4.......

5K 620 34
                                    

Mon maaf nih kalo kalian nunggu gue up sampe selama sewindu, ane mau jadi orang sok sibuk dulu.


||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~



























Untuk kesekian kalinya Jeongwoo kembali lagi ke kamarnya dan langsung disajikan pemandangan Haruto yang tengah meringkuk seperti janin, melihat itu ia khawatir jika selang infus terputus dari tangan Haruto. Dengan ragu Jeongwoo mendekat pada musuhnya yang memunggungi dirinya, lalu memberikan satu tepukan pelan pada bahu membuat si empunya berjengkit kaget hingga terduduk.

Namun ternyata, dirinya lah yang lebih terkejut ketika menemukan kondisi wajah Haruto yang begitu kacau "Ru, Lo nangis?"

"Gak" Haruto memalingkan wajahnya ke arah jendela kamar yang berlawanan dengan Jeongwoo tentunya, ia merasa malu karena sisi kelemahannya selalu ditunjukkan secara tidak sengaja pada Jeongwoo lagi.

Jeongwoo segera duduk menghadap Haruto "Kenapa, lo malu nangis di hadapan gue?" Tidak berniat mengejek, maka dari itu ia bertanya dengan nada yang sangat lembut.

Tidak mendapat balasan, bahkan yang ditanya enggan menatap Jeongwoo. Sehingga, entah keberanian dari mana tangan Jeongwoo meraih dagu Haruto dan mengarahkan padanya hingga pandangan mereka bertemu satu sama lain.

"Jangan ditahan, jangan malu, seburuk apapun hubungan kita pada akhirnya bakalan saling membutuhkan" Ujar Jeongwoo memberi pengertian pada Haruto "Ru denger, sekarang lo cuman punya gue jadi tumpahin semua kekesalan, kesedihan dan kemarahan lo itu sama gue" Lanjutnya, dengan ucapan yang Jeongwoo tata sebaik mungkin mampu membuat pertahanan Haruto runtuh dihadapannya.

"Hiks " Seketika, isakan keluar diiringi tangisan "Hiks sakit di sini sakit, Jeongwoo " Lirihnya di sela tangis, dengan tangan yang meremat dadanya sendiri.

Lantas, tanpa keraguan Jeongwoo menarik Haruto ke dalam dekapannya "Mungkin gue gak ngerasain apa yang lo derita tapi, setidaknya gue mencoba memahami"

"Sakit banget hiks kenapa semua keluarga gue gak ada yang peduli hiks gue kan, cuman pengen pengertiaan dan perhatian dalam bentuk kasih sayang dari mereka hiks " Semakin melirih pilu, bahkan Haruto tidak sadar kini kedua tangannya meremat kuat baju yang Jeongwoo kenakan.

"Gue di sini, ada buat lo yang bisa nangis sepuasnya" Dan setelahnya, Haruto menangis hingga sesak dirasa akibat tersengut sengut.

Ia membiarkan sang musuh menumpah-ruahkan segala kesedihan yang selama ini terpendam apik dalam benaknya, hanya ini yang mampu ia lakukan tanpa bisa membantu lebih. Lama dalam posisi seperti itu Jeongwoo merasakan dengkuran halus tepat di samping telinganya, membuat bulu kuduknya meremang seketika karena sensasi geli.

"Gue gak tau ternyata lo serapuh ini makanya selalu nyari keributan sama lo tapi gue gak nyesel, karena dengan begitu setidaknya kita berinteraksi" Yang dimaksud Jeongwoo yaitu, ketika melakukan interaksi yang membuat intensitas jarak mereka kian menjadi lebih dekat.

Setelah Jeongwoo membaringkan tubuh keduanya, entah naluri dari mana yang menyuruh dirinya untuk mengecup pelipis Haruto yang kini ia peluk. Tetapi, ia merutuki dirinya sendiri karena berlaku seperti bukan dirinya saja, hingga terkekeh geli atas apa yang ia lakukan barusan.


°•••••°

Esoknya, dengan emosi tertahan spontan Haruto mendorong dan menendang Jeongwoo hingga terjatuh dari atas ranjang dikarenakan ia terkejut saat merasakan tangan yang melingkari pinggangnya.

He's My EnemyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt