11. Pernyataan Cinta

2.2K 102 5
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian di bawah hujan itu dan, sejak saat itu Andrew dan Queena menjadi akrab.

Bahkan ketika mereka bertemu di kantin, bukan hanya senyuman dan sapaan tetapi juga sebuah percakapan kecil.

Queena sangat suka hal hal kecil dari Andrew yang baru ia ketahui belakangan ini.

Seperti, Andrew sangat suka dengan pasta. Hal itu sama dengan Queena, bahkan pilihan rasa yang mereka suka juga sama.

Queena juga tersihir ketika setiap malam hampir larut Andrew mengiriminya pesan singkat dan berakhir dengan kata kata yang dapat membuat Queena tersenyum.

"Kita tinggal menunggu hari ketika kau akan menjadi kekasihnya"

Di tengah pelajaran kimia yang membosankan Madelaine memulai percakapan yang membuat pipi Queena merona.

"Tidak" Katanya, malu.

"Ya" Madelaine melipat tanganya di atas meja, padangannya benar benar terfokus pada Queena yang berusaha acuh dan mencatatat apa yang ada di papan tulis.

"But not like this" Kata Madelaine tiba tiba, ia mengangkat senyum miringnya.

Queena tau apa yang di maksud dengan ucapan Madelaine. Ia harus menahan setiap ronaan di wajahnya jika ingin menjadi pacar Andrew.

Bukan karna Andrew membencinya, tapi agar Queena tak terlihat seperti pertama kali jatuh cinta.

"Ayolah Mad, aku benar benar tak bisa menahan rasa malu itu setiap kali berada di sampingnya"

Madelaine menggeleng. "Kau bisa" katanya, Tak setuju.

"Ayolah Ratu-ku yang paling ku sayang, kau bisa. Kau akan mendapatkannya mungkin ia akan menjadi suamimu nanti"

Queena tersenyun dengan pipi yang merah, hatinya berbunga. Ia benar benar malu ketika Madelaine mengatakan itu.

"Mad!" Pekiknya dengan pelan.

Tangan mungilnya sudah dengan sempurna menutupi warna merah itu.

"Admit it, honey. Jangan malu malu ok? Aku yakin dalam waktu dekat ia akan menjadi pacarmu" bisik Madelaine.

Bel tanda pelajaran sudah usai terdengar dengan kencang sore ini, Queena dengan santainya mengambil beberapa bukunya sebelum berpamitan dengan Madelaine. Ia tak punya acara akhir pekan, hanya saja ia ingin cepat cepat kembali ke kamarnya.

Murid yang berlalu lalang membuat Queena tak nyaman, ia selalu tidak suka di dalam ke ramaian. Langkahnya yang kecil juga membuatnya sangat lambat untuk dengan cepat berada di halte bus.

"Queena?"

Ia menoleh ketika bahunya benar benar di tepuk. Mendapati Mario dengan senyumnya yang akan membuat para wanita berteriak histeris.

"Ada apa?"

"Can we talk?"

Queena tersenyum, sebagai jawaban.

"Not now" bisik Mario, beberapa murid berjalan di sekitar mereka berusaha mencuri pandang.

"Temui aku malam ini, di taman kota jam 7" gumam Mario sebelum meninggalkan Queena.

***

Sunyi juga tenang pada malam ini membuat suara sekecil jangkrik pun dapat terdengar. Bahkan suara langkah kaki perlahan terdengar secara jelas.

Suara suara itu seperti injakan terhadap ranting ranting yang patah. Tak ada ranting, hanya rumput rumput yang cukup tinggi.

Queena mendesah frustasi, ia tak menemukan sosok Mario di taman kota ini. Sedikit rasa kesal timbul di hatinya.

"Mengapa aku mengikutinya dan datang ke dalam sini?" Kata Queena.

Lampu taman yang cukup penerangannya tampak menerangi sesuatu yang membuat Queena terlonjak.

Itu salah satu lembaran dari buku berbentuk bintang yang ia miliki, buku tentang Andrew.

Queena bertanya tanya, mengapa lembaran kertas itu bisa ada di sini ketika ia melangkah.

Tetapi ketika ia membaca tulisan dengan pena merah itu, dia tau siapa pelakunya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, Queena menemukan salah satu dari lembaran itu juga. Kali ini yang menarik perhatian Queena bukanlah siapa pelaku semua ini, tapi isi dari tulisan itu.

Lembaran pertama yang ia temukan berisi; "your smile"

Lembaran kedua berisi: "your laugh"

Sama seperti lembaran kedua, ia juga menemukan menemukan lembaran dari buku miliknya. Hal ini membuat detak jantungnya berdetak dengan keras, juga tangannya mulai basah dengan keringat.

Hingga lembar ke 20 ia tak menemukan kata kata seperti sebelumnya.

Tetapi, "Menoleh lah dan biarkan aku me jagamu"

Hal itu membuat Queena membalikan badanya. Hanya ada kegelapan di sana, Queena tak melangkah juga tak berpindah ia mematung bingung

Lalu ketika Queena akan pulang ia mendapati berbagai macam lampu lampu yang menyala. Lampu itu berbentuk bunga tulip. Bunga yang paling ia sukai.

Di samping lampu lampu yang berkelap keli Queena menemukan sisa lembaran lembaran buku bintangnya yang berisi tentang Andrew di susun rapih berbentuk hati.

Rasanya Queena ingin melompat saking senangnya. Ini hal termanis yang pernah ia dapat.

Setelah kejutan kejutan kecil itu, Mata Queena tertutup oleh sesuatu yang hangat dan agak kasar.

Ia tau siapa pemilik parfum vanila ini.

Senyum bahagia di iringi dengan terbukanya sesuatu yang menghalangi mata Queena membuatnya seperti mati rasa.

Ia terlalu bahagia.

Andrew dengan tampilan yang dapat menyihir Queena, berada di hadapannya dengan bunga tulip.

Ia berlutut dihadapan Queena yang sebentar lagi akan menangis terharu.

"Queen, will you be my Queen? Will you be my girlfriend?"

Kata kata Andrew mengalir dengan lembut di indra pendengaraan Queena. Seperti alunan melodi yang indah. Ia tak ingin melupakan malam ini.

"Andrew" katanya, gemetar. "Aku mau" perkataan lembut Queena membuat Andrew secara tanpa sadar tersenyum. Ia ingin melompat saking senangnya.

Dan yang dapat di lakukan Andrew ketika semuanya menjadi nyata adalah memeluk Queena dengan lembut, merasakan wangi bunga bunga dari rambut coklatnya ini.

Dalam hati, ia berjanji tak akan menyerah pada Queena apapun kondisinya.

---

A/N: Yeayyy Queena udah jadiaann!! So guys if you didnt understan sama cerita ini, bakal di perjelas di part selanjutnya ketika point of viewnya di ganti ke sudut pandang pemainnya masing masing.

Btw, ini cerita bakal slow update sampe awal mei, sampe i find my sunshine and fix everything.

So thank you guys yang udah baca part demi part.

Ily:3

-NabillahA.

Leukimia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang