Prolog

11K 388 4
                                    

Di tengah deru ombak yang menghatam karang, jemarnya menari nari di atas keyword ia tak bergerak ketika kakinya beberapa kali tersapu omba. Angin pantai yang membuat beberapa helai rambutnya beterbangan seakan hanya membuatnya tersentak sedikit. Kemudian, ia akan melanjutkan kegiatan yang ia lakukan.

Kata demi kata, Kalimat demi kalimat. Hanya menghabiskan waktu seperti ini yang membuatnya merasa hidup.

"Bukan dokter penentu hidupku!"

Segelintir bayangan terlintas begitu saja. Tangannya sudah berhenti mengetik melainkan mengepal di atas keyword itu.

"Tapi bukankah mereka lebih memahami itu?"

Lagi, Bayangan itu membuatnya gusar. Ia tak mau membunuh dirinya dengan cara percaya dengan hal hal yang akan datang di masa depan. Tetapi, ia benar benar butuh sesuatu untuk pengharapan hidupnya.

"Kau menyedihkan"

Suaranya benar benar parau bahkan hampir terdengar seperti ringisan. Tak, ia tak akan menangis. Ia sudah melakukan itu saat berumur 13 tahun.

Saat ia menyadari betapa ganasnya penyakit yang ia dapat.

Leukimia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang