16. Dinner

146 28 11
                                    

Suara air yang beriak saat ia muncul kepermukaan mengisi indera pendengarannya, berpadu dengan suara napasnya yang naik turun memburu. Ia pikir ia telah begitu lama berenang di kolam itu, tubuhnya mulai menggigil dan sialan, otaknya mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya sudah ia lupakan. Hal-hal itu adalah Park Sena, atau kau bisa menyebutnya Oh Sena sekarang?

Chanyeol beranjak dari kolam dan melenggang gontai menuju secangkir teh yang panasnya mulai mereda di atas meja.

Gara-gara terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah, ingatan kelam tentang Sena kembali muncul di benaknya.

Tentang bagaimana dengan sekali keputusan, gadis itu menghancurkan tidak hanya hatinya, tapi relasi yang sudah ia bangun dengan orang-orang seisi rumah. Pengakuan yang Sena buat kepada ayah dan ibu sukses membuat ayah enggan menatap wajah Chanyeol lagi. Ibu--seperti berjalan di atas retakan kaca, menjadi sangat hati-hati dan menutup diri.

Rumah yang sempat menghangat karena keberadaan keluarga Sena menjadi beku.

Bukan berarti Chanyeol tidak mengerti kesalahannya juga, sih. Dia berperan lebih banyak dari Sena dalam menghancurkan keluarganya yang sudah diambang keharmonisan. Hanya saja..., Chanyeol masih sulit menerima kalau Sena mengambil keputusan gila dan meninggalkannya. Chanyeol pikir mereka akan bersama selamanya.

Sungguh naif.

Gadis itu bilang ia tidak pernah mencintai Chanyeol lebih dari saudara. Karena ucapan Sena, Chanyeol yang sudah hancur menjadi remuk berkeping-keping. Jika bukan karena alkohol, Suhwa dan alkohol lagi, Chanyeol tidak mungkin bisa bertahan hidup lebih lama. Empat tahun ini adalah keajaiban...

Bertemu Nora juga sebuah keajaiban.

Karena Nora adalah keajaiban, Chanyeol takut meraihnya. Walau ia tau memangkas jarak hanya tentang masalah bicara. Mengambil inisiatif untuk mengakui perasaan bukanlah hal mudah baginya.

Chanyeol masih trauma. Bagaimana bila hati yang ia ulurkan akan kembali dihancurkan?

Memberikan perasaanmu--hatimu pada orang lain sama seperti memberikan tanggung jawab kepada orang itu sepenuhnya. Antara mau meremukkannya atau menaruhnya di etalase kaca sebagai benda paling berharga.

---

"Sudah makan?"

Hari ini lagi, setiba di kediaman keluarga Park bersama Sooyoung, Nora yang melenggang hati-hati dan tidak mau menarik perhatian terpaksa dihentikan langkahnya oleh Chanyeol yang keluar dari dapur. Seperti tidak membiarkan Nora untuk lega.

"Oh, Chanyeol, kau memasak?" Sooyoung sangat antusias.

"Iya, maaf ya. Aku sibuk jadi aku tidak bisa menjemputmu." Chanyeol tersenyum kepada Sooyoung sebelum beralih menatap Nora. "Bagaimana kalau Miss. Nora hari ini bergabung makan malam dengan kami?"

Kata-kata pria itu seperti kutukan.

"E-eh, aku sudah makan di kantor. Aku lebih baik menunggu di kamar Sooyoung saja."

Nora bohong, dan berbohong membuatnya tidak nyaman. Tapi, berhadap-hadapan dengan Chanyeol setelah apa yang terjadi kemarin lebih membuatnya tidak nyaman jadi yah, satu dosa akan ia tabung di celengannya dengan suka rela.

"Bagaimana mungkin kami makan sementara Miss. Nora sendirian di atas sana." Seorang wanita dengan suara yang lembut datang. Jemarinya menyentuh pundak Nora seperti kelopak bunga yang jatuh di tanah. Sangat ringan dan elegan.

Dari penampilan wanita itu yang kendati memiliki kerutan di bawah mata dan area pipinya, masih tampil sangat menawan, Nora menebak kalau wanita itu adalah madam di rumah ini. Dalam kata lain--Ibu Chanyeol dan Sooyoung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang