003

458 120 12
                                    

Hari ini Lumiere sedang berada di ruang pribadinya. Dia tengah melakukan banyak percobaan sembari belajar mengenai sihir-sihir baru. Pemuda itu begitu antusias akan banyak hal magis.



Dia terlalu fokus akan kegiatannya, membaca, memikirkan ulang, lalu melakukan praktek langsung. Hal itu membuat Lumiere menghabis banyak waktunya di sana.



Bahkan dia terkadang sampai frustasi karena gagal atau kepalanya tak dapat menampung hal-hal baru lagi. Bahkan suara adiknya, Tetia pun tak terdengar.





"Onii-sama! Apa kau tidak mendengar ku?" Seru Tetia tepat di samping telinga Lumiere.




Sontak hal itu mengejutkan sang kakak. Bahkan Lumiere hingga terperanjat karenanya.




"Astaga Tetia! Kenapa kau berteriak?!" Ujar Lumiere sambil mengusap tengkuknya dari bawah lantai.



Tetia yang melihat kakaknya hingga terjatuh dari kursi, tentu saja khawatir. Segera dia menolong Lumiere dan membantunya untuk berdiri.




"A-aku tidak bermaksud mengagetkan Nii-sama! Hanya saja.. Onii-sama tidak mendengarkan ku dari tadi.." ucap Tetia gugup.



Lumiere yang melihat adiknya tak enak hati, lantas tertawa. Dia baik-baik saja setelah jatuh, hanya mungkin tersentak saja saat itu.



"Ahahaha tidak masalah, justru aku minta maaf karena mengabaikan mu. Jadi ada apa, Tetia?" Tanya Lumiere kembali tersenyum.



Sang adik langsung ikut tersenyum ketika sengiran kakaknya akhirnya terlihat. Tetia segera saja merogoh sesuatu dari tas yang ia bawa, dan menunjukkan sebuah benda ke hadapan Lumiere.



"Tada! Lihatlah, Nii-sama! Aku mendapatkan ini dari Mikasa, dia bilang sahabatnya memberikan sebuah bocoran produk baru pada kita!" Seru Tetia antusias.


Lumiere menatap benda yang berada di genggaman adiknya. Dia melihat sesuatu berbentuk roti, tapi itu terlihat bukan roti.








"..Apa ini?"








"Mainan baru! Etto..aku lupa namanya, tapi Mikasa bilang ini bisa meredakan stres dan untuk semua umur!" Sahur Tetia menjelaskan.



Lumiere meraih 'mainan baru' itu dari adiknya. Dia menatap sejenak benda itu dengan pandangan bingung.






"... Dapat meredakan stres? Benarkah itu?"





"Tentu saja! Ini terbuat dari sesuatu yang lembut dan dapat ditekan-tekan, bentuknya seperti roti dan bahkan baunya seperti roti sungguhan!.."






".. Cobalah, Nii-sama!"





Lumiere masih heran akan benda itu dan betapa semangatnya Tetia. Tapi ia melakukan apa yang diminta sang adik. Secara perlahan Lumiere mendekatkan benda itu pada wajahnya.









*Sniff









Dan benar saja, aroma roti baru langsung menusuk indra penciumannya. Pupil pangeran itu sempat melebar, tapi sebelum berkomentar dia mencoba untuk menekannya juga.


Jari-jari Lumiere menekan kuat benda di genggamannya lalu kembali di lepas. Dan terlihatlah bahwa benda itu kembali seperti semula walaupun telah di tekan dengan cukup kuat.




Lumiere tersenyum bergantian melihat Tetia dan benda itu.



"Ini bagus! Benar-benar seperti roti, dan aromanya pun begitu! Lalu dia kembali ke bentuk semula walau telah kutekan!" Ujar Lumiere menjadi antusias.



Dandelion; Lumiere Silvamillion. CWhere stories live. Discover now