"Baik bu, nanti saya kabari."

"Apa Avram menanyakan sesuatu padamu?"

"Tidak bu."

"Jangan menyembunyikan sesuatu dari saya Thena."

"Tidak ada apa-apa."

"Bicaralah, hubungan kami memang tidak baik. Tapi setidaknya saya masih bisa melakukan sesuatu seandainya itu menyakiti kamu."

Aku kini tertunduk.

"Dia memintamu menikah dengannya?"

"Dari mana ibu tahu?"

"Kemarin kami bicara. Kamu mau kalau ibu membayarkan uang yang kamu pinjam darinya?"

Aku hanya bisa meremas jemari.

"Nggak usah bu, pengobatan ayah dan ibu akan berlangsung lama. Biayanya tidak sedikit. Ini adalah bakti saya kepada mereka yang sudah membesarkan, dan memberi kasih sayang. Tidak banyak yang bisa seperti saya bu."

"Jangan menikah karena balas budi Athena. Itu tidak akan membuatmu dihargai kamu akan menyesal seumur hidup. dan saat itu nanti kamu tidak bisa keluar lagi. Saya pernah merasakannya. Kemudian berusaha setengah mati agar jatuh cinta dan diterima. Menjadi istri yang baik sambil berharap sedikit perhatian. Ini tentagn bagaimana kamu menghabiskan hidupmu dimasa depan."

"Uang yang dikeluarkan Pak Avram sangat banyak bu. Saya tidak mungkin mengembalikan."

"Tidak perlu kamu kembalikan."

Kutatap wajah ibu tak percaya.

"Sebenarnya ada apa bu?"

"Saya hanya tidak ingin hidupmu semakin rumit. Cukup saya yang masuk ke dalamnya. Kamu berhak bahagia."

"Apa ibu mau bercerita? Saya akan mendengarkan. Tapi saat ini saya benar-benar bingung."

"Kamu tahu Avram tidak sungguh-sungguh untuk menikahimu, bukan?"

Aku hanya bisa mengangguk.

"Saya memang pernah ingin memiliki menantu seperti kamu. Avram anak tunggal. Dia tidak pernah dekat dengan siapapun. Kalau kelak meninggal, ada pemikiran bahwa dia akan sendirian. Bagaimana kalau dia salah memilih teman hidup. Saya lupa kalau dia sudah dewasa untuk menentukan pilihan. Entahlah, mungkin kalau hubungna kami baik, saya sudah memaksanya untuk menikahi kamu."

"Tapi kenyataannya berbeda, Dia menginginkan kamu untuk memuaskan keinginannya. Yang sayangnya belum tentu benar. Saya terus berusaha mengingatkannya, tapi kamu tahu bagaimana kerasnya Avram. Keputusannya ini akan sangat melukaimu kelak."

"Kalau boleh tahu ada masalah apa sebenarnya bu? Saya bingung."

Bu Deswita menatapku sedih.

"Ceritanya panjang. Tentang saya yang harus berusaha menyamakan irama langkah dengan Albert. Perasaan kesepian, diabaikan, dan ditinggalkan membuat saya bingung. Albert sangat membatasi pergaulan saya, bahkan keluarga pun tidak diijinkan mendekat. Seolah takut kalau saya menceritakan hal buruk di dalam rumah tangga kami. Padahal sebenarnya saya butuh teman. Sama seperti sekarang ada kamu yang menemani."

"Hingga kemudian ada seorang pria bernama Dion yang menjadi asisten pribadi Albert. Dia menjadi penghubung karena kami tidak pernah saling bicara lagi. Kamu tahu, berasal dari keluarga biasa-biasa saja lalu menikah dengan orang yang bergelimang harta, akan membuat seluruh keluargamu meminta agar kamu memahaminya lebih dari seharusnya. Sayang, saat itu tak bisa lagi. Saya lelah dan putus asa."

"Kebersamaan kami hanya saat ada pesta, seolah saya adalah benda yang fungsinya cuma untuk dipamerkan. Pada saat itu dia begitu bangga memperkenalkan saya pada orang lain. Tapi sepulang dari sana, kami kembali bagai dua orang yang tak saling mengenal. Dia sibuk dengan kehidupannya lalu meninggalkan saya sendirian."

"Dion adalah asisten pribadinya. Yang selalu menghubungkan kami. Kalau ada sesuatu yang ingin saya tanyakan, Dion lah yang akan menyampaikan. Kami sudah sejauh itu. Dia pria lembut yang selalu memahami saya. Setiap kali menerima perlakuan tidak baik dari Albert dia akan menguatkan. Kami bisa mendiskusikan apapun, termasuk buku, film dan musik, tiga hal yang menjadi kesukaan saya. Awalnya Albert tidak curiga, hingga ada orang lain membisikinya. Saya tak pernah melihat Albert semarah malam itu dalam hidupnya. Ketika melihat saya tertawa bersama Dion di halaman belakang. Kami sedang menceritakan sebuah kisah lucu dari sebuah buku."

"Albert bukan orang yang biasa bertanya tentang asal usul sebuah permasalahan. Terutama jika itu melibatkan saya. Semua adalah salah saya. Malam itu juga dia menarik Dion ke luar rumah secara kasar. Memukulinya sampai babak belur. Bahkan sampai mengeluarkan senjata dari ruang kerjanya tapi saya menghalangi. Saya bukan mencintai Dion tapi berusaha melindungi karena tidak tega. Dia satu-satunya sahabat dan tidak salah apa-apa. Saya masih membatasi diri dan tidak mau mempermalukan keluarga besar."

"Aku akan membunuh Dion." ucapnya di depan saya dalam keadaan Dion sudah dalam keadaan babak belur.

"Kalau kamu melakukan itu aku akan bunuh diri." balas saya tak main-main.

Malam itu rumah kami hancur bagai kapal pecah. Albert melempari seluruh kaca. Tapi sekali lagi saya hanya diam. Lelah jika harus meredakan amarahnya terus menerus. Hari itu saya siap mati bersama Dion. Sayang takdir saya bukan mati. Albert mengabulkan keinginan saya untuk membiarkan Dion tetap hidup."

Diluar dugaan, Avram mengetahui kejadian malam itu termasuk penyebabnya. Sejak saat itu dia terlalu membenci saya. Kami tidak pernah bicara. Saya juga tidak ingin dekat dengannya. Rasa cinta padanya dan ayahnya hilang tak bersisa. Perempuan bisa seperti itu ketika sudah merasa terlalu sakit. Saya tidak pernah dianggap, selalu dimarahi dan akhirnya dibiarkan begitu saja. Ketika saya memiliki teman, dia juga merampasnya dari saya."

"Hati saya kosong dan membeku. Tidak punya emosi atau apapun. Avram tumbuh dalam didikan papinya. Melupakan hati dan harus bisa menaklukan semua tantangan. Dia sama kejamnya dengan papinya. Ketika papanya meninggal, kami sama-sama terkejut karena Albert memberikan lima belas persen sahamnya untuk saya termasuk alamat Dion."

"Ibu pernah bertemu?"

"Ya, saya mengunjunginya di sebuah desa kecil di daerah Barolo, Italia. Tangan dan kakinya cacat. Dia tidak melihat saya karena saat itu sedang menuju ladang tomat bersama istrinya. Saya yakin itu adalah perbuatan Albert. Dia tidak akan pernah membiarkan musuhnya baik-baik saja. Tapi saat itu saya cukup senang karena Dion masih hidup."

"Kenapa ibu menceritakan pada saya?"

"Avram adalah laki-laki kesepian. Dia tidak pernah tumbuh dewasa. Jiwa kanak-kanaknya tetap hidup dan disimpan sangat dalam. Dia membutuhkan perempuan dewasa dan sabar. Tapi berapa lama orang akan sabar dalam menghadapinya? Mereka akan bosan, kecuali Zea yang memang menginginkan sesuatu dalam hubungan mereka."

"Athena, jangan mengambil keputusan karena kamu dipaksa membuat janji secara sepihak. Tolaklah permintaannya karena kamu tidak akan mampu mendampinginya. Ibu menyayangimu, dan ingin kamu bahagia. Meski disaat yang sama berharap bahwa orang yang menikah dengan Avram adalah perempuan seperti kamu, yakni seseorang yang siap menjadi ibu baginya. Kamu akan menderita seperti saya. Dia tidak pernah punya cinta dan hati. Baginya kamu hanyalah piala yang harus dimenangkan kemudian disimpan di dalam lemari sebagai pajangan."

"Tapi dia sudah membayar biaya operasi ayah dan ibu."

"Saya akan membayarkan untukmu setelah itu jauhi dia. Kamu tidak harus membayar apapun. Carilah pekerjaan lain yang layak untukmu. Maafkan saya yang membawamu ke ke dalam masalah ini."

"Nanti yang jaga ibu siapa?"

"Masih ada Imah dan yang lain."

"Ibu,"

"Ini yang terbaik untukmu. Saya yang akan bicara dengan Avram."

***

Happy  reading

Maaf untuk typo

29322

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu