Dugh

"Huaaaaa p-pengen ke-ketemu hiks Kak Ochi hiks "

"Gak, gak boleh"

"Ya-ya udah g-gue hiks bisa sendiri! " Ucapnya seraya bangkit, tapi ditarik dan kembali lagi kepangkuan Jeongwoo.

"Ru, udah"

Haruto berontak ketika Jeongwoo mendekapnya dengan kasar "Le-lepas hiks awas! "

"HARUTO! " Bentak Jeongwoo membuat pergerakan dan tangis Haruto berhenti.

Namun, sekejap dari itu Haruto kembali menangis dengan teriakan keras seperti kesurupan sembari memukul Jeongwoo tidak beraturan.

Gini salahnya, antara batu sama batu saat dipersatukan, bukannya semakin bersatu tapi malah terus ngibarin bendera perang. Hanya saja, Jeongwoo yang sebagai dominan selalu berakhir mengalah.

Menangis semakin keras, Haruto menyingkir dari Jeongwoo lalu ia melempar semua barang barang yang ada disekitar sembari terus berteriak tidak jelas. Suaranya yang parau dipaksakan untuk menangis serta berteriak terus menerus, rasa kesalnya tidak bisa dikendalikan hingga membuncah.

"Ru udah!" Jeongwoo segera memakai t-shirt sebelum mendekati Haruto.

Lantai sudah berceceran serpihan kaca, keadaan kamar bak kapal pecah akibat amukan Haruto.

"Diam! Jangan mendekat!" Haruto menodongkan potongan kaca yang dicengkram, sehingga bercakan darah perlahan menetes lalu mengalir dari tangannya.

Karena shock Jeongwoo terdiam "Haru ini gue!"

"Jangan dekat hiks PERGIII!" Haruto memundurkan langkah saat ketika Jeongwoo mendekatinya dengan perlahan, tanpa perduli pada kakinya yang tertancap serpihan kaca.

"Okey, Ru okey tapi lepasin dulu kacanya ya?" Bujuk Jeongwoo menenangkan dirinya juga agar tidak membentak, ia masih berusaha mendekati Haruto.

Darah bercucuran semakin deras dari tangan Haruto, bahkan pelipisnya saja terdapat luka goresan hingga darah pun keluar dari sana.

"Pergi! Jauh sana pergi!" Teriaknya kembali saat ketika Jeongwoo semakin dekat dan berhasil menyekram lengannya dengan penuh hati hati.

"Haruto tolong ya sayang buang dulu ya kacanya? Itu ngelukain tangan lo" Ucap Jeongwoo selembut mungkin hingga Haruto tidak menepis kala tangan Jeongwoo berusaha melepaskan kaca tersebut dari cengkraman tangannya yang terluka itu.

Tatapannya Haruto menjadi begitu kosong dan berhenti menangis dengan napas yang asalnya memburu telah netral kembali.

"Haru sayang, hei ini Jewu jangan takut ya?" Tangan Jeongwoo ngeraih pipi Haruto untuk menyadarkan tatapan kosongnya, tapi bukannya sadar Haruto malah ambruk kehilangan kesadaran.

"Je-wuhh...? "

Brak

Pintu kamar terbuka kasar, di ambang sana Junghwan, Jaehyuk dan Asahi datang dengan napas tersenggal senggal. Dari pada bertanya, lebih baik Jeongwoo membaringkan terlebih dulu tubuh Haruto ke atas ranjang yang masih bersih tanpa ada benda kotor apapun.

Tanpa disuruh, Asahi segera ke dapur mengambil lap bersih dan juga wadah kecil berisi air es, kemudian mendekati Jeongwoo yang hanya berdiam saja.

"Park Jeongwoo!" Jeongwoo maupun Junghwan serta Jaehyuk tersentak "Buru bersihin dulu lukanya"

"Hah?" Jeongwoo malah ngebug.

"Hah heh hoh lo, nanti kasih salep lukanya terus dibalut perban" Asahi menoleh ke Junghwan "Hwan ada P3K?"

He's My EnemyWhere stories live. Discover now