Pesan dari Hati | 24

698 82 25
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Tidak perlu sampai memaksa, kalau memang benar cinta, sebab bukan cinta namanya kalau hanya obsesi saja."

🌼🌼🌼

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

🌼🌼🌼

Arhan menatap ponselnya yang dipenuhi wajah Arsyila. Senyum manis ia lebarkan saat bibir itu terus bercerita tentang rekan bisnis yang Arsyila temui selalu berakhir mengajaknya jalan bersama.

Arhan akui, Arsyila sekarang sudah menjadi perempuan dewasa dan bertanggung jawab, terlebih saat dia telah dinobatkan menjadi Direktur utama sekaligus CEO di perusahaan Adjama.

Pernah sekali Arhan berpikir kalau ia merasa tidak pantas bila disandingkan dengan Arsyila. Namun, semua pikiran itu ia tepis saat Arhan melihat seberapa rendah hatinya Arsyila.

"Arhan! Ihhh dengerin aku cerita gak sih?!"

Arhan terkekeh, kalau saja ia berdekatan dengan Arsyila saat di Jakarta, ia pasti tertawa lepas melihat wajah kesal tersebut.

"Aku dengerin Syila, terus kamu terima khitbah dia?"

Arsyila menggeleng diseberang sana. "Yakali diterima! Kan aku udah punya calon suami."

Arhan tersenyum manis, ia menegakkan tubuhnya dari bersandar dikepala ranjang. Menatap lekat wajah yang ada di layar ponselnya.

"Siapa sih calon suami Syila?"

Arsyila tertawa, membuat senyum Arhan terbit begitu lebarnya.

Tawa itu candu baginya.

"Maulana Arhan Pranata!"

Balasan dari Arsyila, sukses membuat lesung pipit Arhan tercetak begitu jelasnya.

"Arhan?"

Arhan berdehem setelah meredakan tawanya.

"Kapan datang ke Jakarta?"

Arhan terdiam, ia tahu apa yang dimaksud Arsyila saat menanyakan kapan ia akan kembali ke Jakarta untuk menepati janjinya.

Keterdiaman Arhan, membuat Arsyila cemas diseberang sana.

"Syila, sebenarnya ak--"

Brak!

"Han! Dicariin Siti tuh!"

Pesan dari Hati [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora