6. Panggilan

170 10 5
                                    

Motor sport berwarna merah baru saja terparkir sempurna di sebuah rumah megah berwarna cream. Gadis cantik yang baru saja turun dari atas motor kini sedang memegang jantungnya yang berdebar sangat cepat dari sebelumnya. 

Dengan cepat, ia merapikan rambut dan juga seragamnya yang sedikit berantakan. Melirik kearah mobil yang terparkir sempurna di sampingnya, membuatnya kian tersenyum kembali. Pasalnya, perkataan sang ayah yang katanya ingin menjual mobil kesayangannya tidak benar adanya.

Wajahnya yang tersenyum kini kembali berubah diam akibat teringat telepon dari sang ayah yang mendadak menyuruhnya cepat-cepat pulang. 

Memberanikan diri, segera ia melangkahkan kaki menuju ambang pintu. Dengan bibir sedari tadi komat-kamit meminta perlindungan oleh sang maha kuasa. Diinterogasi, hanya itulah yang Adzkiyah takuti sekarang.

Clek, suara pintu ditarik kedepan. Melirik ke sekitar ternyata rumahnya tak ada siapapun saat ini. Merasa legah, segera ia melangkahkan kaki menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.

"Ke kamar papa, sekarang!!" ucap seseorang yang sudah seratus persen hampir membuat gadis cantik itu terjungkal saking terkejut dengan suara yang sangat familiar. 

Merasa pikirannya bisa ditebak, Adzkiya hanya membuang nafasnya kasar. Dengan cepat ia langsung berlari kecil ke kamar yang memanggilnya barusan.

"P-papa kenapa manggil Kiya?" katanya gugup.

"Dari mana?" 

"Dari seko—" belum sempat ia melanjutkan perkataannya, sang Ayah sudah lebih dulu memotongnya.

"Kamu apakan Juan, Adzkiyah!? Jelaskan pada papa sekarang!!" geram Aslan, saat ini dirinya benar-benar marah sama anak gadisnya yang super-duper keras kepala.

"J-juan? Kiya tidak apa-apain dia kok pa." alibi Adzkiyah.

Mencoba tak membentak sang anak, Aslan lagi-lagi hanya membuang nafas gusar "Jangan coba-coba berbohong Adzkiyah!! Papa tahu semua," nada berbicara pria itu lebih pelan, lebih tepatnya mengintimidasi Adzkiyah.

"Tidak kok pa," jawab Adzkiyah, namun bukan itulah yang diinginkan Aslan sekarang.

"Jangan coba coba membohongi papa!" tekan Aslan pada setiap kalimat.

"Iya iya iya, Kiya pukul anak itu. Kenapa? Papa marah? Tanyakan saja sama anak lemah itu!" geram Adzkiyah.

"Pelankan suara kamu Adzkiyah!" yang bersuara kali ini adalah Rika, mamah dari Adzkiyah.

Gadis dengan marga Zameer itu seketika diam menahan amarah yang sudah menggebu-gebu dalam dirinya. Dengan cepat ia mengeluarkan satu permen rasa coklat kesukaannya supaya dirinya bisa lebih santai nantinya.

"Baca!" ucap sang ayah dan memberikan Adzkiya sebuah amplop berwarna putih yang sudah tertulis lengkap namanya.

Tanpa pikir panjang, segera ia membuka amplop tersebut. Mulai membaca dari awal yang sudah membuat matanya hampir lolos keluar "Surat skorsing?"

Suasana rumah seketika berubah menjadi hening, ketiga keluarga itu masing-masing berkecamuk dengan pikiran mereka. Saat ini, Rika dan juga Aslan benar benar speechless dengan kelakuan sang anak—Adzkiyah.

Adzkiyah mendapatkan surat skorsing selama dua minggu atas kasus perundungan yang ia perbuat bersama teman temannya.  

Gadis itu membaca sekilas lantas menaruh kertas putih itu di atas meja kembali. Awalnya memang ia terkejut, namun melihat hanya dua minggu ia malah senang karena bisa bersantai dan juga bisa menghabiskan waktunya bersama sang kekasih—Farrel.

Adzkiyah terkekeh lantas berucap "Dua minggu saja ya? Baguslah," katanya santai.

Kedua orang tua setengah baya itu pun saling pandang-memandang. Pasalnya mereka berdua tak percaya atas jawaban anak gadis mereka yang kelewat santai.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Apr 03, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Thsunder Seorang Gus!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt