Aku menatapnya. Sorot matanya mengatakan kejujuran.

Menghela nafas, aku pun mengangguk kecil.

"Aku berangkat." Pamitku pada Greyson. Ia mengecup bibir ku singkat lalu merapikan piring-piring kotor.

Setibanya aku di butik, Elena langsung menyambut ku dengan antusias..

"Jadi?" Ia bertanya dengan cengiran lebar membuat ku sedikit bingung

"Jadi?" tanya ku balik, Elena memutar bola mata.

"Ceritakan malam pertamamu!"

Kedua pipi ku langsung menghangat. Aku menunduk berusaha menyembunyikan senyum malu ku "Bisakah kau menanyakan pertanyaan yang lain? Aku malu..."

Elena tergelak. Membuat ku bertambah bingung.

"Aku tau itu, pengantin baru memang seperti itu. Yang terpenting kalian tidak membuat ranjangnya rusak seperti adegan film di Breaking Dawn," ledeknya di sertai kekehan kecil.

"Ayolah, Greyson cukup handal," sahut ku dengan senyuman canggung. Elena kembali tergelak. Segera ku berlalu menuju ruangan ku yang sudah di sediakan oleh Elena.

Aku pun kembali menyibukan diri, mencari ide untuk desain-desain baru.

Enam bulan kemudian...

"Sayang, tolong bawakan kardus itu," perintah Greyson. Aku pun dengan hati-hati mengangkat kardus yang berisikan barang-barang milik Greyson.

Kami sedang berkemas untuk kepindahan kami ke New York. Elena dan Calvin juga sedang membantu mengepak barang-barang ku dan Greyson.

Greyson sudah mendapatkan pekerjaan tetap disana. Ia di terima di salah satu perusahaan swasta sebagai akuntan.

Setelah semua barang masuk kedalam mobil, aku dan Greyson beristirahat sejenak. Bulan lalu Greyson kembali ke Edmond untuk mengambil mobil kesayangannya, dan sekarang ia baru saja menyewa mini truk khusus untuk menaruh barang-barang.

"Sering-sering lah berkunjung kesini," ucap Elena di sertai senyuman hangat khasnya.

"Aku pasti akan sering mengunjungi mu jika tiket pesawat sudah murah," sahutku.

"Kau bisa menggunakan kereta," sambung Calvin.

Aku dan Elena berpamitan. Ia memeluk ku sangat hangat. Ku perhatikan wajahnya, ia menangis.

"Elena.." panggil ku. Segera ia mengerjapkan mata lalu tersenyum "Aku akan sangat merindukanmu,"

Aku memeluknya kembali sangat erat. Elena sudah ku anggap seperti kakak kandung ku sendiri.

"Greyson, jaga Elsa baik-baik.."

"Aku akan selalu menjaganya," Greyson memeluk Elena lalu bergantian memeluk Calvin. Kamipun berpamitan untuk yang kesekian kalinya.

Perlahan Moses mulai membawaku dan Greyson menjauh dari frat Elena. Aku melambaikan tangan dari jendela. Semakin lama pandangan ku semakin mengecil dan hilanglah sosok Elena di sertai deruman mesin.

Greyson tersenyum kearahku seraya memutar kemudi. Semilir angin siang menerpa rambut ku membuat ku sedikit merasakan kantuk..

Perjalanan yang melelahkan. Akhirnya kami sampai di depan rumah sederhana bercat putih dan hitam. Aku tertegun setelah turun dari mobil. Mataku masih terpaku pada rumah sederhana yang berada di depan ku ini.

"Ini-"

"-rumah kita," sambung Greyson.

"Grey, kau bercanda,"

The Journey [Greyson Chance Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang