37. Bukan Wanita Lemah

5.7K 562 36
                                    

Salah memang ketika menghadapi sesuatu dengan silent treatment, tapi Mentari sudah lelah mengeluarkan seluruh kalimatnya, nyatanya Langit tetap tidak sadar, dia masih berhubungan baik dengan Winda, masih menggunakan sapaan sayang. Dia memang terlalu cepat menjatuhkan hati pada Langit, hingga sakit hati yang sebegininya akhirnya dia rasakan. Mentari hanya diam, sampai akhirnya teman-temannya datang untuk menjenguk. Karena aneh sekali kalau Mentari sampai tidak masuk kuliah berhari-hari, padahal dia adalah salah satu dari sekian banyak anak ambisius di kampus, dia juga selalu mengatakan pada sekar kalau dia akan lulus dalam waktu tiga setengah tahun.

Mentari duduk di hadapan teman-temannya, mereka semua terlihat memandang aneh ke arah Mentari, Mentari terlihat pucat dan badannya lebih kurus, sangat berbeda ketika dia berdandan dan berada di kampus.

"Gue baik-baik aja." Agak menyeramkan juga tatapan para temannya itu, seolah kondisinya sememprihatinkan itu.

Langit sebenarnya ingin bergabung, tapi takut kalau tidak nyambung.

"Gue lagi hamil."

Teman-temannya seketika menganga, jadi Mentari sebenarnya tidak sakit? Tapi hamil?

"Serius lo?" tanya Karin, masa iya temannya healing ke bioskop secara random sedang hamil?

"Kok bisa?" tanya Karin masih tidak percaya.

Kinan menatap satu per satu wajah teman-temannya yang cengo, termasuk Jonat dan Pion, dua cowok yang tidak pernah mau ketinggalan, apalagi Pion, kaget setengah mati, padahal selama ini mengira kalau dirinya mungkin punya kesempatan untuk masuk ke dalam hidup Mentari.

Mentari menghela napas. "Mau dijelasin?" Kehamilan memang merupakan sebuah proses, tapi apa teman-temannya sebodoh itu sampai tidak mengerti? Padahal sedari SMP mereka sudah belajar soal alat reproduksi.

"Masih nggak masuk akal di otak gue, jadi pernikahan lo beneran?" tanya Hilda, semula dia mengira mungkin kisah Mentari seperti yang terjadi di novel-novel romansa, di mana perjodohan tetap di lakukan, tapi baik sang pria maupun wanita melakukan kesepakatan untuk tidak tidur bersama.

Mentari berpikir sejenak, ya masa tidak benar? Kan papanya langsung yang menikahkan. "Iya beneran, ini gue lagi hamil, anaknya laki gue."

Yang lainnya mengangguk, Sekar bahkan hampir kena mental, dia mengikuti sejak awal semuanya dan tidak menyangka kalau teman karibnya itu secepat ini akan menjadi seorang ibu.

Karena tidak tahan, akhirnya Langit muncul. Memperkenalkan dirinya pada teman-teman Mentari, anehnya dia selalu tanpa sungkan, bahkan terkesan bangga memperkenalkan dirinya sebagai suami Mentari, tapi kenapa masih belum bisa melepaskan Winda? Padahal sudah sangat sadar kalau dia suaminya.

"Lo beneran hamilin temen gue?" Kali ini Jonat yang bertanya, agak kurang masuk akal untuknya, mereka kelihatan seumuran, ya dia pernah berpikiran untuk melakukan hubungan sex, tapi itu juga kalau dirinya baru selesai nonton bokep, sisanya dia bisa lupa, apalagi kalau sudah bermain game. Ini? Sosok Langit bahkan kelihatan seumuran dengannya.

"Nggak masuk akal kalau kalian semua sepolos itu!"

Mentari meski masih marah tetap mengangguk hal tersebut, dia sangat tahu siapa teman-temannya itu.

"Kayak gue nggak tau aja pergaulan di kota-kota besar!" Langit melanjutkan kalimatnya.

"Bener!" Setelahnya Mentari malah mengangkat tangganya bertos ria dengan Langit, sejenak dia melupakan bahwa pria itu sangat menyebalkan.

Pion menatap Mentari, tatapan itu dia tujukan karena dia prihatin dengan diri sendiri.

"Jadi gue udah nggak punya kesempatan?" Frontal sekali bukan? Pion ini sangat bernyali karena mempertanyakan itu di hadapan suami Mentari.

Mentarinya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang