Sepuluh

437 55 2
                                    

"Dasar anak babi!" New berteriak kesal, tangannya menoyor kepala Gun cukup kencang sementara Tay hanya meringis ngeri, tidak berani berucap sepatah kata pun dan hanya mengunyah sarapannya dalam diam.

Yang di toyor memanyunkan bibir, tidak terima. Gun duduk di bangku dengan tatapan sebal, sementara New sekarang menggeplak kepalanya.

"Sakit New! Tidak sopan!"

"Bicara sana dengan almarhum ikan cupangku!" New berteriak cukup kencang, membanting spatula ke atas meja dan menatap Gun emosi. "Bisa-bisanya ya kau luluh dengan rayuan murahan seperti itu. Terus sekarang kalian apa? Pacar? Pdkt an? Teman dekat tapi ada status? Atau teman tidur tanpa status?"

"Kami sekarang berteman."

"Dari dulu juga berteman, yang bilang kalian sepasang kekasih memangnya siapa?" New lagi-lagi berteriak kesal, mendudukkan dirinya kasar.

"Dia benar-benar menyesal."

"Hei, itu kan yang terucap di mulutnya. Kau tau hatinya tidak? Selama ini dia bersikap bagaimana denganmu? Lupa?"

"Tapi New, Off benar-benar memohon dan aku bisa merasakan kalau dia tulus kali ini. Tay, apa Off tipe yang suka memohon?"

"Tidak," Tay menggeleng. "Dia tipe yang meyakinkan perasaannya dan perasaan orang lain terlebih dulu, dia tidak akan mau menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Melihat sejauh ini, aku rasa Off benar-benar mulai menyukai Gun. Tapi mungkin dia butuh adaptasi lebih, dia belum pernah berpacaran dengan laki-laki kan sebelumnya."

"Jangan membela temanmu." Cibir New sebal.

"Tidak, sayang. Aku bukan membela Off, ini kenyataan. Kau bisa tanya Arm, dia pasti memberikan jawaban yang sama."

"Tapi tetap saja kan, Gun harus berhati-hati."

"Aku tau New. Aku juga tidak berpacaran dengan Off. Aku akan melihat dia berjuang dulu."

"Baiklah kalau begitu." New tersenyum tipis. "Aku dan Tay harus pulang, kau tidak apa-apa di tinggal sendiri dulu? Malam nanti kalau urusan kami selesai kami akan kesini lagi."

"Tidak apa-apa, mungkin setelah ini aku mau keluar." Gun tersenyum lebar.

"Dengan siapa?" Tanya Tay.

"Ntahlah, belum aku putuskan." Gun menggeleng lucu. "Mile mengajakku nonton, Bible mengajakku jalan-jalan, Bright barusan bilang ingin mengajakku ke dog cafe yang baru buka dekat kampus, Dunk dari kemarin mengajakku melihat aquarium tapi Ohm juga me-"

"Iya, cukup." New menutup mulut Gun dengan tangannya. "Selamat memilih dan kabari kalau sudah di rumah."

"Baiklah."

Mereka akhirnya beranjak, Tay baru saja membuka pintu dan terdiam saat melihat sosok Off di depannya yang tampaknya baru saja akan mengetuk pintu.

Terlihat rapi, wangi, dan tampan seperti biasa.

"Off?"

"Oh, kalian baru akan pulang?" Tanya Off, melirik ke Gun dan tersenyum kecil sementara yang di beri senyuman sudah menunduk malu-malu.

"Kenapa kemari?" Tanya New.

"Mau mengajak Gun ke mall, mencari kado."

"Untuk siapa?"

"Kalian di undang kan? Ulang tahun senior Davika, besok?"

"Astaga Tay! Kita sepertinya harus membeli kado juga besok." Tay hanya mengangguk. "Tapi sekarang kami mau pulang duluan, ada urusan. Kau hati-hatilah."

"Hm."

Gun melambai pada New dan Tay, menunggu mereka hilang dari pandangan sebelum meminta Off untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

"Kenapa mendadak, Phi?" Tanyanya, menaruh segelas air di atas meja.

"Terimakasih." Off tersenyum kecil. "Baru saja ingat. Kau tidak ada janji kan?"

"Banyak ajakan, tapi aku belum memilih."

"Oh iya? Siapa?"

"Mile mengajakku nonton, Bible mengajakku jalan-jalan, Bright barusan bilang ingin mengajakku ke dog cafe yang baru buka dekat kampus, Dunk dari kemarin mengajakku melihat aquarium tapi Ohm juga me-"

"Iya Gun, terimakasih infonya tapi tolong batalkan semua karena aku sudah di sini." Off meneguk airnya sedikit kesal. Ia menatap Gun, sementara yang di tatap sibuk memainkan ponselnya. "Bagaimana?"

"Ntahlah, Bright bilang dia ingin sekali pergi. Mungkin aku bisa menemani phi sebentar lalu pergi dengan Bright setelahnya. Kita tidak akan lama kan?"

"Lama, lama sekali. Setelah mencari kado, aku berencana menonton film lalu mencari kemeja untuk besok. Setelahnya aku ingin mengajakmu makan lalu kita jalan-jalan dan makan malam. Kau akan bersamaku seharian ini, jadi batalkan semua janjimu."

"T-tapi.."

"Aku memaksa Gun, kali ini benar-benar memaksa. Kau keberatan?"

"Tidak juga." Gun tersenyum kecil. "Aku siap-siap sebentar."

......

Mereka menghabiskan waktu seharian berdua. Gun tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya dan itu membuat Off ikut tersenyum terus menerus.

Sebuah kemajuan yang patut di apresiasi dan Off sangat bahagi karena hari ini dia berhasil metangkul Gun saat mereka memutuskan film apa yang ingin di tonton, lalu menggenggam tangan Gun saat mereka menonton dan saling bergenggaman tangan lagi saat perjalan pulang menuju rumah Gun.

Lampu di sekitar perumahan mulai redup, Gun memandang rumahnya yang terang dan menoleh ke Off yang tengah menatapnya dengan senyuman kecil, membuat Gun mau tidak mau menunduk malu.

"Mau mampir?"

"Sudah terlalu malam, kau tidur saja ya?" Off mengelus kepalanya pelan. "Terimakasih banyak untuk hari ini. Aku senang sekali."

"Sama, aku juga senang sekali. Terimakasih sudah membelikan aku baju juga."

"Bukan apa-apa."

"Jangan begitu, nanti aku ketagihan." Gun tertawa kecil.

"Bagus, aku memang berencana membuatmu ketagihan dengan kehadiranku." Off mendekat, mengelus pipi Gun pelan sekali. "Aku ingin sebuah ciuman."

Mata Gun membola, belum sempat menjawab, bibir Off sudah menyapu lembut bibirnya pelan. Bibir lembab itu menghisap bibir atasnya beberapa kali sebelum melepasnya dan Gun meneguk ludahnya gugup.

"A-apa yang Phi lakukan?"

"Menciummu. Enak?" Gun mengangguk pelan. "Mau lagi?"

"T-tidak. Aku harus masuk." Gun berkata cepat, mengambil belanjaannya dan membuka pintu mobil. "Sampai jumpa phi."

Dan tubuh mungil itu menghilan dari pandangan Off begitu saja.





(Bersambung)


Note ; Aku tau ini agak di paksakan dan pendek tapi aku akan membangun feel untuk Offgun lagi secepatnya huhuhu. Maafkan aku.

[OffGun] Club Pecinta Gun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang