Chapter 6

216 37 2
                                    

HOME

Kemunculan Titan misterius yang membunuh sesama bangsanya membuat semua orang terdiam. Secara bersamaan, Titan itu datang dengan Mikasa.

Tampan. Tubuhnya bisa di bilang sangat idealis. Sangat kekar dan memiliki lekukan tubuh yang sempurna. Berbanding terbalik dengan Titan lainnya yang memiliki badan unik. Perut buncit dengan wajah cabul, cukup unik bagiku. Juga, suram.

Semua Titan lainnya bergerak ke arah pertarungan mereka dan tak lagi memedulikan keberadaan kami yang jelas-jelas ada di hadapan mereka.

Tak lagi terlihat, Titan tampan itu telah dikerumuni oleh para abnormal. Namun, satu-persatu dari mereka tumbang. Titan tampan itu dengan mudahnya mematahkan leher mereka.

Jean mengambil alih komando dan mengarah ke depot pasokan bersama prajurit lainnya, "manfaatkan situasi ini dengan baik, ayo kita kembali ke markas dan mengisi persediaan gas kita!" Seru Jean.

Semuanya bergerak maju mengikuti Jean, kecuali Aku, Mikasa, dan Armin.

Masih bisa terlihat jelas dari jauh, mereka telah sampai di sana. Namun, tak semuanya sampai di sana. Banyak yang menjadi korban saat perjalanan.

"Ku rasa itu bukan Titan biasa."

"Mereka saling bertarung," Armin berucap sembari mengeratkan kepalan tangannya.

Mikasa hanya diam. Sejenak, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar, "matanya, rambutnya, dan semangatnya akan kemenangan itu membuat atmosfer sekitarnya berubah. Getarannya, aku seperti pernah merasakannya sebelumnya."

Situasi menjadi hening antara Aku, Armin, dan Mikasa. Kami hanya berfokus pada pertarungan mereka.

Titan tampan akhirnya terjatuh setelah cukup lama bertahan pada pertarungannya. Ia sudah cukup baik dalam membanting, mengoyak, dan memutilasi lawannya dengan brutal.

Ia berteriak kesakitan, kedua tangannya tergigit oleh para abnormal. Sebelumnya, ia meninju wajahnya sendiri dengan ke dua tangannya. Dan membuat dirinya sendiri berakhir dengan wajah dan lengan tangannya kini telah dipenuhi asap.

Aku sedikit terkejut dengan Mikasa yang tiba-tiba memegang pundak ku. Kemudian dia menggunakan manuvernya untuk bergerak ke arah sang Titan tampan. "Segera isi persediaan gas kalian!"

"Eh? Mikasa bagaima-

"DI MENGERTI!"

"HOI? BAGAIMANA DENGAN MIKASA? KITA MEMBIARKANNYA PERGI BEGITU SAJA DENGAN SISA GAS NYA?"

"Percayalah padaku, Armin. Dia tidak akan mati."

Mata kami saling beradu pandang. Tak ada satupun diantara kami yang ingin mengalah. Tiba-tiba saja Titan itu berteriak kembali, teriakannya mampu menyadarkan kami. "Maaf, Armin. Ayo segera bergegas ke markas, ambil gas baru untuk Mikasa juga."

"Ah, baiklah."

Awalnya aku berada jauh di depan armin. Sangat jauh dari posisi Armin yang ada di belakang, ia terlihat kesulitan dengan alat manuvernya. Aku sedikit melambatkan gerakan ku sembari menunggu Armin sampai tepat di samping ku.

Suara tangisan seorang anak kecil terdengar sudah kesekian kalinya. Sekilas aku menatap arah bawah. Benar saja, ia memang kehilangan ibunya tepat di depan matanya. "Sudah dua kali aku melihat hal seperti ini," gumam ku.

"[Name]-san, aku minta maaf atas kejadian barusan."

'oh sial, dia mungkin salah paham dengan perkataanku barusan.'

"Tidak masalah, aku juga ingin meminta maaf sekali lagi. Aku tahu kau sangat menyayangi sahabat-sahabat mu, maksudku, keluarga..," "aku tahu kamu sekarang sedang merasa kehilangan. Hal itu baiknya dijadikan sebagai acuan untukmu agar bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya."

"Aku masih belum bisa membanggakan diriku, aku masih terlalu lemah dalam hal membunuh. Hal itu bisa mengotori tanganku-

"Jika tak ingin bertarung, bagaimana caramu untuk menang? Kita sama-sama mengharapkan kebebasan, kan? Kita harus memperjuangkannya untuk itu."

"Setidaknya, jangan biarkan kematian mereka menjadi sia-sia karena kita terlalu banyak termenung memikirkan cara 'bersih' untuk mencapai kebebasan yang masih belum menjamin pada kehidupan kita," sambung ku.

'see?'

"Dunia ini kejam."

"Baru sadar?"

"Aku hanya mengamatinya sekali lagi."

...

Tak lama, kami kembali. Mikasa tampak terduduk di atas bangunan tua itu dengan mimik wajah yang terlihat sangat kelelahan. Sebelum diriku, Jean lah yang dengan sigap pertama kali menghampirinya.

Sakit.

Terlalu fokus menatap cara mereka berinteraksi hingga tak sadar bahwa aku masih berada tepat di tengah-tengah pertarungan Titan tak berotak itu. Tubuhku terhempas jauh ke bawah, setelah menerima pukulan Titan tampan itu. Tidak, Titan itu tak lagi tampan!

B U G H! D U A G H H!!

Saat sampai di permukaan tanah. Rasanya badanku tak lagi dapat di gerakkan.

Yang terlihat terakhir kalinya sebelum mataku benar-benar tertutup sempurna adalah para Titan abnormal yang berjalan mendekatiku.

Yang terlihat terakhir kalinya sebelum mataku benar-benar tertutup sempurna adalah para Titan abnormal yang berjalan mendekatiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

進撃の巨人
[010222]

Maaf, untuk bagian sebelumnya mungkin sudah ada yang mulai merasa bosan, apalagi saya sekarang jarang update. Tapi, di mohon untuk bersabar duluu~ karena kita baru akan mendekati konflik!

Kita akan segera bertemu dengan sosok Karakter lainnya.

Sebelumnya, saya ingin memberitahukan hal penting bahwa:
1. Akan ada sedikit perubahan dari alur ceritanya. *Sedikit. ( ͡°ᴥ ͡° ʋ)
2. Penambahan karakter baru.
3. Nantinya akan ada hal berbau 'lemon', hanya sebagian saja. *Cut, demi kepentingan bersama 🤝🏼
4. Di story ini, mas Lepi jadi tinggi. *160cm jadi 187cm.

.

Minal Aidzin Wal Faidzin! ! ฅ^•ﻌ•^ฅ
Mohon maaf lahir dan batin~
Please sorry born and qalbu 😎🙏🏻
*Bahasa Inggrisnya bener begitu kan, ya?

THANK U SO MUCH. SEE YA!

GO HOME [Jean X Reader]Where stories live. Discover now