15 - Coincidence Greeting

2.5K 463 22
                                    

"Duke?"

Pria tua berambut abu-abu terang itu menyipit, suara kebingungan itu membuat Alberu sadar jika tidak semua orang diberikan ingatan masa lalu walau bereinkarnasi.

"Saya dengar jika Cale-ssi mempunyai kakek seorang bangsawan," Alberu menundukkan kepalanya sedikit, memberi hormat yang sengaja dia buat salah.

"Hahaha," Fredo menepuk tongkat bergagang itu ke tanah, "Kau benar aku adalah bangsawan tapi untuk Duke, sepertinya berlebihan."

Alberu tersenyum tipis, "Maaf ketidaktahuan saya, saya mengira sebutan untuk bangsawan adalah Duke."

Mata ungu Fredo bersinar dan berjalan mendekat ke Alberu, "Kau berbohong," katanya sambil mengelus gagang tongkatnya. "Kebohonganmu sangat lihai hingga sangat sulit untuk melihat kebenaran."

Raut wajah Alberu mulai menggelap, seharusnya dia tahu kalau Fredo tetap memiliki insting yang tajam bahkan pria itu tidak memiliki ingatan masa lalunya sebagai Vampire Lord.

"Kau tahu benar postur memberi salam hormat bangsawan, tapi sengaja melakukan kesalahan," Fredo menghentak tanah dengan tongkatnya yang membuat angin kencang dari gerakan itu.

Untuk orang seperti Fredo, kejujuran dan frontal adalah tindakan yang seharusnya Alberu lakukan. "Aku memiliki alasannya tersendiri."

Mata hitam Alberu bersinar tajam, angin kencang menyapu rambut hitam. Dirinya yang sekarang berbeda dengan Alberu si Hunter Kelas A yang mandiri.

Fredo melihat keyakinan kuat dari mata hitam itu lalu mengangguk, "Aku tidak tau siapa kalian, tapi jika kalian macam-macam dengan cucuku..."

Kalimat itu tidak perlu dilanjutkan, Fredo melihat keduanya paham dengan cepat, seperti yang diharapkan dengan orang-orang yang dipilih oleh cucunya.

Cucunya itu bisa dibilang lebih mirip ke dirinya daripada ke ayahnya sendiri. Anak bodohnya itu lebih idealis, terlalu buta dan baik hati pada situasi yang ada.

Anak laki-laki satu-satunya yang tidak cocok menjadi penerus yang bahkan adik perempuannya lebih memadai daripada anak bodoh itu.

Sejak cucunya lahir, dia sudah tahu jika Cale memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya. Tapi anak itu sama sekali tidak memiliki motivasi dan semangat.

Bahkan jika cucunya itu terpaksa mengawasi perusahaan kecil anak bodohnya itu.

Kebodohan anaknya telah mempengaruhi cucunya ke jalan yang sangat buruk.

"Semoga kita bisa bertemu kembali," sosok Fredo mulai memudar, Alberu yakin itu bukanlah sihir teleportasi yang dia lakukan didepan Sung Hyunjae tadi.

Apa itu skill Fredo di dunia ini?

Alberu dan Ron merasakan bahunya melemas ketika sosok Fredo mulai benar-benar menghilang sepenuhnya.

"Beliau sepertinya tidak mengingat apapun."

Suara Ron mengalun tajam, Alberu pun memikirkan situasinya.

"Itu berarti ada triggernya, seperti aku mengingat semuanya ketika bertemu 'Han Yoojin'," Alberu melihat langit mulai menguning.

"Berniat untuk membiarkan beliau mendapatkan ingatannya?" Ron menurunkan sedikit masker hitam itu agar bisa bernapas lebih lega.

Alberu memandang matahari dari kejauhan, "Tidak," bibirnya tersenyum miring, "Aku tidak ingin ada pria gila yang menginginkan darah adikku menjadi seorang kakek kandung yang berpotensi pedofil."

.

Cale melihat ke pergelangan tangan yang memerah. Kulitnya disini terlalu putih, sebagai Kim Rok Soo kulitnya sudah terbiasa menerima luka tapi kini sebagai Cale, hanya dengan ikat lemah dari tali membuat kulitnya memerah dan perih.

Choi Han tidak bisa merasakan amarah dan kekecewaan pada diri sendiri karena telah membiarkan Cale dalam bahaya dan terluka.

Mata hitamnya melihat ke pria berkacamata, Suk Simyeong, yang menangani masalah Choi Han setelah kasus penculikan ini.

"Hunter kami melindungi orang penting," Suk Simyeong mengambil kontrak buatan yang entah kapan dia membuatnya dan memperlihatkan kepada polisi.

"Ini adalah tindakan perlindungan diri sesuai kontrak, itulah yang kami masukan dalam laporan kami," kata polisi itu tanpa perlu mempersulit Choi Han dan Suk Simyeong.

"Terimakasih atas kerjasamanya, Pak Ahn," kata pria berkacamata itu dengan hormat.

Mereka berdua akhirnya pergi menemui Cale yang terduduk di kasur rawat.

"Apa anda baik-baik saja, Tuan Muda Gregor?" Suk Simyeong memperbaiki posisi kacamatanya melihat kondisi Cale.

"Berkat Choi Han, itu tidak menjadi masalah yang mengancam nyawa."

"Memang, tapi walaupun begitu, Pak Choi Han adalah Hunter yang terdaftar sebagai Hunter milik Haeyeon. Kuharap anda tidak membawa masalah pada Choi Han."

Cale sebenarnya tidak masalah dengan nada tajam yang diarahkan Suk Simyeong tapi dia tidak bisa tidak mengigil melihat aura kemarahan hitam Choi Han dibelakang pria itu.

Tangan Cale memberi isyarat berhenti pada Choi Han, "Saya mengerti, maaf telah memberikan anda ketidaknyaman, saya tidak tahu akan terjadi kemalangan pada saya."

Cale tahu orang seperti Suk Simyeong tipe orang seperti ular berbisa, yang tidak bisa dilawan dengan argumen yang bernilai.

Berkata mengakui kesalahan dan terlihat menyedihkan adalah solusi.

"Choi Han adalah teman yang baik, dia datang menolong saya yang tidak memiliki siapapun lagi."

Mata Cale melihat ujung mata Suk Simyeong berkedut kesal. Sepertinya Cale telah sukses membuat pria itu kesal.

"Mau bagaimana lagi jika anda tertimpa musibah, tapi sebaiknya perusahaan anda bisa menyediakan Hunter pelindung untuk anda."

Cale mengangguk, "Saya akan memintanya."

Suk Simyeong merasa akan mengalami kerugian jika dirinya tetap disini, "Kalau begitu saya pergi dulu, Choi Han nanti temui Guildmaster setelah ini."

Choi Han mengangguk, lalu melihat Cale kembali mengaruk bekas lukanya dipunggung tangan dan mengelus pergelangan tangannya yang telah diobati.

"Cale-nim? Tanganmu?!" Choi Han melihat bekas luka memanjang di punggung tangan Cale mulai berdarah.

Cale pun tersadar dengan apa yang dia lakukan, "Sekarang aku tahu kenapa ibuku menyuruhku memakai sarung tangan."

Tangan itu mulai berdarah, Choi Han langsung mengambil perban dan mengobati luka baru itu.

"Luka ini, Cale-nim, darimana-"

"Ini dari kecelakaan," Cale ingat ketika bibinya sedang merawatnya, wanita itu sedang berhati sempit.

Wanita itu jadi ceroboh, menjatuhkan pisau pada tangannya yang masih kecil.

Ayah dan Ibunya yang kebetulan melihat hingga salah paham dan mengusir bibinya yang sudah sangat bersalah.

Akibatnya, selama ini ibunya meminta Cale memakai sarung tangan yang terbuat dari sutra, yang menghalanginya untuk melukai bekas itu lebih lanjut.

Entah kenapa, Cale selalu tidak bisa mengontrol keinginannya untuk menggaruk ketika belas luka itu terpapar udara.

Pasti ada sebuah alasan ibunya meminta agar Cale menutupi luka itu, Cale selalu merasakan rasa gatal dan sarung tangan dari ibunya yang bisa meredakan rasa gatal itu.

Tapi itu sekarang tidak penting, mata Cale melihat Sung Hyunjae yang masuk mengunjunginya.

"Tuan Muda Cale," sapa pria itu dengan senyum menawan.

"Sung Hyunjae-ssi, aku tidak tau bagaimana kau bisa menemukanku," Cale melihat mantel merahnya yang mengepak ketika mendekatinya.

"Bisakah kita berbicara berdua, Tuan muda?"

Note : Astaga, maafkan aku, sungguh terlambat. Oh, tidak betapa tidak becus.

Lupa banget nge-post, coba ada ayang yang ingatin, hehe.

Trash of S-class (Fanfic Crossover Trash Of Count Family/S-class That I Raised)Where stories live. Discover now