Chapter 12 : Ep. 4 - Winterly Military, III

Depuis le début
                                    

"Pasti Aella sudah berbicara banyak."

"Tidak, aku masih tidak mengerti mengapa kalian pergi kesini."

Matanya membulat seperti terkejut, wajahnya kini tidak jauh berbeda dengan anjing yang tidak tahu apa yang sedang terjadi. 

"Kami berkeliling dunia untuk mencari makhluk yang disebut sebagai 'Brisk Holocaust' yang di cap sebagai Disaster."

Disaster...!

Itu disebutkan dalam sepanjang buku yang ku baca. Setiap babnya, pasti menceritakan mengenai Disaster.

Dan sepemahamanku, Disaster dapat berevolusi menjadi tahap akhirnya yang disebut sebagai Calamity. 

Ada tiga tahapan supaya mencapai Calamity. 

Yang pertama adalah Misadventure dimana bencana yang memiliki frekuensi kecil, pada awal mula ke dunia ini bertabrakan itu dapat disebut sebagai Misadventure karena yang muncul hanyalah monster berskala kecil meskipun tidak semua manusia dapat menahannya.

Lalu ke dua, Disaster. Bencana ini memiliki frekuensi tengah namun berbahaya. Dalam buku Survival Destruction, disaster tidak hanya satu ataupun dua. Total dari disaster ada sekitar dua belas namun mereka tidak datang disaat bersamaan seperti yang dipikirkan.

Disaster tidak dapat diprediksi kapan datang ataupun tanda-tandanya, namun pada era Luke Salvatore, ia berhasil menyelesaikan ke dua belas disaster ketika usianya dua puluh delapan tahun disertai dua tahun istirahat sebelum menghadapi Calamity.

Calamity... adalah sesuatu yang bahkan tidak ingin aku pikirkan.

Situasi yang digambarkan dalam buku, mungkin akan sangat mengerikan jika melihatnya secara langsung berhubung dunia kini bertumbrukan satu sama lain.

Antara dunia fiksi dan dunia nyataku yang bertabrakan, aku tidak pernah percaya bahwa suatu hari hal seperti ini akan datang.

Davine melirik pada Winter, melihat secara langsung Frost King adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan.

Bahkan, sekelas Frost King pun masih takut dengan Disaster. 

Hal itu terlihat dari tubuhnya yang bergemetar.

"Aku akan membantumu, Winter."

Winter menoleh ke arahku dengan tatapan yang aneh.

Dia menggigit bibirnya, dia menggigit sangat keras sehingga berdarah.

Apakah ini sebuah tamparan keras untuk seorang Raja?

"Aku percaya itu."

Setelah berbincang-bincang, aku masuk ke dalam tenda.

Sang Protagonis masih belum siuman, padahal sudah beberapa hari berlalu. Nafasnya masih dapat ku rasakan, apa yang sebenarnya terjadi pada Luke?

Aku membaca seluruh cerita, karena Luke, karena Survival Destruction dan karena rekan dalam buku ini, aku bertahan hidup dengan segala yang aku miliki.

Seolah-olah aku adalah bagian dari mereka.

Aku mengusap kepalanya dan menatap untuk beberapa saat, pikiranku agak kacau. 

Aku memiliki beberapa ability, tetapi aku tidak memiliki tempat untuk bersandar. Matheo pergi secara misterius, Luke yang ku dambakan tertidur lelap dan aku tidak tahu dimana Hyung ku berada.

Meski aku telah membangun relasi dengan Winter, bukan aku tidak ingin percaya kepadanya ataupun alasan lain... Hanya saja ada pembatas diantara aku dengannya.

Apakah aku sanggup?

Namun, apapun pertanyaan yang ada dalam benakku, jawabannya pasti akan selalu sama dan tidak pernah berubah.

"Aku harus sanggup."

"Apa kau sudah siap?"

Dengan segera setelah mendengar suaranya, aku berdiri.

"Ya. Tolong jaga adikku disaat aku berada dibarisan depan."

"Pasti."

[Anda memperoleh kepercayaan dari 'Insula Glaciata Survivors!]

[Satu disaster terdeteksi berada disekitar anda]

"Hey, bukankah kamu seharusnya melawan monster itu?"

Seseorang dengan mantel hitam dengan kupluk yang ia pakai berbicara pada rekannya yang tengah berdiri diatas rooftop gedung memerhatikan disaster mengaum memanggil mangsa.

Rambut coklat dan warna mata yang coklat pula, memakai pakaian serba coklat, dia berdiri dengan menyilangkan tangannya memerhatikan situasi. Herannya, kulitnya masih sangat bersih dan tidak ada bekas luka apapun.

"Belum saatnya aku melawan disaster ini."

"Mengapa?"

"Tidakkah kamu penasaran, Orias?"

Orias, seseorang yang memakai mantel hitam bersama kupluknya. Dia melepasnya dan memasang wajah kesal.

Penampilannya, terlihat sangat familier dengan seseorang.

Siapapun yang melihatnya, dapat menebak hanya dalam satu tebakan.

Lelaki serba coklat itu dia memberikan senyuman seringai.

"Aku merasa... Akan ada sesuatu yang menarik terjadi."




World Means SurvivalOù les histoires vivent. Découvrez maintenant