11. Enggan Menanam Bibit Cinta

1.1K 210 101
                                    

Jeongsan duduk di depan kedai milik kakek-neneknya sembari mengamati orang-orang yang keluar dan masuk dari sana. Bocah berusia empat tahun itu mengamati setiap orang dan sesekali sibuk menggambar di buku sketsanya. Setiap hari Jeongsan akan singgah di kedai kakek-neneknya sepulang sekolah sampai malam hari. Bocah itu dititipkan sampai Jiwon dan suaminya pulang dari kantor. Kedai yang dilantai atasnya terdapat ruang berisitirahat itu adalah milik tuan Jung alias ayah Eunha dan Ji-won.

Kedai pemberian mantan calon menantunya itu sudah berdiri sejak tahun dua ribu duapuluh tujuh. Awalnya hanya untuk mengisi waktu luang saja karena Tuan Jung memutuskan untuk pensiun di kantornya dulu. Namun makin ditekuni justru kedai itu makin sukses dan berhasil membuka cabang dimana-mana. JK adalah lelaki yang sangat perhatian pada keluarga kekasihnya. Maka saat Tuan Jung curhat karena bosan sudah tidak bisa bekerja lagi, lelaki itu langsung membelikan kedai untuk berbisnis. Bahkan kedainya pun ada dikawasan elit Itaewon. Meski kedai itu ada dikawasan rumah JK yang sekarang, namun lelaki itu tidak pernah berkunjung setelah putus dengan Eunha. Tentu saja canggung jika bertemu dengan mantan calon mertua.

Kembali lagi pada Jeongsan yang malam-malam begini masih betah duduk di depan kedai sambil menggambar. Selain kerap menunggu ayahnya yang tak pernah ia temui dirumah, anak itu juga menuggu ayahnya di kedai. Barangkali ayahnya adalah salah satu pengunjung di kedai itu. Nyonya Jung yang khawatir dengan Jeongsan karena malam-malam masih duduk di luar pun mendekati cucu semata wayangnya itu.

"Jeongsan-iee, anak pintar. Ayo kita masuk ke dalam. Cuaca sangat dingin". Nyonya Jung melambai di depan pintu kedai. Jeongsan menghela nafas panjang lalu cemberut.

"Aku belum mengantuk, haelmoni". Sahut anak itu sambil terus fokus menggoreskan crayon di buku sketsanya. Nyonya Jung pun mendekati Jeongsan.

"Tidak baik anak kecil duduk sendirian di depan kedai. Kalau diculik bagaimana? Haelmoni dan harabeoji kan sibuk melayani pelanggan". Nyonya Jung melihat kearah buku yang digambar Jeongsan.

"Oh? Kenapa lagi-lagi Jeongsan menggambar pelanggan laki-laki? Padahal banyak juga pelanggan perempuan". Komentar nyonya Jung. Agak aneh memang karena Jeongsan kerap menggambar para pelanggan di kedai, namun yang sering digambarkan hanyalah pelanggan laki-laki.

"Siapa tahu salah satu orang itu adalah Appa-ku". Sahut Jeongsan polos. Nyonya Jung menghela nafas. Ternyata Jeongsan masih mengharapkan kedatangan ayahnya. Perempuan itu tentu tahu siapa ayah Jeongsan, sosoknya ada dan dekat dengan mereka. Namun sayang, ia tak bisa memberi tahu Jeongsan.

"Jeongsan-iee, dengarkan Haelmoni...". Nyonya Jung mengambil peralatan menggambar Jeongsan dengan lembut lalu menatap cucunya yang sangat mirip dengan JK.

"Suatu saat nanti jika Tuhan sudah memutuskan waktu yang tepat, Appa Jeongsan akan datang. Jeongsan hanya perlu...".

"Menjadi anak yang baik". Potong Jeongsan dengan mata berkaca-kaca. Anak itu sampai hafal dengan nasehat yang selalu diberikan ibu, bibi, paman, nenek, dan kakeknya.

"Apa Jeongsan belum menjadi anak yang baik selama ini sehingga Tuhan tidak segera mengirim Appa pulang?". Lanjut anak itu dengan pilu. Nyonya Jung langsung memeluk Jeongsan dan menenangkan cucunya.

"Anni! Jeongsan sudah menjadi anak yang baik, sangat baik".

"Kalau begitu berarti Tuhan tidak menyayangi Jeongsan". Teriak Jeongsan lalu mendorong neneknya.

"Jeongsan-ahh! Tidak boleh seperti itu. Nanti Tuhan marah. Ayo cepat minta maaf pada Tuhan!". Nyonya Jung memarahi Jeongsan. Kaget karena Jeongsan bisa berbicara seperti itu.

"Tidak mau! Kenapa hanya Jeongsan yang tidak punya ayah?! Kenapa teman-teman Jeongsan bisa bermain dan diantar ayahnya? Kenapa hanya Jeongsan yang harus selalu menunggu Eomma? Kenapa Haelmoni? Apa Tuhan tidak menyayangi Jeongsan?!". Hati Nyonya Jung terenyuh seketika. Perempuan itu menggeleng sambil meneteskan air mata. Betapa sedihnya Jeongsan yang penantiannya tak kunjung usai. Betapa sedihnya Jeongsan yang diam-diam iri pada teman-temannya yang punya ayah.

Oh My Baby (JJK-JEB)✔️Where stories live. Discover now