6. Panggilan

Mulai dari awal
                                    

"Dosa apa lagi ini Ya Allah, sampai sampai hamba mendapatkan anak gadis yang minim akan akhlak," batin Rika, sembari memijat pangkal hidungnya.

Memang benar, diskors bukan hal yang aneh lagi bagi gadis dengan nama tag Lulu Hilyah Adzkiyah, ini bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Ia juga sudah tahu akan adanya surat dari sekolah. Toh, hanya dua minggu tidak lebih, itu membuatnya bisa rebahan santai dikamarnya.

Aslan maju beberapa langkah, ia benar benar dibuat pusing oleh anak bungsunya, terlebih Adzkiyah mendapatkan surat skorsing, tapi kali ini lebih lama dari sebelumnya.

"Apalagi ini Adzkiyah, kamu selalu saja buat Papa dan Mama malu! Dan lagi lagi karena kasus perundungan dan penganiayaan?" tanya sang ayah meredam amarah.

"Ya begitulah, padahal kayu yang aku gunakan untuk memukul kepalanya tidak tajam, hanya saja ada beberapa paku karatan. Dianya aja yang lemah sampai pingsan eh masuk rumah sakit deh," enteng Adzkiya.

Seketika kedua orangtua setengah baya itu menutup mulut tidak percaya.

"Astaghfirullah nak, kamu mamah dan papa kirim ke sekolah untuk menuntut ilmu, bukan pukul orang sampai pingsan Adzkiya!" ucap sang ibu sedikit emosi.

"Gitu doang elah," ucap Adzkiya sambil ngemil permen kesukaannya. 

"Masih berani menjawab kamu! Buang permen itu, tidak sopan!" tegur sang ayah.

"Kiya capek, mau ke kamar dulu." ucapnya dan berjalan menuju lantai atas tempat kamarnya berada. 

Belum sempat menaiki anak tangga, suara sang ayah membuatnya berhenti sejenak.

"Adzkiya, berhenti!!" cegah sang ayah.

Adzkiya pun membalikan badannya setengah.

"Iya Pa, apalagi?" tanya Adzkiya sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Siap-siap, papa antar kamu ke pesantren sekarang!" ucap sang ayah dan meninggalkan Adzkiya yang sudah melotot tak percaya.

"Hah? Pesantren?" jeda Adzkiya.

"Tidak Pah, Kiya gak mau!" Adzkiyah pun mengejar sang ayah yang sudah masuk ke dalam kamar.

"Papa! Pokoknya Kiya ga mau ke Pesantren. Pesantren itu penjara bagi Kiya!" ucapnya sambil menggedor-gedor pintu kamar sang Ayah.

Namun nihil, gadis itu tak mendapatkan satu sahutan dari Ayahnya. Benar-benar sang Ayah marah besar padanya, pikir Adzkiyah.

***

"Ma, bujuk papa ya. Kiya gak mau ke pesantren," rengek Adzkiyah di lengan Rika.

Rika yang sedang menyusun baju-baju sang anak hanya menggelengkan kepala tanda tak setuju. 

"Ma, Kiya janji deh. Kiya tidak akan lagi berbuat jahat sama temen-temen, tapi jangan masukin Kiya ke pesantren ya?" ucap Adzkiyah memohon.

Wanita setengah baya itu pun menghentikan kegiatannya menyusun pakaian Adzkiyah ke dalam koper, lantas menggenggam tangan anak bungsunya. "Sayang dengar mama. Kiya kalau di pesantren, Kiya bisa jadi anak yang lebih nurut lagi, juga disana Kiya bisa banyak belajar tentang agama," jeda Rika

"Jangan pikir mama dan papa tidak sayang sama Kiya. Melainkan mama dan papa ingin melihat Kiya jadi anak yang sholehah, pintar, juga penurut," 

"Tapi Ma, di pesantren itu ketat nanti kalau aku mau kabur susah dong," katanya dengan jujur.

Yang perlu kalian ketahui, bahwa Kiya dan juga Adzkiya layaknya dua orang, Adzkiya yang dikenal bad girl, suka cari masalah, suka bikin onar di luar. Ternyata jauh beda dengan Kiya, Kiya yang dirumah anaknya super polos sepolos pantat bayi kalau sudah berbicara dengan Mama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thsunder Seorang Gus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang