10

1.4K 182 41
                                    


"kau bisa menunggu eum?" Chimon menggelengkan kepalanya. Ini sudah dua hari ia berada di Thailand. Bahkan dua hari ini ia tak menemui Daddy nya sama sekali.

"Papa bilang, Daddy akan kembali seminggu lagi. Jadi kita harus menunggunya" Chimon mengangguk lalu menggelengkan kepalanya lagi. Bibir tipisnya mengerucut membuat Mix menggelengkan kepalanya.

Mix juga tak sabar ingin menemui Off

"Aku ingin Daddy hiks..."

"Aku juga ingin Daddy, kita harus sabar Chi"

"Aku hanya ingin Daddy... Phi Mix nggak ngerti"

"Aku mengerti, kau merindukan Daddy aku juga merasakannya. Kau bilang aku tak mengerti denganmu hiks ... A-aku juga merindukannya hiks.." Chimon menendang kursi yang ada di rumah Arm. Bahkan suara Chimon sekarang meninggi karena mendengar ucapan dari Mix

Mereka sedang berdebat dengan menangis. Alice yang sibuk di dapur pun langsung berlari menemui kedua cucunya tersebut

"Ada apa? Kenapa kalian menangis?" Chimon semakin mengeraskan tangisannya pada Alice untuk mengadu

"Phi Mix nggak ngerti... Chi rindu Daddy hiks..."

"AKU MENGERTI, KAU YANG TAK MENGERTI HIKS.." balas Mix tak kalah keras. Hatinya sedang sensitif hari ini, jadi ia mengabaikan siapa yang ia teriaki kali ini. Mix juga sangat merindukan sosok ayahnya, justru Chimon lah yang tak mengerti keadaannya dulu dan sekarang.

Dengan cepat, Mix langsung menaiki tangga rumah kakeknya untuk menuju kamar yang sudah tersedia. Chimon melihat kakaknya yang naik dan mengabaikannya langsung semakin mengencangkan tangisannya.

Alice langsung kebingungan luar biasa melihat kedua cucunya tersebut

"Seminggu lagi, jika Daddy sudah kembali maka kalian akan segera menemuinya" Chimon mengabaikan itu, dan ia masih menangis hingga sesenggukan. Di satu sisi ia ingin bertemu Off dengan cepat dan satu sisi lagi ia merasa bersalah pada kakaknya itu.

Alice bisa melihat bagaimana kedua cucunya itu sangat merindukan Off.

Mereka merindukanmu,
mereka merindukan superheronya

.
.
.

"Kedua anak kita sedang bertengkar karena merindukanmu" Gun mengusap tangan kurus Off, matanya tak lepas dari wajah yang menjadi candunya itu. Off sangat damai dalam tidurnya selama dua hari ini. Bahkan Gun terus berada di sampingnya. Dan dalam dua hari ini, Off tak bangun sama sekali.

"Bisakah kau bangun untuk menyapa mereka?" Gun bertanya dan hanya di jawab oleh suara monitor di sampingnya. Kantung mata yang menghitam juga sembab telah menjadi ukiran di mata indah milik Gun.

"Aku baru menyadari jika kau serapuh ini. Aku merindukan tubuh kekarmu dulu, aku merindukan keluh kesahmu juga" Gun terus mengajak Off untuk mengobrol walaupun tak ada jawaban dari laki-laki sipit ini.

"Aku takut jika kau bangun lalu tak menerimaku. Jika kau menyuruhku pergi setelah bangun maka aku tak akan mendengar keluh kesahmu seperti dulu. Seperti, saat kita masih menjadi pasangan suami istri" senyuman itu sangat rapuh, Gun tersenyum untuk menyemangati dirinya sendiri.

"Bukankah kita masih menjadi suami istri yang sah di negara kita? Tak ada perceraian dalam hubungan kita. Jadi, jangan membuangku setelah kau bangun bangun. Juga, jangan memberiku surat merah (surat gugat cerai)" Gun terkekeh. Benar, tak ada satu orangpun yang mengajukan perceraian dalam sidang. Tak ada juga yang menerima surat merah untuk di tanda tangani. Jadi, mereka masih sah menjadi suami istri

"Aku akan mengatakannya berulang kali jika aku masih mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu, dari dulu, sekarang hingga nanti" hanya suara monitor yang menjadi jawaban cinta untuk Gun.

Daddy Off  (Offgun) ✔️Where stories live. Discover now