"Selamat malam," sapa Nora dan membungkuk dalam.

"Selamat malam," balasnya. "Kau pasti guru yang diceritakan Sooyoung, si 'Nona bersuara malaikat'."

"Aaak, Ibu. Jangan mengeksposku."

"Apa salahnya? Kau yang bercerita seperti itu kepada Ibu. Lagipula, Ibu percaya ucapanmu adalah pujian untuk Miss. Nora, kan?"

Sooyoung menggaruk pipi malu. "Yah, memang sih."

"Kalau begitu, Miss. Nora. Aku harap kau tidak keberatan bergabung dengan kami."

Bagaimana bisa Nora menolak kalau yang mengajaknya adalah ketua yayasan di sekolah mereka? Kepala sekolah saja tidak memiliki kesempatan emas ini. Tidak, kepala sekolah akan membunuh Nora bila tau Nora menolak ajakan Nyonya Park yang terkenal sulit diajak bicara.

'Aku jadi bingung antara harus senang atau stress atas ajakan ini?' Nora membatin sambil mengekori Nyonya Park yang menuju meja makan.

Sementara mengambil tempat kosong di samping Sooyoung, Nora memperhatikan Chanyeol yang kembali ke dapur. Ternyata, ditinggalkan bersama Nyonya Park lebih mencekik daripada ditinggal bersama Chanyeol. Situasinya benar-benar seperti berada di pemakaman. Hanya saja tidak ada yang mati sekarang. Yah, Nora mungkin akan mati cepat atau lambat di bawah tekanan kuat ini.

Satu-satunya solusi adalah melarikan diri!

"Se-sepertinya aku bisa memberikan sedikit bantuan pada Chan--"

Akk! Mengatakan nama anak laki-lakinya dengan nyaman pasti menimbulkan kecurigaan, tidak. Nora bisa dianggap lancang.

"Chanyeol," lanjut nyonya Park dan tersenyum. Ia bisa menebak Nora seperti membaca spanduk besar di bibir jalan raya. Gadis itu sangat salah tingkah.

"Aku tau kau dan puteraku adalah kenalan lama, Sooyoung sudah bercerita. Kau tidak perlu merasa sungkan Miss. Nora."

"Ah-ahaha. Maafkan aku."

Mana mungkin Nora tidak merasa sungkan. Ia sedang berada dengan wanita yang mempunyai kuasa atas karirnya. Situasi ini sudah seperti berada di atas papan catur, salah langkah lehernya bisa ditebas. Paling parah, Nora tidak tau cara bermain catur!

"Aku permisi kalau begitu..." Baiklah, lari adalah opsi yang tepat.

Setelah berpamitan kepada Nyonya Park dan Sooyoung, Nora berlalu meninggalkan meja makan. Ia menghampiri Chanyeol dengan langkah lebar dan cowok itu yang sedang memasak di bantu oleh beberapa pelayan--mengerutkan kening dengan seulas senyuman.

"Sudah tidak sabar melihatku?" sapa Chanyeol tidak tau malu.

"Diam, aku perlu bernapas." Nora terus masuk di antara para pelayan yang memakai apron. Mengabaikan perhatian dan asap yang berbaur di dalam keramaian, Nora menuju tempat yang agak senggang. Di dekat lemari pendingin, punggungnya bersandar di sana sementara ia mengatur napas karena gugup luar biasa.

"Kenapa?" Chanyeol menyusul masih memegang spatula.

"Jangan ajak aku bicara dulu!"

"Kalau kau memang kesulitan bernapas, di sini bukan tempat yang pas untukmu...," menaruh spatulanya di meja, Chanyeol kemudian menarik pergelangan tangan Nora.

"Aku tau tempat yang bagus untuk paru-parumu," lanjutnya.

Chanyeol melirik sebentar kepada kepala chef yang bertanggung jawab terhadap menu yang ia buat dan mengisyaratkan 'sisanya kuserahkan padamu!' sebelum berlalu menuju pintu keluar yang terletak di samping dapur.

Pintu itu terhubung ke taman samping rumah Chanyeol. Setiba mereka di sana, keriuhan dari chef yang sibuk bekerja dan dentingan peralatan memasak hilang dari udara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang