Bab 1

886 110 79
                                    

Sepertinya enak kalau tubuh manusia dilengkapi dengan resleting yang bisa dibuka tutup untuk mengeluarkan lemak.

Pemikiran sejenis itu kerap kali mampir di pikiran Fatyra bila habis menimbang berat badan. Memang mengherankan, tingginya berhenti bertambah sejak kelas 2 SMA--mentok di 155 cm saja--tetapi beratnya terus melejit hingga mencapai angka 75 kg. Alhasil, ia sering dikira ibu-ibu yang habis melahirkan. Padahal punya pacar saja belum, boro-boro menikah dan punya anak!

Kalau sudah begitu Fatyra akan mendumel sendiri dan sibuk menata ulang rencana dietnya. Namun, semua niat mulia kembali menjadi wacana, ketika matanya melirik pada rak kosan. Tumpukkan stok makanan yang super menggiurkan itu selalu saja melambai-lambai minta dijamah. Imannya lagi-lagi berhasil goyah.

Tolong dicatat, bagi seorang Fatyra Apriliani, godaan ngemil jauh lebih berat daripada godaan mantan! Karena itu, tidak heran bila orang-orang kemudian mengomentari bentuk fisiknya yang terus mengembang seperti adonan habis diberi fermipan. Bercanda memang, tapi sering menyerempet ke arah body shaming. Hanya saja Fatyra tidak pernah memasukkannya sampai ke dalam hati. Bisa stroke lalu mati muda nanti.

"Fat, lo lagi sakit gigi?" Seperti misalnya pagi ini, pemimpin redaksi Best Media yang baru datang malah berhenti dulu di kubikel Fatyra. Ruangannya memang terletak di paling ujung, hingga harus melalui kubikel-kubikel para editor yang berjejer di tengah-tengah.

Fatyra yang sedang membubuhkan lipmatte di bibir sontak menghentikan gerakan. Wajahnya pun mendongak. "Kagak. Napa emang, Mas?"

"Abisan pipi lo gembung amat."

"Oh. Ini gue lagi ngemut ikan buntel soalnya, Mas."

Jawaban kelewat santai itu sontak saja mengundang gelak tawa. Beberapa kepala bahkan sampai menyembul dari kubikel masing-masing untuk menonton kejadian secara live. Sementara pemred mereka hanya tergelak renyah sembari melanjutkan langkah.

"Beb, lo bawa sisaan endorse gak hari ini? Bagi dong, gue belom sarapan."

Baru saja Fatyra mengangkat kembali tube lipmatte, sudah datang gangguan yang kedua. Dengan gaya gradak-gruduk seperti kopaja yang hendak menyalip kendaraan lain, Yoko tiba-tiba saja sudah nongkrong di sisi kubikel sebelah kanan. Matanya jelalatan memperhatikan paper bag di atas meja.

Omong-omong mengenai nama Yoko, katanya memang sengaja dipilihkan sang ibu yang sangat menggemari serial pendekar rajawali di tahun 90-an. Mungkin beliau berharap agar anaknya kelak seganteng Andy Lau. Memang sih ada kemiripan di bentuk hidung, tetapi sisanya beda jauh. Yoko yang ini bertubuh super jangkung dan cenderung kurus. Apabila berdiri berendengan dengan Fatyra, mereka berdua sudah bisa merepresentasikan angka satu dan nol yang sesungguhnya.

"Beb, beb, bebek!" protes Fatyra seraya menyipitkan mata galak.

Rupanya tidak mempan, karena Yoko malah cengengesan. "Namanya juga panggilan spesial. Atau mau dipanggil say aja? Nanti dikira sayur lagi."

"Hih. Dasar alay. Pokoknya ogah gue dipanggil begituan. Nurunin nilai jual aja. Ntar kalo ada yang naksir ke gue, udah keburu males duluan karena ngiranya kita pacaran." Fatyra masih saja menyerocos panjang lebar. Namun tak ayal, tangannya meraih paper bag kemudian mengeluarkan sebuah kotak yang dilapisi mika transparan. Jejeran kue gendut dengan taburan gula kastor dan lelehan selai langsung mengintip. "Nih. Yang kemaren sore tapi masi empuk-Oy kawula muda, gue bawa bombolini ya. Yang mau ambil sendiri."

Beberapa temannya langsung mendekat bagai semut disuguhi gula. Tanpa ragu mereka mencomot satu lantas mengucapkan terima kasih. Hanya Yoko saja yang serakah mengambil dua. Ia bahkan sengaja menarik kursi agar bisa bebas mengunyah sambil duduk santai.

Bukan hal yang mengherankan jika Fatyra terkenal sebagai pabrik makanan. Instagramnya yang memiliki tiga puluh ribu lebih pengikut memang kerap mendatangkan hoki berupa endorse makanan-makanan kekinian. Untuk online shop yang masih terbilang baru, Fatyra kadang tidak tega mematok tarif tertentu. Akhirnya sang owner mengirimkan produk yang jumlahnya cukup banyak untuk dibagikan ke warga satu RT.

Bila ditanya bagaimana awalnya bisa begitu, Fatyra sendiri tidak tahu pasti. Yang jelas, sejak kuliah ia memang hobi mengunggah video review makanan di Instagram. Tidak disangka para pengikutnya mulai bertambah perlahan. Beberapa dari mereka bahkan request video ala-ala food vlogger kekinian. Awalnya Fatyra ragu dan tidak pede, tetapi setelah dicoba, ternyata respon followers-nya sangat baik. Mereka bilang, melihat Fatyra makan langsung bikin ngiler. Apa saja jadi kelihatan enak dan menggiurkan. Seiring dengan itu, tawaran endorse pun mulai berdatangan. Bahkan yang tidak diduga-duga, Over Size--salah satu brand yang dikhususkan untuk para perempuan bertubuh subur--mengajaknya bekerja sama sejak tahun lalu. Fatyra pun dikontrak jadi model freelance untuk pemotretan beberapa produk mereka.

Yah, anggap saja semua itu adalah beberapa sisi positif dari memiliki postur kelewat subur. Makanya kadang Fatyra berpikir kalau mau diet sayang juga. Bawa rejeki, bok!

"Ciye, Yoko sama Bibi Lung pagi-pagi udah praktek adegan romansa aja pake sarapan sebelahan," ledek Vivian yang ikut-ikutan datang mendekat.

Hanya selang beberapa detik kemudian, Jihan pun nimbrung. "Jangan diganggu Vi. Momen begini tuh langka tau."

Masih dengan mulut penuh oleh bombolini, Yoko langsung menyambar. "Iywa nwih, Mbak. Malwu-malwu tapwi mawu Fatwira swih."

Sontak saja Fatyra langsung mengeluarkan mantra 'amit-amit jabang bayi' seraya menggetok-getokkan lipatan telunjuk ke atas meja.

"Jangan gitu, Fat. Yang amit-amit ntar malah jodoh," goda Jihan lagi.

"Jangan, dong, Mbak. Jodoh gue tuh yang mirip Nicholas Hoult gitu loh."

"Ngomong-ngomong soal Nicholas Hoult." Vivian tiba-tiba merentangkan tangan. Mimiknya berubah jadi mode biang gosip. "Gue jadi keingetan sebuah gosip hawt. Lo tau gak Fat, kalo Mas Armand baru aja jomblo?"

Punggung Fatyra langsung menegak mendengar nama itu disebut. Sebelah tangannya yang sedang mencomot sisa bombolini terakhir sampai berhenti. "Mas Armand anak marketing yang brewoknya lucu itu?"

"Ya kaleee Armand Maulana!"

Jihan langsung terkekeh. Dari tampangnya kelihatan kalau ia sudah tahu berita itu duluan.

"Iye. Dia putus sama ceweknya yang model selimut itu, loh."

"Oh my wow!" Saking kagetnya, mata Fatyra sampai membola dramatis. Sebelah tangannya dipakai untuk menutup bibir.

Armand--bukan Maulana--yang mereka bahas adalah lelaki yang mendapat predikat the most eligible bachelor di Best Media. Tampan. Menawan. Mapan. Semua yang ada padanya serba proporsional. Kalau meminjam istilah Jihan, Armand si brewok ganteng. Dilihat-lihat sekilas, ia memang agak mirip Nicholas Hoult versi lokal.

"Yep. Persaingan sengit resmi dimulai," sambung Vivian lagi. "Gimana? Lo terpacu buat ikutan juga?"

"Haha. Canda aja lo." Jawabannya hanya berupa tawa garing.

"Etapi lo udah baca e-mail belom, Fat? Armand kan yang pegang promosi naskah Love Risk Management. Editornya lo, kan? So, ada kemungkinan kalian bakal kerjasama buat book tour." Jihan menumpukkan siku di kubikel dengan wajah serius.

"Wah gila sih. Kalo gue jadi lo, bakal gunain kesempetan buat TP TP." Vivian menimpali seraya menaik-turunkan alis.

Sementara Yoko malah langsung bangkit dengan kedua tangan terangkat. Entah maksud dari gerakan tersebut sebenarnya apa.

"Ya gue bakal profesional, lah, kalaupun ada project bareng dia. Lagian ya Mbak Ji, Vi, zaman sekarang mana ada sih cowok ganteng yang mau sama cewek gendut kayak gue? Please ya, yang begituan cuma ada di Wattpad," tandas Fatyra sembari tergelak renyah.[]

__________________

Hallo kawula muda!
Jumpa lagi dengan Helen
Cerita ini gak akan terlalu panjang, paling sekitar 10rb kata.
Iseng-iseng aja 🙈
Semoga masih mayan enak dibaca ya.
Jangan lupa save di library🥳

Fat Fit [✓]Where stories live. Discover now