ROTI

366 38 0
                                    

Aku berdiri di atas pegangan jembatan. Dibawah, ada air tenang yang pasti akan menghancurkanku. Dasar.. kenapa aku hidup tanpa memiliki perasaan? Apakah dengan mati aku bisa memenuhi hati yang kosong ini? Kekosongan ini.. menyiksa.

Aku merentangkan tanganku. Membiarkan angin sepoi yang lumayan kencang melewati diriku. Membuat rambutku terbang ke sembarang arah.

Aku..ingin mati. Aku benci tidak memiliki perasaan seperti ini.

Semuanya kosong.. tidak terasa apapun didalam sini.

Aku meremas bajuku kuat, membenci hidup yang membiarkan ku tak bisa mati. Apa yang harus kulakukan? Jika menunggu kematian membutuhkan waktu berabad, maka aku hanya perlu mempercepat kematian. Jadi aku tak harus terlalu lama menunggu.

"Ne" tiba-tiba ada sebuah suara. Sontak, aku menoleh.

Suara itu berasal dari orang botak yang memegang belanjaannya. Dia mendongak kepadaku. Dengan tatapan yang biasa saja. Seolah dia melihat sesuatu yang biasa saja.

Apakah kematian hal yang biasa dimatanya?

"Apa kau... Ingin bunuh diri?" Katanya  dengan nada santai diikuti dengan nada bingung juga.

Aku yang sedari tadi menoleh kebelakang, merasakan sakit di tengkukku. Akhirnya aku menghadap ke depan lagi.

".." aku tak menjawab.

Ku rasa ia masih mendongak melihatku.

"Ah.. ternyata benar" katanya tiba-tiba. Aku membayangkan ia sambil manggut-manggut mengatakan hal ini.

"Kenapa ingin mati?" Dia bertanya sekali lagi. Risih sekali rasanya, bahkan ingin mati saja masih ada orang yang mengangguku.

"Kosong" kataku. Tidak, aku tidak berniat mengatakan apapun untuk orang ini. Tidak tau, bibirku seolah bergerak bersamaan dengan lidahku yang merangkai kata.

Dia diam, kurasa dia tampak bingung.

"Ah.. aku mengerti" katanya.

Aku menoleh lagi, melihat reaksinya lagi. Ia lalu menyipitkan matanya, tersenyum hangat padaku.

Aku terkesima, kenapa.. orang ini tersenyum? Dia senang karna aku ingin bunuh diri?

Dia menunduk, kulihat, ia mengacak-acak kantung belanjaanya. Seperti mencari sesuatu.

Apa yang ia cari?

Tidak tau kenapa, timbul rasa penasaran di hati dan pikiranku saat melihat tingkahnya yang kurang bisa kutebak.

Dia lalu mengeluarkan 2 bungkus roti di salah satu tangannya. Sementara tangan yang lain menahan belanjaan yang ia bawa. Aku yang hanya menoleh, perlahan membalikkan tubuhku melihat ke arahnya.

Penasaran.

"Aku punya 2 roti. Kau mau satu?" Dia lalu mengulurkan tangannya ke atas. Ke arahku. Dengan wajah yang tersenyum, dan juga mata yang biasa saja.

Namun, menambah ciri khas indah untukku. Aku merasa, dia.. berbeda dari yang lain.

Aku tertegun. Senyumnya ternyata sangat.. hangat. Senyumnya hangat. Matanya memberi tanda tidak mengharapkan apapun.

"Ambillah, aku memberikannya untukmu" uluran tangannya belum tertekuk, senyum tipisnya masih terukir di wajah konyolnya.

Orang ini.. hidupnya tampak sangat bahagia.

Aku hanya memandang. Tidak memberikan reaksi apapun.

Dia nampaknya bingung, dan juga.. kelelahan? Apakah hanya mengangkat tangan seperti itu dia sudah kelelahan?

AJARKAN AKU HIDUP (Genos X Saitama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang