masih tidur lelap didalam pelukannya. Semalam memang terlalu panas bagi keduanya, namun rasa rindu mereka langsung tersalurkan. Pikiran yang mengganggu di kepala Eunha pun melayang pergi. JK benar, ia hanya perlu mendengarkan kata-kata yang ingin ia dengar, misalnya suara orang yang ia cintai. Eunha menarik dagu JK lalu mencium pipi lelaki itu lembut. Syukurlah kini ia memiliki seseorang untuk berbagi, tak ada alasan memendam segala kesulitan seorang diri lagi.

"Omong-omong sekarang jam berapa?". Gumam Eunha dengan suara serak. Susah payah ia bangun dari sofa, lalu melirik kearah jam dinding.

"Syukurlah masih jam lima, Jeongsan belum terbangun". Beruntung Eunha bangun lebih pagi meski tubuhnya lelah luar biasa. Coba bayangkan kalau seandainya ia bangun agak telat, bisa-bisa Jeongsan melihat keadaan orangtuanya yang berantakan ini. Lalu nanti anaknya yang seperti ember bocor itu akan bercerita ke dua temannya yang tak kalah seperti ember bocor pula. Duh, Eunha tidak bisa membayangkannya.

Eunha memunguti pakaiannya yang berserakan. Ia pakai bra dan celana dalamnya. Ia hendak beranjak pergi namun tangan JK menahannya. Tarikan kecil JK berhasil membuat tubuh Eunha limbung, perempuan itu terduduk dipinggir sofa.

"Ini masih terlalu pagi? Kenapa kau buru-buru sekali meninggalkan-ku?". Rengek JK, ia mencuri sebuah kecupan dibibir kecil Eunha. Eunha terkekeh karenanya, ia usap wajah JK yang nampak kuyu.

"Aku ini seorang ibu, aku harus bangun lebih dulu untuk membuat sarapan. Lalu menyiapkan Jeongsan sebelum pergi ke sekolah". JK ini tak henti-hentinya memuji Eunha di dalam hati. Perempuan itu benar-benar sesuai dengan tipe ideal yang ia impikan selama ini. Imut, menggemaskan, cantik, seksi, seperti boneka, manja, pintar memasak, nakal, dan masih banyak lagi. JK pun mencium punggung tangan Eunha dengan sayang, ia begitu memuja perempuan itu.

"Lalu siapa yang menyiapkan aku?". Canda JK lalu keduanya terkekeh.

"Bukankah kau sudah besar?". Ledek Eunha nakal sambil menekan kata besar. Duh, apa sih yang besar?🙄

"Hahaha. Aku hanya bercanda. Bagaimana perasaanmu? Apa sudah lebih baik?". JK menarik Eunha kedalam pelukannya hingga perempuan itu kembali berbaring di dada JK.

"Heum... Ini berkat-mu. Omong-omong apa aku boleh minta sesuatu darimu?". Eunha mendongak untuk menatap wajah JK.

"Tentu saja, apapun untuk bidadari-ku". Sahut JK mantap sembari mencium dahi Eunha.

"Pertama untuk selalu percaya padaku dan berada dipihakku. Kedua aku selalu ingin mendengar bisikan cinta darimu". Eunha tersenyum lebar setelah mengatakan permintaan sederhana dari mulutnya. JK pun balas tersenyum ia mengangguk tanpa ragu. Tanpa Eunha minta pun JK pasti akan melakukannya, apalagi kalau hal itu bisa membuat perasaan sang perempuan membaik.

"Aku mencintaimu... Aku mencintaimu...". Bisik JK berkali-kali hingga membuat telinga Eunha geli. Ia pun tertawa lalu kembali berdiri, Eunha harus cepat-cepat mandi lalu membuat sarapan.

"Yak! Aku mau mandi lalu membuat sarapan. Kau juga segera pakai baju sebelum Jeongsan bangun". Omel Eunha galak karena JK masih saja menggelayuti-nya dengan manja. Bukannya menurut JK malah balik mengomel.

"Iya, dasar cerewet!". Lalu menabok bokong Eunha dengan kurang ajar. Karena menanggapi JK tak akan ada habisnya, maka Eunha berusaha sabar ia lalu berjalan kearah kamar mandi hanya dengan mengenakan bra dan celana dalam. Hal itu tentu sukses membuat hati JK dirundung dilema. Astaga semalam itu sudah pasti melelahkan bagi Eunha, tapi pakaian perempuan itu begitu menggoda.

"Hhhhh... Salah siapa pakai baju begitu di depanku". JK beranjak dari sofa lalu buru-buru memakai celana dalamnya. Ia menyusul Eunha masuk ke dalam kamar mandi.

Oh My Baby (JJK-JEB)✔️Where stories live. Discover now