Melamar

193 82 14
                                    


Sagar 🌊

Besok temenin gue nyari kerja|
Kalo lo nolak lo bukan temen gue. |

Lara akhirnya mengirim pesan itu setelah berulang kali menulis dan menghapus pesan untuk Sagar. Ya, gadis itu sedang berusaha untuk berbaikan dengan Sagar, tapi dia tak ingin meminta maaf atas segala kebodohan yang dia katakan pada Sagar. Lara tetaplah Lara yang memegang teguh egonya.

Semenit, dua menit bahkan 15 menit Sagar tak menjawab pesannya padahal lelaki itu sudah membaca pesan dari Lara. Hal itu tentu menjadi sumber over thinking yang sempurna bagi Lara. Bagaimana jika Sagar akan berhenti berteman dengannya? Bagaimana jika Sagar membencinya seumur hidup? Apa yang harus Lara lakukan?

Segala pertanyaan itu membuat Lara tergoda untuk menelpon Sagar. Gadis itu bahkan ia berpikir untuk membuang egonya dan mengatakan betapa menyesalnya Lara marah pada Sagar saat lelaki itu benar.

Berdasarkan perdebatan dengan dirinya sendiri akhirnya Lara memutuskan untuk mencoba menghubungi Sagar. Ponsel pintarnya kini sudah berada di depan mata hanya butuh beberapa sentuhan ia bisa menghubungi Sagar.

Namun, sebelum gadis itu melakukan niatnya, Sagar sudah melakukannya lebih dulu. Sagar menelponnya!

"Halo!" sapa Lara penuh semangat dan juga harapan bahwa temannya itu sudah tak marah padanya.

"Gue di depan rumah lo." Lara berlari dari kamarnya menuju luar tak sabar untuk menemui Sagar. Sayangnya antusiasnya tak dibarengi kehati-hatian hingga ia tersandung, beruntung ia hanya mendapatkan luka di lutut dan sindiran sarkas dari Biru.

"Pelan-pelan, gue tungguin," kata Sagar ketika ia mendengar suara gedebuk dan nyinyiran Biru.

"Gue nggak jatuh!" Lara tak pernah tahu bahwa di seberang sana Sagar tengah tersenyum mendengar Lara menjawabnya seperti itu. Gadis itu  sangat lucu ketika menyangkal bahwa ia jatuh.

Senyum Sagar makin lebar ketika Lara berada di jangkauan pandangnya. Sagar sepenuhnya memiliki kontrol diri yang sangat kuat, jika tidak mungkin lelaki itu akan berlari ke arah Lara dan memeluk gadis itu.

Sagar mematikan sambungan telponnya kemudian menyimpan ponselnya di dalam kantong begitupun dengan Lara. Gadis itu berlari keluar dengan tangan yang sibuk memasukkan ponselnya ke dalam kantong jaket.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Lara dengan wajah cerah yang jelas mengartikan bahwa amarah yang berada di pundak gadis itu sudah hilang entah ke mana.

"Mau ketemu lo." Tentu saja itu jawabannya, Sagar memang tak pernah memiliki kepentingan apa pun di rumah Lara selain menemui Lara.

"Mau masuk?" Sagar menggeleng, ia sedang tak memiliki kekuatan untuk mendapat tatapan kesal dari Biru.

"So, ada apa?" tanya Lara harap-harap cemas.

"Lara, the thing is... uhm... i am sorry. Gue sama sekali nggak bermaksud ngomong kasar dan nyakitin hati lo. I am sorry, really-really sorry." Lara mengernyit, ini salahnya, tapi Sagar yang meminta maaf.

"Look Sagar, apa yang lo omongin bener."

"Nggak Ra, gue salah." Lara menggeleng dengan cepat untuk menegaskan bahwa ini bukan salah Sagar.

"Keenan told me, lo ngomong gitu karena lo peduli sama gue dan nggak mau gue berada di lingkungan yang kayak gitu. Sorry, gue nggak liat kebaikan lo dan marah."

Sagar tak tahu haruskah berterima kasih atau mengutuk Keenan. Ia berterima kasih karena lelaki itu membujuk Lara untuk berbaikan dengannya, tapi fakta bahwa Lara lebih mendengarkan Keenan dibanding dia membuatnya seperti tersisihkan. Ada lelaki lain yang mulai berefek pada kehidupan Lara selain dia dan Biru. Sagar tak menyukainya.

White LotusWhere stories live. Discover now